“Untuk apa masih disini ? memperpanjang harapan?” tulis Mega
dalam lembar terakhir buku catatannya. Kalimatnya seakan langsung memukul
hatiku. Iya pukulannya mungkin bisa jadi lebih keras dari pada pukulanmu ke samsak. Seuseuk. Apalagi jika ingat
malam kemarin soal salah kirim itu rasanya aku tak perlu menjelaskan perasaanku
waktu itu, bagaimana pun aku menjelaskannya itu sudah terlambat karena perahumu
sudah berjalan menuju pelabuhan yang lain bukan ? tapi itu baru kemungkinan
buruk yang ada dalam fikiranku. Dan sabarnya aku, aku masih 70 % berfikir
positif. Aku masih menunggu. Memperpanjang harapan.
Walau gelap aku harus tetap menikmatinya, aku berjalan seperti biasa satu km dari kampusku bukan karna ingin hemat tidak ingin naik angkot dua kali, namun alasan utamanya ingin menyibukkan diri memecahkan pikiran pikiranku tentangmu dengan bisingnya suara kendaraan dan mencari hal hal yang menyegarkan hati dan mata. Wkwk
Namun usahaku tetap saja gagal. GAGAL TOTAL. Yang ada sepanjang perjalanan aku malah banyak melihat orang orang yang mirip kamu berlalu lalang, atau sampai aku berbicara dengan diriku sendiri setiap ada motor yang mirip dengan punyamu, dan berpikir itu adalah kamu dan kamu mendadak berhenti didepanku atau menyalakan klakson motormu atau tersenyum atau say hey atau...... ah ini benar benar kacau.
Aku tak sadar tertawa sendiri menertawakan kegilaanku. Kemudian satu menit dari itu murung kembali, kelabu. Dan rindu.
Aku masih melanjutkan perjalananku, langit yang sedari tadi ditutupi awan kumulus yang abu pekat berganti dengan sitrus yang indah menghiasi oranye senja hari. Cantik.
Aku masuk ke sebuah mini market dengan masih ada bayanganmu sepersekian centi didepan mataku. Aku tiba tiba berhenti di tempat kopi dan lamunanku hinggap pada moment saat aku dibelikan camilan dan kopi dingin pas lagi ngewifi. Dan sampai kopi itu jatuh sedangkan aku masih haus, waktu itu kamu gak tau. Aku senyum sendiri.
Kemudian aku melanjutkan perjalanan dan tanpa disadari aku menikmati lamunanku, aku merekam moment moment kita sampai aku duduk ditempat dimana kita pernah duduk bersama. Aku duduk sejenak dan imajiku masih dipenuhi oleh bayangmu, aku melanjutkan cerita dalam lamunanku, inginku ceritanya kamu datang ke tempat yang sama kemudian menyapaku, duduk kemudian kita mengucapkan kata “maaf” bersama sama. Entah siapa sebenarnya yang harus minta maaf dan siapa yang harus dimaafkan. Atau mungkin cerita kita yang salah ?aku tak peduli siapa yang salah atau cerita kita yang salah. Yang pasti aku bahagia bisa disapamu. Walau itu sebatas imajiku. Aku benar benar kacau hari ini.
Perihal pertanyaan bayanganku mengenai siapa yang salah atau apakah cerita kita yang salah, jikalah memang suatu saat pertanyaan itu keluar dimulutku atau mulutmu. Aku hanya akan diam. Aku benar benar tak ingin membahas cerita ini. Cukup aku yang hidup di cerita nyataku pada epiode ini.
Cukup aku yang masih menunggu, cukup aku yang masih merindu, cukup aku yang memperpanjang harapan. cukup aku, entah sampai bulan keberapa. biarlah, cukup aku.
*salam rindu,dari seseorang yang masih terlupakan
dari Jingga yang sedang Gila padamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar