Jumat, 28 Desember 2018
Teman tak nyaman
Sebuah 'nyali'
Selasa, 20 November 2018
[Apa kabar manusia SERIBU AGENDA?]
.
Tetiba beberapa orang bilang kalo aku "manusia dengan seribu agenda" - hiperbolis banget yak?
Herannya juga, tau aku sibuk, mereka masii aja percaya buat nyibukkin aku. Dan aku oon- nya gak pernah bilang "maaf, gak bisa" malah seringnya "eimm... iya, oke siap" ya kalopun sesekali nolak paling aku menghindar tanpa menjawab.
Lah iya, wong akutu orang yang susah banget menolak permohonan tolong orang lain. Terlebih aku bisa melakukannya, akuty kek sering ngerasa "ah oke ada kok waktu, bisa kok nyempetin, gampanglah kerjain disela-sela waktu senggang" dan berbagai macam alasan serupa lainnya.
Namun pada akhirnya, ketika beberapa agenda yang aku iya-in mesti aku kerjain diwaktu yang bersamaan; disanalah aku ngerasa sangat bersalah.
Terus.... ngapain kamu selalu pengen sibuk?
Kata siapa pengen? Pengenyamah menikmati daily activity as ordinary ppl lainnnya. Ah tapi dugaan kita suka mlenceng kan? Kata siapa hidup mereka oke oke aja?
Lah, orang kalian pun anggap aku oke-oke aja. Iyakan?
Padahalmah,
Oke banget. Haha
Oke terus kenapa intinya kamu pen sesibuk itu wid? Enggak kok gak pengen. Cuman...
wht i felt before. Aku dulu sebelum bisa jalan pernah mengalami menyusahkan orang dengan tidak bisa melakukan banyak hal selama 1 tahunan dan itu bener2 menyiksa.
Gak bisa jalan, gak bisa duduk dengan nyaman, bahkan untuk menggerakkan kaki saja butuh bantuan tangan. Ini masa-masa yang menyiksa.
Lebih dari itu bayangin selama 5 tahun melakukan oprasi 6 kali. Cuman karna luka yang bandel dan jatoh berkali-kali.
Kata siapa hidup aku mudah sebelumnya?
Aku ngalamin ini semua. Dan bukan aku yang ngerasa susah tapi orang-orang sekitar aku pun, aku susahin.
Jadi, bukan tanpa alasan kenapa aku mengikrarkan diri mesti memanfaatkan apa yang aku bisa.
Mesti gak bisa lari seperti yang lain, kamu bisa jalan wid. Aku terus meyakinkan diri sendiri dan mengharuskan, kalau aku mesti berfaedah. Dalam hal apapun.
Semua yang baca ini sebagian mungkin nyinyir. Alay banget sii atau apalah.
It's not easy for me gais. Buat bisa se-oke ini aku pernah merasa mati ketika hidup. Dan salah satu alasan bagaimana aku bisa hidup lagi, ialah support teman-teman terbaik.
Yeay! Kenapa aku termasuk orang yang mempriority-kan "arti pertemanan" ya karna mereka da best support sistem dalam hidup aku selain mamah dan keluarga.
-------------------------------------
Jadi, Apa kabar manusia seribu agenda?
Belum kok, belum nyampe seribu. Hehe
Tenang.. masih bisa itungan tangan kok. Dan pastinya otw focus pemanfaatan sumber daya diri sendiri. Anfauhum linnas tetep, tapi cinta diri sendiri juga mesti!
Minggu, 28 Oktober 2018
Menjeda Hati
Sementara ingin sekali menjeda banyak hal. Bukan hanya perihal waktu. Tapi menjeda segala macam perasaan yang menyakiti diri sendiri.
Menjeda hati yang memungkiri, hati yang mencaci, hati yang membenci, hati yang dikecewai, hati diri sendiri.
Sesekali saja. Aku hanya menggunakan hati untuk keperluan ibadahku saja. Tidak untuk memberi makan egoku.
Aku tak ingin egoku kenyang dengan segala macam perasaan yang kian menjadi bumerang dalam hati.
Kataku, aku ingin cukup saja memberi hati pada saat saat tertentu.
Ini bukan persoalan tak ingin manusiawi. Tapi hati, memang meski hati-hati.
Jadi, Jeda Hatimu sekali-kali.
Rabu, 24 Oktober 2018
Ridhakah Allah?
Aku mulai keliru dengan Istilah tak asing yang dituturkan Buya Hamka, yang katanya "Kita pasti akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari"
.
.
Waktu ke waktu berjalan, dan benar adanya disetiap perjalanan,aku berpapasan dengan jiwa-jiwa yang aku cari. Dengan orang orang yang aku cari,
.
