Qurban Yang Tak Menyenangkan
~
“Hari
mu datang lagi....Terimakasih Ya Allah”
desahku dalam hati sembari tersenyum melihat ke jendela .
Idul
Qurban telah tiba, banyak orang yang sedikit lupa akan hadirnya hari besar itu,
bahkan mungkin jarang ada yang mempersiapkannya. Tidak seperti Idul Fitri yang
sebulan sebelumnya sudah beli baju baru, sudah bikin kue kue untuk hidangan
hari raya, dan masih banyak lagi yang dipersiapkan. Rupanya Idul Qurban sering
di no 2 kan mungkin yang terlintas di pikiran mereka Idul Qurban yaaa pasti
pesta sate atau pesta gulai atau pesta kere
, dan apalah semua yang berbau daging qurban, tapi mereka gak ngeuh gitu kalau
mereka juga punya kewajiban untuk berqurban.
“waf.. udah makan?” teriak ibuku dari luar
dengan sura yang sudah sedikit ngosom.
“iya bu ... sekarang baru mau...”jawabku
teriak pula sambil keluar meuju ruan makan
Sebenarnya
tak enak kalau menyebutnya sebagai ruang makan, ini semisal ruang makan
tempatnya agak sempit hanya cukup sampai 5 orang tapi kalau untuk aku dan ibu
ini sudah cukup, tak ada meja makan khusus atau semisalnya hanya ada tikar
kecil dan tutup saji makanan disebelahnya, Alhamdulillah nyaman.
“wafa... Ibu punya berita gembira nak ?”
“ berita apa bu ...? “
“ Alhamdulillah... Tahun ini kita bisa
berqurban lagi dan tahun ini Ibu mengatasnamakan Kamu sebagai shahibul
qurbannya, kamu senang kan ?”
“Alhamdulillah.. benarkah bu ? Ibu punya uang
dari mana bukannya uang tabungan ibu dipakai untuk spp tahunan kuliah wafa
bulan kemarin.
“ Alhamdulillah waf, niat baik pasti selalu ada jalan menujunya, ibu sudah niat setahun setelah ibu berqurban
ibu ingin kamu juga berqurban,kemarin sore Ibu dapat rezeki
ada yang pesan Nasi Dus dan DP nya senilai dengan uang yang dipakai untuk
Qurban”
“Ah
Bahagia.. mudah sekali kau menghampiri kami” Bisikku dalam hati penuh
syukur.
“tapi… waf?”
“apa bu ?”
“ kamu mau pake binti
apa enggak ?”
“emm …. Gak tau bu,
terserah ibu saja “ kataku pendek setelah itu suasana berubah.
ya pasti selalu seperti itu ketika membicarakan seorang lelaki tua yang
sangat tak ingin aku menyebutnya “ayah” yang sampai sekarang aku tak tau dimana
dia, semuanya pasti berubah sangat enggan sekali membicarakannya, tapi ini beda
ini masalah serius,sangat susah untuk tidak menceritakan semua ini.
“ Ayah” baru kali
ini aku menyebutnya, aku tak mungkin menganggapnya seorang ayah, dia tak pernah
menjagaku, mengajariku, membimbingku, apalagi ada disampingku seperti ayah yang
banyak orang sebutkan. Aku sangat keberatan jika namanya disebut setelah
namaku. Aku faham ini tidak baik,tapi ini masalah hati.
Seorang anak yang orang anggap tak berayah atau kasarnya …. aku tak
ingin menyebutnya,lahir dari seorang malaikat tanpa sayap yang sangat luar
biasa tulus mendididik, menjaga,menyayangi ia dengan jerih payahnya
sendiri sampai ia menjadi seorang WAFA
AINIYAH .
***
Kegundahan ini sangat
mengganggu malamku, sampai aku tak bisa memejamkan mata untuk beristirahat setelah kewalahan,akhirnya
aku putuskan untuk bertanya pada guruku,
“ Assalamu’alaikum ustadz,
ana mau nanya bagaimana jika ketika berqurban nama shahibul qurbannya tak
memakai Binti karena alasan tertentu ” tanyaku via sort message service. Tanpa
aku sebutkan alasannya guruku sudah mengerti apa maksudku, karena dia tau benar
bagaimana latar belakangku.
“Wa’alaikum salam waf,
coba lihat saja Surat AlAhzab ayat 5, mengenai pertanyaanmu itu waf saya
faham,jadi ketika penyebutan nama pada pelaksanaan Qurban gak usah disebutin
nasabnya, cukup Wafa Ainiyah, InsyaAllah Allah Maha mengetahui.”
Malam ini segerombol masalah hinggap dialam bawah sadar, menemani
tidurku.walaupun sudah ada sedikit pencerahan dari sang ustadz, tapi tetap
masih ada satu dua tiga masalah yang masih hilir mudik di kepalaku.
***
Alhamdulillah Qurban selesai,
tapi tetap ada yang mengganjal bukan hanya rasa haru saja bias berqurban tapi
ada beberasa rasa yang campuraduk hingga membuat hati kehilangan harunya Idul
Qurban, seperti tak disebutkan nasabnya itu cukup tak membuatku puas seperti
ingin kuulang lagi penyembelihan hewan qurbannya, kemudian memakai uang mamah
ketika qurban itu tidak membuatku sangat bahagia apalagi terbilang aku sudah
mulai dewasa seharusnya sudah bisa menabung sendiri… tapi beginilah ceritanya ~
Oleh Nurwidya
Yuliastini di sebuah counter dari jam 11:00 s.d 13:38 :D