Aku pernah mendengar dari beberapa orang bahwa Menikah itu bisa
tanpa cinta,karena memang cinta itu ditumbuhkan. Dan dengan menikah,Cinta itu
akan bersemi. Begitu singkatnya.
Aku tak yakin
sebelumnya,mana bisa kita hidup bersama tanpa ada cinta sebelumnya. Namun semua
ketidakpercayaan itu sekarang aku alami. Pada hari ke tigapuluh aku menikah aku
sudah jatuh cinta ah semakin jatuh cinta pada pria yang ada di sampingku saat
ini. Aku menatapnya dengan beribu makna. Aku menghitung setiap helaan nafas
yang ia keluarkan,karna saat ini tepatnya aku sedang berada diatas
jantungnya,ia hanya tertidur pulas memelukku erat. Pria berkacamata yang
matanya sipit,berjanggut tipis,bibirnya sedikit merah,manis sebuah pemandangan
indah yang menjadi sarapan setiap pagi sebelum beranjak dari ranjang.
Namanya Awan Zhafeer.aku senang memanggilnya Mas Awan.
Sebulan yang lalu tepatnya ketika dia menghalalku dia genap berumur 26 tahun.
Dia seorang penulis dan penyanyi. Dia berperawakan tinggi,tidak begitu putih
tapi memang manis,berjenggot tipis,berkacamata,penampilannya selalu
rapi,hobinya sesuai dengan profesinya menulis dan menyanyi. Dia lulusan sastra
inggris dari salah satu Universitas terkenal di Sudan dengan tanpa biaya
sedikitpun. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana namun karenanya sekarang
keluarganya sangat terpandang.
Sedangkan aku, Namaku Yumnaa Kinan aku baru saja berusia 21
tahun. Aku berperawakan kecil kalau kata orang sunda peot tapi tidak
mengkhawatirkan. Aku berkulit sawo matang. Berlesung pipi keduanya,itu yan
membuatku jadi anak termanis dirumahku,itu kataku. Rambutku panjang tapi hanya
aku dan Ibu yang tau,ah tidak. Sekarang suamiku juga tahu. Aku berasal dari
keluarga biasa juga hobiku memasak dan berbicara,iya,karna memang aku seorang
aktivis dakwah pekerjaanku berbicara dari satu liqo ke liqo yang lain,tapi ini
sebagai bentuk pembelajaran untukku. Aku juga dilahirkan dari keluarga
sederhana,Abahku hanya seorang aktivis Dakwah juga,dan ia membantu Ibuku
membangun usaha Cateringnya.
Ohh iya sebelum aku bertemu dengan suamiku,Mas awan aku memang
pecinta awan dan jingga,aku senang melihat awan dengan langit biru
disampingnya,mataku selalu tak ingin berkedip ketika melihat awan dan jingga.
Tapi,sekarang aku lebih senang melihat awan yang ini, yang ada disampingku. Suami
tercinta.
Aku pertama bertemu Mas Awan…aku tak ingat tapi dia
mengingatnya,saat itu dia sedang ada job menyanyi mengisi acara pernikahn yang
kebetulan teman liqo ku. Dan kebetulan juga suaminya temenku yang nikah,temen
dia juga. Kita itu pernah satu frame berfoto bersama pengantin,yaa walaupun
serombongan tapi anehnya dia masih ingat ada aku disana, sampai sampai fotonya
ia minta copy sama temenku dan ia bawa pulang,dia simpan diam diam di buku
agendanya lalu ia beri tanda pada potoku dengan tanpa hati,ahhh so sweet.
Katanya ketika pertama dia melihatku dia merasa adeuuuummm ada
sesuatu yang berbeda pada diriku,aku sedikit geer tapi mencoba jaim.wajar. bisa
dibilang Love at First Sight.ah manis sekali.
