Pagi hingga menjelang
siang kemarin saya bersama Abah Ridwan diberi kesempatan Peacesantren Welas Asih
untuk belajar di Seminar Online yang digalakkan oleh STAR TRAINING &
CONSULTING, banyak sekali ilmu juga cerita menarik yang kami dapatkan dari
webinar tersebut.
Sebelum memasuki sesi
materi utama tentang “MENGATASI ANAK YANG SUSAH DIATUR”, kami dipersilahkan
menyaksikan tayangan yang didalamnya memperkenalkan pemateri pada hari tersebut
yaitu, “Wasmin Al Irsyad, S.Pd., M.Pd”
Pada tayangan tersebut
Pak Wasmin mengenalkan “Hypnoparenting” , kata kunci yang melekat dalam ingatan
saya yaitu ketika salah satu narasumber bilang, ‘Uyah moal tees kaluhur’
yaitu sebuah istilah *paribasa bahasa sunda yang artinya, perilaku orang tua
pasti akan turun pada anak.
Kita pasti sering
bertanya kenapa anak kita tidak mau belajar? Kenapa anak kita nakal? Kenapa anak
kita belum bisa mandiri? Dan kenapa- kenapa lainnya.
Namun, kita jarang bertanya
pada diri sendiri kenapa kita belum bisa membuat anak-anak rajin belajar? Atau kenapa
kita belum bisa membuat anak-anak mandiri? Dan sebagainya.
Ilmu ilmu parenting lama
kita kebanyakan berbicara tentang pola asuh, bagaimana cara mengubah anak, tapi
berbeda dengan hypnoparenting yang berbicara tentang perilaku orangtua terlebih
dahulu.
Semisal tentang, perilaku
kita yang mana yang tidak efektif mengurus anak? Kenapa nasihat nasihat tidak
bekerja? Dan sebagainya.
Dengan Hypnoparenting
itulah, kita mencari tahu satu persatu kekeliruan kita dalam mendidik anak.
Sangat panjang memang
pembahasan ini, mungkin setelah melihat tayangan ini saya juga ingin mencari
tahu lagi, perihal Hypnoparenting.
Kemudian, lanjut ke
sesi topik utama tentang “MENGATASI ANAK YANG SUSAH DIATUR” , untuk memulai
sesi ini Pak Wasmin menghubungkan dengan tayangan video sebelumnya, sampai
kemudian sebuah pertanyaan yang cukup menampar para peserta seminar keluar dari
Pak Wasmin,
“Apakah anak yang susah diatur? Atau kita yang
tidak bisa mengatur anak?
Ternyata memang kita
yang belum cukup mampu mengatur anak, kita kebanyakan terlambat dalam mengatur anak.
Sebetulnya beberapa
pembahasan relate dengan Disiplin Positif yang sebelumnya sudah saya
pelajari dari Abah Irfan, bagaimana harus kind and firm, konsekuensi logis,
punishment yang membantu dan reward yang punya prinsip- prinsip pemberian
bermakna, dalam istilah ini Pak Wasmin mewadahinya dalam “Tips Gamification
Parenting”
Salah satu pemberian
reward yang tidak disadari contoh kecilnya ialah,
ketika anak meminta kita
membukakan permen, kebanyakan kita membuka plastiknya kemudian memberikan
permennya bukan?
Tapi berbeda dengan
apa yang dilakukan pak Wasmin dan istri pada enam anaknya,
Ketika membukakan permen
yang pertama kali ia berikan pada anaknya adalah plastiknya, setelah si anak
berhasil membuang plastiknya barulah Pak Wasmin dan atau istrinya memberikan
permen itu.
Sesederhana itu bukan?
Saya selalu ingat apa
yang pernah dikatakan Mbak Ochi, Guru BK Darul Arqam pada saya suatu waktu bahwa
“Mendidik itu tidak bisa mendadak”.
Begitulah, bagaimana
sejak dini Pak Wasmin menanamkan tanggung jawab pada anaknya.
Karna untuk menjadikan
anak disiplin, rajin belajar, rajin ibadah dan perilaku baik lainnya kita hanya
perlu menanamkan tiga hal penting sejak dini, yaitu Mandiri, Tanggung Jawab,
dan Visioner.
Lalu, bagaimana untuk
kita yang merasa sudah terlambat? Anak- anak sudah mulai remaja atau dewasa
tapi belum bisa seperti apa yang kita bayangkan, pak Wasmin hanya memberi clue
dengan mengatakan, ‘cuman empat huruf kok’ tapi kita susah untuk itu.
TEGA
Yash, Abah Ridwan
menjawab dengan tepat pada sesi itu. Kita tidak TEGA ketika mau mencoba
mengatur anak untuk kebaikannya.
Kita hanya perlu
konsistensi dan ketegasan ketika memberikan aturan. Dengan tanda kutip kita tidak
membawa senjata-senjata berbahaya pada anak seperti mengancam, menyogok,
membandingkan dan menyakiti verbal/non verbal.
Lakukan apapun sesuai
kesepakatan awal, ketika waktu belajar ia pakai untuk bermain tanpa banyak
berbicara kita ambil gawainya kemudian ingatkan kembali, ulangi apa yang sudah
disepakati.
“Aa Teteh kita kan
sudah sepakat yaa main game tidak pada waktu belajar, Yuk belajar dulu”
Setelah kita melakukan
ini anak pasti akan memelas, merajuk atau bahkan marah tapi kita harus TETAP
TEGA, teguh pada pendirian.
Kata Pak Wasmin, kita
perlu menggunakan “Transaksional” untuk beberapa hal tapi tidak untuk “kasih
sayang”
Semoga ulasan saya ini
tidak berhenti disini, terus belajar dan mencari.
April hari ke
dua puluh,
Di rumah aja
Oleh: Widy