.
Pagi berpapasan dengan petang, senja berpapasan dengan jingga, malam berpapasan dengan siang, jiwa-jiwa kita saling berpapasan.
Dan aku semakin mengimani istilah itu.
.
.
Tapi aku lupa, bagaimana ridha Allah hadir diantara jiwa jiwa yang berpapasan itu.
Apakah hanya senang dan haruku yang membuat aku semakin yakin bahwa itu orang yang aku cari,
Aku mulai keliru, bahwa Ridha Allah perlu hadir untuk memastikan semuanya, ridha Allah yang akan juga mempertemukan kita dengan orang - orang yang bertujuan sama, orang yang bertransit yang sama, orang-orang yang sama-sama menujuNya.
.
.
Sementara hati, kerap melupakan hal krusial itu, aku lebih sibuk dan asal memastikan 'dia yang aku cari, mereka yang aku cari' padahal Allah belum tentu meridhai.
.
.
Hingga sampai pada kesimpulan bahwa "Allah bukan hanya akan mempertemukan kita dengan apa-apa yang kita cari, tapi Allah pasti akan mempertemukan kita dengan apa apa yang DIA ridhai"
Allahu, ridhai kami.
Minggu, 21 Oktober 2018
[MENJADI ORANG LAIN?]
Ini nih, syukur yang kerap menjadi kufur. Berharap menjadi diri orang lain.
Kita yang kadang merasa maha benar di dunia maya, jadi komentator baik bagi kehidupan orang lain, hingga sampai kita ingin jadi orang itu, ingin mendapatkan apa yang orang itu dapat, ingin menjadi diri orang lain, ingin menjadi dia, kaya dia, inginkan dia*eh
Kemudian hingga sebuah lagu dari Tulus seakan menjadi pendukung kegalauan diri yang ingin bertukar jiwa,
"Coba sehari sajaaaaaaa a, satu hari saja kau jaaadii diiiriku"
Padahal definisinya bukan seperti yang kita duga.
Kita gak akan pernah sadar, *eim maksudnya mungkin kita belum menyadari, banyak orang yang menginginkan kehidupan kita, banyak orang yang mungkin juga iri pada kita.
Sampai pada kesimpulannya, jikapun kita jadi seperti mereka atau mereka jadi kita; belum tentu masing-masing dari kita semua bahagia.
Jadi, syukuri harimu temans^^
Selamat Hari Senin,
Dari _Jingga_ yang menyayangimu 💕
Kamis, 18 Oktober 2018
Menjadi '"asing"
Ini yang ku khawatirkan, "menjadi asing"
Kau yang biasa menyapa, tak bertanya
Kau yang biasa bersenda gurau, tak berani menimpal,
Tiba-tiba, tanpa saling menjelaskan kita sama-sama merasa 'asing'.
Entah aku dengan perasaanku saja, atau kamu memang tengah sibuk mengurusi hati yang baru.
Persaanmu tak berkawan (lagi) denganku. Ah bukankah, 'bukan lagi sebuah pertemanan ketika satu atau keduanya punya perasaan yang lain.'
Dan mungkin, aku salah satu atau satu-satunya yang dimaksud.
Aku yang menjadi sebab, bagaimana perasaan diantara kita tak lagi 'berkawan',
Maafkan atas ketidaknyamana ini,
Rabu, 17 Oktober 2018
Bukan cerita dalam FTV
It's not a short story wht u mind wid, gak bisa kamu atur alurnya.
Ini jelas-jelas bukan adegan dalam ftv-ftv. Yang sebenernya seseorang yang dimaksud itu adalah kamu. Gak se-drama itu wid.
Ayolah! Bangunnnn! Duniamu masih luas, kamu berhak menikmati hidupmu!
Pengharapan pada Allah takkan pernah mengecewakanmu, perbaiki niatmu!
KELIRU [LAGI]
[Masih keliru]
Aku bahkan belum faham faham dengan diriku sendiri, yang berkali-kali keliru perihal 'perasaan'. Cukup lelah memang.
Padahal sedari awal sudah kuantisipasi agar tak melabuhkan hati pada siapapun kecuali Allah telah izinkan, tapi dasar aku, simanusia yang ngeyyel dengan segala praduga perasaannya.
Terus menerus, meluaskan harapan menyempitkan hati. Hingga harapku tak punya rumah lagi untuk berpulang.
Aku memang sangat melankolis untuk beberapa hal, maksudku banyak hal yang bersangkutan dengan 'perasaan'.