Dia mencari tahu tentang aku pada temanku yang menikah dengan
temannya,ketika dia mendengarkan semua hal yang berhubungan denganku katanya
dia semakin mantap,dan ditambah ia tahu bahwa aku masih lajang waktu itu. Pertemuan
pertama kita semakin ia susun,ia rencanakan sampai suatu saat kita dipertemukan oleh kedua teman kita
yang telah menikah.
“Assalamu’alaikum Ustadzah…” pria itu menyapaku pertama kalinya,dia
masih tertunduk,begitupun aku yang waktu itu masih sangat cuek pada laki
laki,pertemuan ini sangat tidaklah nyaman,kalau bukan karena teman baikku aku
sangat tak ingin begini beginian.
“Waalaikumsalam,aduh Mas,gak usah panggil saya ustadzah saya
bukanlah seorang ustadzah,kita sama sama masih cari ilmu kan,saya belum pantas.”
“Oh,tak apa De,biar jadi do’a. kalau begitu maaf boleh saya panggil
ade?”
“Silahkan,Mas.” Aku masih tertunduk,kedua temanku nyengir nyengir
lihat kelakuanku yang so jaim katanya,padahal aku biasa saja.
“Kinaaan,Ini Awan. Dia temanku yang kemarin ngisi di acara
pernikahan kita,kamu tahu Nan?” Mas Wahyu,Suaminya Nanda temanku bertanya
memecah suasana.
“Euhh… maaf aku tak memperhatikannya,jadi gak begitu ingat.”
“Aduh,Nan polos amat sih…. Bilang aja iya.” kata Nanda sambil
tertawa seolah mengucilkan, aku langsung mencubitnya dibawah meja,dia sedikit
nyengir,lalu diam. Dan aku sedikit malu.
“Tidak apa apa Mbak Nanda” kata pria itu,yang mulai mengangkat
wajahnya sambil sedikit tersenyum,tapi waktu itu aku masih menunduk.
“Kinannn..,Awan berniat untuk taaruf denganmu,bagaimana menurutmu?”
“Boleh silahkan… sebelum Mas awan mengirim biodatanya padaku ada
yang ingin aku tanyakan,apa boleh?”
“Oh silahkan..”
“Apa Cita cita Mas Awan?”
“Selain jadi Penulis dan Penyanyi Profesional,setiap hari saya
memiliki cita cita yang baru,tepat beberapa hari yang lalu ,ketika Wahyu dan
Mbak Nanda menikah,saya bercita cita ingin menikah, dan saat hari ini saya
bertemu denganmu saya bercita cita ingin memiliki istri seperti anti,maaf saya
akan bersyukur jika saya menikah dengan mu bukan dengan yang sepertimu,maaf
sekali lagi ini lancang,maaf. selain itu saya juga dari dulu bercita cita ingin
menjadi seorang Ayah dan suami yang Penuh Waktu,karna itu saya hanya ingin
berprofesi jadi penulis,”
Wajahku sedikit memerah tapi tak ku hiraukan. “Sebentar… afwan
maksudnya ayah dan suami penuh waktu?”
“Ayah dan Suami yang penuh waktu bisa menemani anak dan istrinya
dimanapun kemanapun.”
“MashaAllah…” aku menatapnya pekat dengan sekejap beristighfar
dalam hati dan langsung menunduk kembali.
“InshaAllah pulang dari sini saya akan kirim cv saya lengkap.” Pendekku,sekaligus
penutup percakapan kita berdua. Dan membuat sepasang pengantin baru jadi
pendengar setia percakapan kita waktu itu.
Dari pertemuan pertama itu,aku tidak langsung suka,aku hanya
sedikit kagum saja, apa bedanya ya. Syudahlah ya intinya aku masih biasa saja.
Berlanjut dengan saling kirim CV,lewat email dia berniat ingin
bertamu kerumah Abah,Ayahku. Tapi ia tak sebut kapan ia akan datang. Dan aku
tak menanyakan hal itu. Tapi waktu itu aku memang sangat deg deg gan. Sekelebat
pikiran muncul dari ingatanku,masa depan,kehidupan baru,Kinan baru dan…..
