“Firaaaa…!” saat ku teriaki wanita
itu, dia hanya menoleh tak berkata sedikitpun,ia hanya melihatku dengan wajah
yang aku lihat dimatanya banyak beribu cerita yang sulit ku jelaskan,matanya
yang berkantung menggambarkan kelelahan yang tak berakhir dan wajah yang pucat
kurasa tak bisa membohongi bagaimana ia menangung banyak beban dipundaknya. Kuhampiri
dia yang masih belum berbicara, ku raih tangannya kuajak dia ketempat yang
setidaknya bias membuatnya sedikit melepaskan semua lelah dan bebannya.
“Sampaikanlah semualelahmu, semua
bebanmu disini, kepada alam ini , percayalah Allah selalu ada dimanapun,pun
ditempat ini ia akan mendengarkan keluh kesahmu, walaupun tak kau ungkapkan.”
“Lie!….a..a..ak..ku..” belum selesai
ia berbicara, tiba tiba ia memelukku erat, ia menangis tangisannya meluap, air
matanya jatuh habis di khimarku,aku tahu betul ini yang ia butuhkan sekarang,
butuh pundak untuk ia bagikan bebannya, walaupun tak ia ceritakan segalanya,
tapi dengan pelukan tulus seorang sahabat cukup membuat hantinya tenang dan
meyakinkan dirinya bahwa dia tidak sendiri.
Air mata yang jatuh dari seorang
akhwat shalehah sahabatku ini sudah mulai reda,matanya tak bisa menyembunyiakan
tangisannya, merah dan membengkak, isakannya sudah mulai menghilang,ia mulai
tenang...
“Seminggu Aby meninggalkanku aku
mulai bisa tabah dan ikhlas,tak lama setelah itu Ibu sakit sakitan akupun
mengganggapnya hal biasa aku sabra dan terus berusaha mencari penghasilan agar
dapat uang untuk berobat Ibu,berbarengan dengan itu,Dea adikku yang bungsu mogok
sekolah karna ingin diantar Aby naik ontelnya ,aku bingung harus bagaimana aku
berusaha membujuknya sampai akhirnya ia mau sekolah tapi tetap dengan syarat
harus diantar dengan ontel oleh Mas Rehan aku mulai tenang dengan masalah
sibungsu, usai sibungsu giliran Dias,semester ini dia harus mengikuti PKL
sebagai salah satu syarat kelulusannya dan itu membutuhkan biaya yang sangat
lumayan,tapi itu taka pa aku masih bisa bersabar, aku masih bisa mencari banyak
pekerjaan sampingan,taka pa waktu itirahatku hanya dua sampai tiga jam, jika
itu demi keluargaku, tapi Lie…..”
“Tapi apa,Fir?”
Belum sempat menjawab pertanyaanku,
ia kembali terisak,airmatanya kembali berjatuhan aku coba menghapus air matanya
yang jatuh,
“Mas Rehan… Lie…tiba tiba di..di..dia
mengirimku pess…pesan dia i..i..ngin putus denganku Lie” isaknya kembali
meluap,ia memelukku erat lagi,kali ini ia lebih lama memelukku,dan kemudian
mencoba teanang kembali.
“Disaat situasi seperti ini..
bayangkan adikku yang mengharapkan ia menjadi sosok pengganti Abynya,aku yang
saat ini sangat membutuhkannya bukan dalam hal materi Li, bukan dalam hal
materi… aku membutuhkan motivasi darinya,kasihsayang yang menjadi ketenanganku,nasihatnya
yang selalu menegurku yang lemah,tapi sekarang seolah olah Mas Rehan lah yang
sesungguhnya menambah beban lebih berat dalam hidupku,Lie.”
Mendengarkan ceritanya,air mataku
ikut menetes tak tertahan,aku mencoba menahan isakku aku mencoba menenangkan
Fira,aku tak bisa bayangkan bagaimana bisa aku jika ada di posisinya saat ini,
aku rasa,aku ingin mati saja. Tapi,aku malu dengan khimarku,aku mulai
menghilangkan prasangka burukku pada Allah,beristighfar,dan memeluk firra
dengan erat.
“Aku tak akan berkomentar apapun,Fir
tentang Mas Rehan, aku tak tau dengan jelas bagaimana alasannya,dan mengenai
masalah masalahmu aku yakin kamu itu sudah biasa menghadapi hal ini, sebenarnya
tidak dengan Mas Rehanpun kamu mampu, Kamu sandarkan semuanya pada Allah bukan
pada Mas Rehan,tapi aku faham,ini susah untukmu Fir,kamu terlanjur nyaman
bersandar dipundak manusia, itu tak salah tapi kurang tepat…. Allah membebani
sutu kaum sesuai dengan kemmpuannya,itu dariku,kamu sabra, kamu tidak sendiri
bukan hanya Mas Rehan dihidupmu bukan?”
Alam seperti ikut merasakan suasana
hati Fira saat itu, ia menjatuhkan serimisnya,langit menyaksikan semua cerita
Firra,
Gerimis sore hari,mereka masih
ditempat yang sama,Firra yang masih menenangkan hati dan pikirannya,
pandangannya melihat alam yang nyata di depan mata, ia mulai bernafas
lega,sedang Lie diam diam menatap Firra yang dari tadi diam meliaht pemandangan
yang ada.
Gerimis…. Entahlah,bagaimana kabar
perasaan Firra usai sore ini, aku harap tak melulu bergerimis seperti sore ini.