Apalagi ini,
Lagi-lagi 'keliru'
Senin, 01 Oktober 2018
Cerita Pribadi ( Narasi Diri )
Jadi, kemarin-kemarin saya bersikeras bilang ke diri saya, kalo saya harus menyelesaikan narasi taaruf versi saya ini. Mau tidak mau, sesiapa yang sudah membuka ini,harus membacanya hingga akhir, kan gak tau yak siapa tau cocok. Hihi.
Untuk berat badan entah kenapa sedari dulu badan saya kurang besar; alias ketcil, sekitar 45 kiloan lah kalo naik sekilo; kalo turun paling sekilo gak akan jauh, dan sistemnya pasti ke gitu. Ah iya, am moeslim yang sedang ikhtiar jadi shalehah. Doakan yak!
Setelah mendapati rangking yang naik turun akhirnya saya bisa masuk ke SMPN 2 Cilawu dan mengakhiri proses belajar saya di tahun 2011. Masa SMP yang kurang menyenangkan; mendapati kejadian yang membekas hingga sekarang yaitu accident di Kamis, 17 Maret 2010 lalu, yang membuat tibia fibula saya mengalami fracture yag sangat lumayan berat; semua itu tak membuat saya berhenti untuk lanjut, sampai akhirnya saya masuk ke SMAN 11 Garut dan berhasil LULUS di tahun 2014.
Untuk kekurangan, apa ya ? banyak eim. Tapi saya mengakuinya kok. Saya orangnya kerap tergesa-gesa, gurung gusuh, harus banget di rem kalo pa-apa, egois, terus kadang poligami pekerjaan yang bikin gak fokus dan gak selsai semua pekerjaan. makannya saya butuh kamu. Untuk hal fisik saya gak mau kufur sama nikmat yang Allah kasih, InsyaAllah gak ada kekurangan sedikitpun kecuali dari diri saya sendiri.
Saya anak ketiga (bungsu) kedua kaka saya udah menikah, yang satu di bandung, satu lagi disini dan balad guntreng sebenernyamah. Saya sangat dekat dengan keluarga terlebih bi Dijah dan Ema Ara yang semenjak 2010, sering saya susahin sebagai pengganti mamah kalo kagak ada di home. Mereka yang jagain saya anu ogoan,dan sekarangpun kalo apa-apa yang pertama saya ingat mamah, bibi, ema. Mereka pokonyamah!
kan gak mungkin ketika saya ngbrol panjang lebar ngakak so hard atau curhat, dia cuman jawab‘hemmmm’ atau ‘hehe’, ahhhh nooo, gak bisa!
Terus, sebernya dari dulu sih, kalo bisa nawar mah sama Takdir Allah, pengen banget nikah sama temen, maksudnya yang udah tau saya gimana terus udah senafas, udah hapal keburukan masing2, tapi kalakah temen saya udah banyak yang mendahului, haha. Tapi kalem sih masi banyak. Mudah-mudahan ya lur, esok lusa “Teman tapi Menikah” bukan Cuma isu, kamu geura ka rumah atuh! Becanda si, mon maap. Bebas, intinya yang soleh dan nyambung!
Terus intinya identitas saya yang lagi belajar jadi seorang guru mah gakbisa diganggu gugat, kalopun harus jadi Ibu Penuh Waktu- saya ajak suami bangun Rumah Belajar Jingga yang udah di roadmap-in sedari dulu.aamiin. kamu dukung ya!
boleh balas via japri di wassap 0895355205150
Rabu, 19 September 2018
Menjadi 'aku'
Kehadiran 'bapak', salah satunya.
Aku bahkan malas untuk membahas hal seperti ini. Tapi keadaanku terus menyinggung hal-hal serupa.
Kurasa, menjadi 'aku' bukanlah sebuah pilihan. Lahir dengan tanpa seorang ayah, dididik dan dibesarkan hanya dengan kedua tangan seseorang yang takzim dipanggil 'mamah'.
Menjadi 'aku' bukanlah sebuah pilihan, duduk di deretan nama Kartu keluarga dengan nama Ayah yang bukan sebenarnya. Ijazah dengan nama 'ayah' orang lain.
Yang terberat, menjadi 'aku' adalah mendapat setiap restu hanya dari seorang 'ibu' saja.
Bukan menyesal. Aku hanya sedang jujur dengan diriku sendiri. Bahwa menjadi 'aku' bukanlah sebuah pilihan.
Kemudian,
Kelak, kamu akan menikah. Lantas wali nikahmu akan siapa?
Hal-hal semacam ini pun menjadi krusial dalam pikiran.
Apa mesti bohong itu perpanjang masa aktifnya?
Apa hal ini serupa berbohong seumur hidup?
Lantas, bagaimana bisa aku memilih menjadi 'aku' yang lain?