Katanya, setiap manusia pasti akan
menemukan titik terpuruk dalam hidupnya. Lalu mereka akan menemukan titik-titik
yang lainnya setelah mengalami keterpurukan itu; titik yang pertama yaitu titik
‘marah’ dimana kita gak menerima apa-apa yang menimpa kita, kita benci pada hal
tersebut, hingga pada diri sendiri dan sebab terjadinya. Kedua yaitu titik
‘depresi’ dimana kita sudah merasa kehilangan tujuan hidup, gak ada semangat
meneruskan perjalann hidup, hingga merasa tak memiliki arti untuk orang lain.
Titik ketiga yaitu ‘negosiasi’ kita mulai bangkit tapi dengan banyak alasan,
bukan karna menerima kenyataan tapi lebih kepada keras kepala dan melakukan
banyak cara (negatif/positif )untuk meneruskan perjalanan, sampai kita sama
sekali tak mendapatkan itu semua dan finally ketemu di titik keempat yaitu
‘ikhlas’, ialah keadaan dimana kita pada akhirnya menerima apa-apa yang menimpa
kita, kita menyediakan hati yang lapang, prasangka yang baik pada Takdir yang
Tuhan Tentukan, dan kemudian bisa meneruskan kembali perjalanan hidup.
Titik-titik
tersebut akan terus berputar, tinggal kita yang menentukan mau duduk dititik
mana, dan bagaimana agar supaya dapat menempuh titik Ikhlas lebih cepat.
Sebenarnya,
titik utama yang akan mempertemukan kita dengan titik ikhlas tersebut, yaitu
titik ‘terpuruk’.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku
bukan lagi hanya’pernah’ mengalami titik tersebut, tapi sering. Terhitung sejak
sembilan tahun yang lalu, tepat pada tanggal 17 maret 2010.
Pada
waktu itu, Allah dengan segala cerita yang masih Ia Rahasiakan, membuatkan alur
bahwa aku harus mengalami ‘kecelakaan’. Yang kemudian menjadikan tulang kering
dan tulang basahku mengalami fracture
yang bisa disebut lumayan parah. Fracture
yang kemudian membuat aku harus
melakukan oprasi pasang implant (pen)
pada kaki kananku.
Itu
adalah oprasi pertamaku, yang kukira oprasi itu hanya salah satu dari
serangkaian pengobatan yang bisa membuatku lebih cepat bisa berjalan, namun
nyatanya perkiraanku salah. Aku bahkan merasakan rasa sakit yang lebih dari
sebelumnya. Oprasi yang ber-empact
juga pada aktivitas harianku; karna semenjak itu, hidupku banyak membutuhkan
kaki kanan orang lain. Bukan hanya mamah, tapi juga orang-orang sekitar. Oprasi
yang membuat seluruh tubuhku kaku, mengharuskan aku hanya terlentang diatas kasur
selama berhari-hari. Kemudian, setelah itu bukan hal mudah juga; aku mesti
duduk di kursi roda selama berbulan bulan, membutuhkan tangan orang lain untuk
sekedar menggeserkan kaki kananku, sampai akhirnya bisa bangkit, berdiri dan
berjalan, meski harus melewati waku delapan bulan untuk dibantu skruk (tongkat) ketika berjalan. It’s not easy for me.
Selama
itu, semangatku kerap naik turun, sempat ketika itu aku kufur pada apa yang
Allah beri. Aku lupa pada pemberian Allah yang banyak kunikmati, aku hanya
fokus pada apa yang belum mampu kulakukan. Aku pergi dari Allah, tapi aku malu,
justru Allah semakin mendekatiku.
Menghadirkan banyak manusia yang Ia gerakkan hatinya agar selalu ada untuk aku.
Belum
selesai, belum mampu berjalan lancar, Allah uji lagi aku dengan infeksi pada
area tulang. Sehingga, aku yang baru saja menikmati langkah awal mesti oprasi
lagi (yang kedua) di tahun 2011. Ini tak
terlalu sulit, karna oprasi infeksi tak begitu ber-efect banyak pada aktivitas
harianku. Aku menikmati keseharianku meski infeksi itu masih berbekas dan
mengharuskan aku menjalani aktivitas harian dengan selalu didampingi kassa, sufratul, dan nacl, sampai pada
akhirnya dokter menyarankan untuk removal
implant (buka pen) sebagai solusi baik agar infeksi pada kaki menghilang
terlebih melihat perkembangan pertumbuhan tulang yang baik, maka pada tahun
2012 aku oprasi lagi (yang ketiga) untuk lepas pen.
Pasca
oprasi yang ketiga, aku bahagia bukan kepalang. Karna bisa merasakan berjalan
dengan tanpa penyangga dalam tulang. Dan nyatanya aku mampu, aku selalu menikmati setiap jejak yang
kupijak dengan kaki kananku yang baru.
Namun,
ceritaku belum bisa kusimpulkan happy
ending, nyatanya ujian hidup selalu tetap berlangsung. Dan yash, lagi-lagi
Allah uji aku yang mesti melakukan oprasi lagi (yang keempat) pada tahun 2013
karna jatuh, jatuh yang pertama hanya membuat serpihan tulang keluar sendiri
lewat luka infeksi itu; ini hanya oprasi kecil dan hanya dilakukan bebrapa
menit saja, tapi tak lama dari itu aku jatuh lagi yang membuat tulang basahku (Fibula) sedikit bergeser dan mau tak mau
harus oprasi untuk penggeseran tulang basah.
Aku
yang waktu itu duduk di kelas 2 SMA, sangat begitu antusias untuk bisa masuk
sekolah pasca oprasi yang keempat, namun belum jua aku melepas skruk pasca
oprasi, Allah lagi lagi uji aku dengan jatuh lagi yang kesekian kalinya dan ini
yang paling parah dimana aku jatuh sampai dua meter; yang kemudian membuat
posisi tulangku back to the past. Finally, dengan sangat menyedihkan aku
diharuskan pasang pen kembali (oprasi kelima).
Pada
saat itu, bukan hanya aku yang terpuruk, tapi mamah jauh sangat tersiksa. Katanya, jika ia bisa bernegosiasi pada
takdir ‘ia ingin meminta ia saja yang Allah uji lewat sakit’ tapi dalam
hati, aku tak sepakat dengan doa itu. Mamah sudah cukup banyak mengalami ujian
dalam hidup, bahkan ujian hidupku pun sudah include
jadi ujian bagi mamah.
Selain
itu, dokter yang merawatkupun kecewa karna aku tak benar-benar mampu menjaga
apa yang sudah diperbaiki. Tapi, bukan hanya mereka; yang terberat adalah aku
yang sulit berdamai dengan diriku sendiri yang terus menerus
mengkambinghitamkan diri sendiri dengan segala macam kesalahan.
Ini
menjadi episode tersulit juga dalam hidupku, lagi-lagi aku merasa kehilangan
tujuan hidup, merasa tak berarti, tak berguna dan ingin hilang saja.
Tapi,
Allah begitu sangat sayang padaku. Ia mengirimkan banyak manusia seperti mamah,
saudara, dan orang-orang gila yang kemudian hingga saat ini dan selamanya
kusebut ‘sahabat’. Mereka menjadi charger
semangat aku, mereka adalah sebab aku tersenyum dan melanjutkan perjalanan
hidupku.
Hingga
Aku begitu sering menemui kata ‘syukur’ pada alur hidupku ini, aku mulai memberikan esensi pada
hidupku. Menjadi manusia yang bukan hanya ‘penunggu mati’ tapi juga manusia
yang punya ‘banyak arti’.
Aku
berusaha untuk mampu bahagia, membahagiakan dan berbagi kebahagiaan bagi orang
lain. Maka dari itu aku memenuhi tugasku sebagai penghuni bumi dengan aktif di
kegiatan kegiatan charity, aktivitas sosial, jadi volunteer, dan banyak hal.
Hingga kata orang aku disebut manusia ‘seribu agenda’.
Namun
bukan apa, aku hanya belajar menikmati apa yang kumiliki, bersyukur dengan apa
yang ku mampu, dan menjadi manusia yang bukan hanya sekedar penunggu mati.
Hingga
finally, suatu hari di tahun 2015 aku yang sudah mulai belajar magang di salah
satu sekolah dasar yang juga tahun dimana aku masih semester 2, aku melakukan
oprasi untuk removal impant yang kedua kali (oprasi keenam). Ini oprasi yang
kupikir oprasi terakhir dalam hidupku.
Bahgia
pada kala itu bener-bener can’t explain, aku menikmati setiap detik, menit,
hari, pekan, bulan dan tahun-tahun dimana aku mampu melakukan berbagai
aktivitas yang kucintai.
