Dalam Hidup ada banyak rasa
Dalam hidup ada banyak warna
Dulu hidupku berwarna
Masa indah yang terpaksa aku lepaskan untuk sesuatu yang tak aku impikan
-THIS IS CINTA-
Kemudian aku katakan bahwa kisah
cinta kita, eh maksudku kisah cintaku, bukan seperti Rachel dalam film This is Cinta yang saling mencintai
dengan Farel. Aku bahkan hanya mengira ngira saja perasaanmu
padaku,haha. Iya hanya mengira ngira. Semacam mengisi soal fisika di ujian
nasional yang aku sendiri gak ngerti soalnya apa, sampai aku mengira ngira. Dan
kamu lebih rumit dari pada soal Fisika.
Rumit. Entahlah kamu dan fisika
memang punya banyak kesamaan, sama sama rumit. Sama sama sulit difahami dan
sama sama mengganggu otakku. Tapi bedanya, aku tidak mencintai fisika. Tapi kalau
kamu, mmm. Kupikir ini tak penting aku jelaskan.
Musim penghujan sudah berakhir. namun gerimis di hatiku tak reda reda. Dua bulan ini aku benar benar gila. Semua
pekerjaan gak efektif, semua masalah sulit diselesaikan, semua waktu terasa
begitu lama, semuanya berantakan, terutama hatiku. Dan semua itu kamu
penyebabnya. Dan dengan sebalnya kamu belum bisa mempertanggungjawabkan
semuanya ini.
Maaf, atas kata yang keluar dari
mulutku yang tak kau senangi atau bahkan menyakiti hatimu waktu itu. Maaf. Sekali
lagi maaf.
Aku bahkan sulit mengatakan ini
secara langsung padamu padahal beberapa hari yang lalu aku sempat bertemu ,ah
maksudku melihatmu. Dan akupun yakin kamu juga melihatku.
Waktu itu disuatu tempat aku
melihatmu,aku mendadak gagu. Kamu tau hal konyol apa ketika aku melihatmu. Aku mengalihkan
suasana, pergi ke toilet kemudian menangis sambil tertawa loncat loncat
kemudian teriak tanpa suara selama beberapa detik. Kamu tau? Ini hal terr
konyol sejak aku mengenalmu. Beberapa saat aku malu bahkan Kadang sampai aku
menertawakan kekonyolanku sendiri.
Beberapa saat memang aku merasakan
betapa bahagianya melihatmu. Padahal setiap hari aku pasti bertemu dengan orang
orang yang lebih ganteng dari pada kamu, lebih slim,Lebih manis, tapi tetap kamu yang lebih menarik perhatianku.
Namun seketika aku kecewa. Kecewa kamu
tak bertanya, kecewa pada diriku sendiri kenapa tak memulai bertanya, dan
kecewa pada waktu yang tak bisa menghentikan moment itu sesaat, kecewa kepada
kita yang saling mengasingkan diri. Bahagiaku kemudian berubah jadi kelabu.
yang pada akhirnya aku kecewa kenapa
harus melihatmu, jika akhirnya lukanya semakin bertambah.
Mungkin awalnya memang lukaku agak
membaik, tapi akhirnya infeksi lagi. Bagaimanapun juga aku harus tetap
meneruskan hidup. Ini sedikit Lebay. Tapi memanglah begitu kalimatnya. Aku serasa
duduk ditempat. Kamu penyebabnya, eh. Mungkin saja aku sendiri penyebabnya.
Tapi jujur, aku masih belum mampu
berlari. Aku masih menikmati duduk ku ini. Aku saat ini hanya ingin kembali ke
peristiwa dimana aku melihatmu waktu itu,kemudian aku akan mengubah alur cerita
yang seharusnya. Aku akan mencoba bertanya lebih dulu, jika kamu malu aku akan
coba mencairkan suasana, jika kamu masih malu akan coba ajak kamu untuk
berbicara, tapi kalau kamu akan mendadak lupa,pergi, atau bahkan sampai sengaja
mengasingkan diri, sengaja menghindar atau memang sedang berjalan menuju hati
yang lain. Mungkin saat itu juga aku akan melepaskan genggamanku. dan
mengucapkan “Maaf, Terimakasih dan
Selamat Mencari”
Memang kurasa takperlu, tapi bukankah tidak akan merasa nyaman pergi
tanpa salam perpisahan?
Hhh. Kenapa ya... aku tak punya pintu doraemon yang mampu
mengulang waktu menuju ke masa lalu atau masa yang akan datang. Aku hanya
manusia biasa. Aku hanya punya hati yang terus berusaha sabar. Sabar dalam
segala hal, termasuk sabar menunggumu.
Ya, aku masih menunggu.
Jumat malam, 23 Desember 2016
00: 29
sijingga