“Ahhhh,Nan setoooppppp!”
Padahal belum apa apa,aku sudah berpikir sejauh ini,ini hal konyol.
Aku bahkan setelah baca CV nya tidak langsung jatuh cinta. Aku masih biasa
saja.
Perkataan dia tentang niatnya untuk bertamu ke rumah Abah,ternyata
tak dibuat basi olehnya,hari ia mengirimiku email itu,hari itu juga ia
bertamu,itu yang mengejutkanku,terlebih dari aku tak menyiapkan sajian
untuknya. Aku juga tak mempersiapkan diri sedikitpun,pertanyaan pertanyaan yang
aku kira akan ia berikan padaku atau pertanyaan yang nanti akan ku tanyakan
atau sikapku atau apalah,yaaa terutama mentalku,saat itu aku ingat betapa
sangat gugupnya menghadapi pria yang asing bagiku.
“Afwan… De saya nggak bilang mau bertamu,dan bawa Ayah dan Ibu
kesini” katanya setelah mengucap salam dan kebetulan aku yang membukakan pintu
rumahnya.
“Silahkan masuk,saya panggilkan Abah,Pak Bu….silahkan” kataku
sambil tersenyum agak segan.
Sebelum Abah menemui Mas Awan di ruang tamu aku beritahu Abah dan
Ama tentang Mas Awan bahwa sebelum ia datang kesini kita pernah bertemu lalu
aku kasih lihat CV yang ia kirim, aku bilang pada Ama bahwa aku belum jatuh
cinta padanya. Tapi aku lihat dia pria baik. Itu saja. Jadi tak salah jika ia
ingin berbicara dengan Abah dan Ama. Setelah aku jamu Mas Awan,Ayah dan
Ibunya,aku langsung bergegas ke kamar.
Yang kuduga duga tapi memang aku fikirkan jauh sebelumnya memang
terjadi benar, dia melamarku saat itu juga,aku memang tak mendengarnya,tapi
entah apa yang membuat Abah percaya menitipkanku pada Mas Awan saat itu,padahal
aku belum istikhoroh,dan Abah belum bertanya padaku,aku sempat mengelak dan tak
menerima apa yang Abah lakukan padaku. Tapi Ama membuatku tenang..
“Kinan…. Abahmu itu kalau sudah yakin ia pasti akan
lakukan,percayalah Abahmu tak akan salah,dari pada kamu ngomel mending kamu
istikhoroh,jika jawabannya tidak,Ama akan bilang pada Abah,Abah sangat
menyayangimu bukan? Ia bisa membatalkan pernikahanmu.”
“Tapi Ama……. Apa bisa aku menikah tanpa cinta?sedang aku baru
bertemu dengannya dua kali,waktu itu dan tadi itu tak membuatku cukup untuk
jatuh cinta padanya.”
“Ama pun dulu sama Abahmu seperti kau ini,Ama beritahu kamu kalau
Cinta itu ditumbuhkan bukan dicari,seiringnya waktu kamu akan mencintai suamimu
yang asing bagimu,terlebih jika ia memang pria sholeh,tak ada yang lebih
membuat kagum ketika pria sholeh memperlakukan istrinya dengan baik,jangan
Jatuh Cinta,tapi kamu harus Bangun Cinta,Naan.”
“Ama,aku sering mendengar kata kata ini,banyak motivator yang
mengatakannya,walaupun aku seorang aktivis dakwah,untuk hal ini aku belum yakin
benar,aku tak bisa membayangkan sekamar dengan pria asing,ah bukan sekamar
berdampingan saja aku pasti tak akan bisa Amaaaa…”
“Bukan tak akan tapi belum… ayolah kamu ini shalehah,Ama hanya
ingin kamu istikhoroh saja.”