Aku
melanjutkan perjalanan hidupku dengan penuh syukur, menjalani banyak macam
agenda yang menjadikan aku bukan hanya seorang penghuni bumi, tapi seorang
‘penikmat hidup’. Karna, selama tahun tahun tersebut banyak pengalaman yang
memberi aku pelajaran hidup.
Terlebih
aku yang waktu itu memiliki kaki kanan yang lebih pendek dua senti meter dari
kaki kiri mampu menjadikan titik kelemahan sebagai titik kelebihan. Sehingga,
no one care dengan kekuranagn aku, mereka mencintaiku dengan apa-apa yang ku
mampu.; dengan apa-apa yang ku syukuri.
Oke
namun kukatakan sekali lagi, selama kita hidup nyatanya ujian akan selalu ada.
Dan kali ini, lagi-lagi dan lagi aku yang Allah uji, aku merasakan ada yang
berbeda dengan kaki kananku. Di tahun 2018 tepatnya, aku mulai merasakan ada
keganjalan dimana aku merasa panggulku sakit setiap aku melakukan perjalanan
jauh, kemudian aku yang keliru dengan tulang peluru kaki kanan yang posisinya
tak sejajar, dan banyak hal yang yang kemudia menjadikan kekuatan kaki kanan
aku berkurang; aku tiba-tiba terbatas jarak untuk berjalan karna sakit yang
semakin hari semakin menjadi.
Segala
macam terburuk sebelumnya sudah kupikirkan, termasuk dugaan harus ‘oprasi
lagi’. Dan nyatanya memang iya, suatu hari di bulan desember 2018 satu hari
setelah konsultasi dokter menyatakan aku mesti oprasi penggantian tulang peluru
seluruhnya (Total Hip Replacement).
Ternyata,
selama delapan tahun tulang peluruku memang disposisi dan aku menggunakannya
tanpa sadar, hingga di tahun kedelapan setelah kecelakaan itu,tulang peluru
kaki kananku rusak dan hampir membusuk; kalau hal tersebut ditemukan di tahun
tahun yang akan datang bisa saja, hari ini aku hanya memiliki satu kaki. Tapi,
Allah Maha Baik.
Oke,
mendengar diagnosa dokter ketika itu membuat aku benar-benar sempat lupa
definisi ‘ikhlas’.
Aku
tiba tiba memutar kembali rekaman tahun-tahun sebelumnya, namun yang pertama kali kuputar saat itu ialah
episode-episode terpuruk. Sampai aku sempat berpikir ‘gak usah oprasi lah’ kalo
oprasi aku mau apa? Mau nyusahin mamah lagi? Diam dirumah lagi? Merepotkan
banyak orang lagi? Apalagi coba?
Aku
bertemu lagi titik terpuruk, tapi Alhamdulillah kali ini aku lebih cepat
menemukan titik ikhlas. Aku sadar, aku gak akan sampai dititik ini kalau aku
gak kuat. Kalau Allah tidak menguatkanku.
Bukankah,
enam kali oprasi sebelumnyapun aku mendapati banyak hikmah dan pelajaran
berharga, kenapa tidak untuk meraih predikat sabar, aku mesti melewati ujian
ini?
Aku
sadar, aku bahkan tak bisa bernegosiasi dengan apa yang Allah tetapkan. Tapi aku
masih mampu mengikhtiarkan apa-apa yang belum ku capai bukan?
dan,
oprasi penggantian tulang peluru ini, bisa kusebut salah satu ikhtiarku bukan?
Dan
akhirnya, Allah melapangkan hatiku untuk menerima segala macam kemungkinan yang
belum kutahu alur selanjutnya.
Hingga
Alhamdulillah, februari hari keenam 2019 kemarin,dr. Husoso Dewo Adi, SpOT,
Spine.(yang juga dokter yang sama yang mengoprasiku sebelum-sebelumnya) Replace
my HIP. Dan sekarang, aku manusia dengan HIP kanan palsu bersyukur, karna Allah
masih beri kesempatan aku untuk dapat melanjutkan perjalanan hidup.
Finally, dibanyak episode yang aku
lalui selama ini, aku bukan hanya bertemu dengan banyak titik terpuruk, tapi aku
juga bertemu dengan lebih banyak titik ikhlas dalam hidup.