Toh, hati kita
Allah yang pegang kan? Dan sekarang, hati kamu lebih Allah condongkan ke dia,
aku bisa apa? (A)
Jatuh cinta itu fitrah. Kita tak bisa menyalahi atau
menyalahkan (si) apapun. Kita hanya perlu lebih hati-hati lagi bagaimana
mestinya hati kita lebih tertata.
Patah hati, juga fitrah kan? Manusiawi. Tapi tidak
untuk terus berlarut-larut. Apasih yang kita punya? Apa yang bisa kita kuasai?
Bukankah kedipan mata saja Allah yang Maha
Menggerakkanya?
Apalagi soal perasaan. Allah yang sebenarnya punya
andil yang kuat untuk meneguhkan itu. Kita hanya diberi sedikit ikhtiar untuk berusaha
menjadi dan mencari yang terbaik. Tapi pada ujungnya Allah tetap Penentu (si)
apa itu yang ‘terbaik’.
Kehilangan seseorang sebenarnya tak akan
se-mengecewakan dan se-menyedihkan ini, jika kita tidak terlalu ‘merasa’
memiliki.
Udah! semuanya kan milik Allah. Hati kita, hati dia,
pun hati dianya-dia.
Udah doa?
Udah ikhtiar?
Ya udah, mau apalagi?