Aku tak bisa mengelak lagi,lelah dan aku hanya ingin berdiam diri
dikamar menutup diri untuk sementara.
Malam itu,aku Istikhoroh dan anehnya yang ada dalam bayanganku
ketika berdo’a malah pria itu yang muncul aku sempat tak khusyu ketika berdo’a.
tapi lewat mimpi aku malah semakin yakin bahwa jawabannya iya. Meski berat
mengakui. Mungkin aku harus mengiyakannya.
Setelah acara khitbah atau
pertemuan kedua itu,giliran keluargaku bertamu kerumahnya. Selang dua bulan
dari acara silaturahmi itu,kami melaksanakan akan sederhana. Dan sampai
akhirnya kepemilikanku dari Abahku beralih pada Suamiku saat ini,Mas Awan.
Malam,setelah akad adalah malam terekstreem yang tak ingin aku
alami,aku sangat masih merasa asing duduk berdampingan dengannya. Aku kaku dan
sering diam termangu.
“De?”
“i…i… iya Mas?”
“Karena kita masih merasa asing aku akan memulai hubungan suami
istri ini dengan pertemanan,agar kita semakin akrab dan tidak saling merasa
asing,kita bisa sering jalan bersama,nonton bersama,makan diluar bersama,dan
melakukan banyak hal bersama,bisa dibilang kita Pacaran setelah menikah. Namun
sebelum aku memintamu untuk jadi pacaraku,aku akan mendekatimu dahulu dan memeberimu
modus modus yang akan membuatmu jatuh
cinta padaku.” usilnya yang membuatku geli dengan tak sadar aku tertawa
“hehehe” aku sedikit menahan kegelianku untuk tertawa lepas. Dia
humoris. Suasana mencair. Dan aku mulai bisa beradaptasi dan menyamankan
keberadaanku.
Hari hari setelah aku menikah dengan Mas Awan aku seperti punya
teman baru,tapi bisa dibilang ini teman special.
“De ini hari ke 10 setelah kita menikah ya,hari ini aku ingin
mengatakan sesuatu padamu.”
“Iya Mas,mau bicara apa?”
“Yumna Kinan,maukah kau jadi Pacarku?” dia berlaga seperti
pria pria di drama korea,menengadah dibawahku,berlutut sambil memberikan
sebuket Anggrek ungu yang cantik,dia tahu benar ini bunga favouriteku.
“hahahah,giliran buat dijadiin pacar mintanya ke aku,minta dijadiin
istri nodongnya ke Abah”
“Aku kan GentleMan,eh jawab duluuuuuuuu….”
“Iya,Awan Zhafeer aku mau jadi pacarmu,Pacar dunia dan akhirat
InshaAllah.”
Aku jatuh cinta. Dia memelukku erat,aku seolah tak ingin melepaskan
pelukannya dan dihari kesepuluh ini aku mulai mencintai suamiku,apa yang Abah
dan Ama bilang benar nyatanya. Aku tak ingin mengulanginya lagi,aku bahagia.
Setiap hari dimulai hari kesepuluh itu,tepatnya setiap qabla
subuh dia mengatakan kata cinta dengan ciuman hangat dikeningku.
“Karna aku mencintai Allah dan Rasulku,aku mencintai
Ibuku.Ibuku,Ibuku,ayahku dan kamu istriku,I Love U for all the time I have
Langitkuuuuu.”
Aku tak akan bosan mendengarnya setiap pagi.Setiap hari kita
pacaran,dan terus membangun Cinta kita….
Sampai hari ke 30 di hari Resepsi Pernikahan kita ini…..
Untukmu Awanku,
Aku bahagia bisa menjadi langitmu setiap saat,
*apa bisa menikah tanpa cinta?*
*kata siapa TANPA CINTA,jusetru dengan menikah Aku Jatuh Cinta*
#sijingga