Kepada malam yang setia mendengarkah keluh ku. Kepada
setiap doa yang tak kelu aku tuturkan. Bantu aku yang ingin ikhlas. Untuk
ikhlas melepasmu.***
Sementara berita terakhir kudapati kamu yang mengungkapkan rasa cintamu yang
begitu dalam kepada seseorang yang entah siapa, Masih membuat sesak dada.
Mencoba memperlebar melapangkan hati.Lalu sebuah
pertanyaan keluar dari mulutku “Secepat
itu kah hati dibolak balikkan?” Sedang aku masih bersama kenangan yang sulit
aku lepas.
Tetap. Aku sangat amat keras kepala dengan perasaanku sendiri. Aku masih saja berharap pada orang yang sudah ku mungkinkan sedang memperjuangkan orang lain. Sisi lain, seseorang yang dulu sempat memperjuangkanku datang lagi. Tanpa diduga Ia masih berusaha memperjuangkanku. Dan aku bodohnya memaksakan diri memperjuangkanmu. Konyol. Kenapa harus serumit ini??
Kemarin, Dia mengungkapkan perasaan seriusnya padaku. Aku dengan sangat mohon maaf menjawab belum bisa menerimanya. Aku perlu mengosongkan hatiku dari segala macam tentangmu, agar siapapun yang masuk dalam hatiku ia mampu tinggal dengan nyaman.
Dia sedikit kecewa untuk alasan yang sangat menyesak didadanya. Aku
memakluminya.Kamu tahu,
aku tak sehebatmu dalam hal melupakan, kamu yang tak ada status apapun denganku
memang, tapi hati setidaknya pernah saling terpaut. Itu masih persepsiku yang
kemungkingkinan besar masih salah jika tentangmu.
Kamu dengan mudah bisa berpose dengan perempuan lain kemudian kamu memasang display picture tentang isi hatimu pada dianya kamu.
Ternyata dia sangat istimewa untukmu yaaa. SELAMAT! Kamu menang dalam hal ini.Dia yang begitu kecewa, dengan keraskepalanya masih ingin menungguku. Aku malu. Kenapa hal serupa aku lakukan padamu.
Dia yang penyabar atau kita yang sama sama bodoh dalam 'menunggu'.Untuk dia....
“Maaf. Maaf untuk kamu yang masih memperjuangkanku. mudah mudahan usai satu tahun masa tenangku, aku bisa menjawab pertanyaanmu. Aku butuh waktu untuk bisa memulihkan hati. Tapi jika kamu lelah, kamu boleh memperjuangkan yang lain. Aku hanya butuh waktu memulihkan hati,itu saja.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar