Ada yang sedang
berlalulalang berjalan kaki,ada yang sedang hilir mudik menawarkan dagangan,ada
yang sedang berdiri mengantri tiket kereta,ada yang menunggu kereta, dan
seperti aku ini ada yang sudah duduk di kereta melihat mereka mereka yang
disekitar stasiun Kerta api ini.
Para penumpang
berdesakan untuk dapat kursi duduknya,ada laki laki yang kewanitaan yang
bersikukuh ingin duduk,ada juga lelaki sejati
yang dengan rendah hati mempersilahkan wanita dulu untuk duduk, seperti
pria yang tepat berdiri di depanku, Ia laki laki itu tidak begitu manis,tapi ia
begitu menghormati perempuan yang ingin duduk,ia mempersilahkannya untuk duduk
duluan.
Sementara aku yang
duduk manis ditemani dengan memeori memori yang tersangkut di tempat ini yang berkelebatan
di fikiranku,masih ku ingat dua tahun yang lalu sebelum ia lulus jadi seorang PRADA
,ia mengembalikan sebuah buku yang ku pinjamkan disini,ditempat ini,di sebuah
stasiun kereta api,tempat bertemu dan berpisah.
Dulu,dua tahun yang
lalu itu,ia masih dalam proses testing untuk dapat masuk menjadi seorang
militer, dengan semangat dan do’a aku temani
ikhtiarnya ,aku dan dia dulu memang tidak mengikat sebuah status
apapun,pacar?Ah tidak itu sangatlah haram untukku,terlebih aku yang waktu itu
sedang nyantren sangatlah faham bagaimana hukum pacaran. Kami sangat
jarang bertemu,kami hanya komunikasi lewat sms,atau media social.kami berteman
dengan baik,ya berteman. Jujur saja waktu itu aku tak punya rasa lebih
untuknya,aku hanya berhubungan dengannya untuk menyambung silaturahmi sebagai
sesama aktivis masjid. Itu saja.
Tapi,semakin
beriringnya waktu,rasa peduli,perhatian,dan do’a do’a yang ia panjatkan cukup
membuat hatiku sedikit terpaut padanya,tapi jujurlah dulu pada waktu itu,lama
sebelum mengenalnya hatiku hanya mengenal satu hati yang entah bagaimana
kabarnya,aku tak akan menceritakan hal itu.
Waktu itu, pada
pertemuan di stasiun ini,ketika ia mengembalikan sebuah buku non fiksi tentang Ilmu
Kalam punyaku,aku tak pernah berfikir sedikitpun bahwa pertemuan
itu,sebagai pertemuan terakhirku,jujur saja sebagai wanita walaupun aku
mencintai orang lain,tapi ketika ada laki laki yang mencoba mencuri hatiku aku
sangatlah tergoda,dan sampailah hatiku mencintai dua orang sekaligus tapi ketika
itu juga aku harus melepaskannya(kenapa? Aku akan menceritakannya),catat.aku
tak menyesal,sedikitpun,Alhamdulillah.
Beberapa
minggu,setelah pertemuan itu,dia memberikan pesan singkat memang sudah biasa tapi
malam itu memang berbeda,dia memberitahuku kabar terrrbahagia menurutnya bahwa
dia lulus tes TNI AD setelah 5 kali gagal dan sebelumnya telah ia curhatkan
padaku,aku cukup bangga. Tapi ,perlu ku tekankan,aku tak pernah bermimpi untuk
menjadi seorang istri dari seorang militer,bisa dibilangi tu mimpi burukku.tapi
itu hanya sekelebat perasaan geer ku.
Malam itu,aku
tidak begitu bahagia,aku hanya mengapresiasi usahanya yang keras,dan doa yang
tak lelah ia panjatkan. Ia sangat bahagia,mimik wajahnya berseri seri ketika
memijit tombol keypad dihandphonenya,bayangku. Namun seketika bayanganku
roboh setelah membaca pesan singkat yang selanjutnya,
“Wulan,ana ingin serius dengan antum,emmmmm apa antum rela menunggu
ana sampai 4-6 tahun? Ana uhibbuki fillah?” Katanya lewat pesan singkat,yang
seketika membuatku kaget,walaupun aku tahu ia begitu peduli,perhatian,tapi pada
malam itulah pertama kalinya ia mengatakan “CINTA” padaku. Bersamaan dengan itu
beribu jawaban ada dalam fikiranku,yang pasti aku bingung,YA ATAU TIDAK.
Bagiku,seorang
perempuan yang hatinya jatuh di dua hati,sangatlah dilema menghadapi ini,walaupun
penantianku pada lelaki (note: yang tak ingin kuceritakan) itu tak tentu,dan
tak kunjung ada jawaban,tapi tetap dilubuk hatiku paling dalam dia cinta
pertamaku. Tapi satu fikiran lain,menjadi seorang istri seorang militer itu
pasti terjamin bahagianya,mungkin. Dan aku tak perlu menunggu cinta yang belum
tentu,dan jodoh didepan mata,tapi tetap aku harus menunggu. Aku tak yakin aku
mampu.
Aku belum menjawab
pesan singkatnya,aku terlalu dilema,tapi tetap kalaupun aku bilang Ya,aku tak
mampu menunggu lama,”pacaran” walaupun jarak jauh dan tak bertemu atau menjalin
hubungan via media dengan pacar terlalu lama tetap saja JINNAH.
“Ya Tuhan,kenapa dia tidak mengatakannya ketika ia sudah siap
nikahi ana saja?” Desahku dalam hati. Tapi masih saja aku tak yakin dengan
desahanku itu.
Aku mencoba
mengetik beberapa huruf dengan ragu ragu,dan ….
“Bismillah… Afwan Bang,jujur saja ana sebelumnya tak pernah
bermimpi menjadi seorang istri seorang PRADA…..” Aku sedikit bingung,tapi
berusaha melanjutkan sambil terus berkomat kamit berdoa dalam hati mudah
mudahan jawabanku ini tepat.
“…tapi,Jika Allah menakdirkan aku berjodonh dengan seorang
militer,aku tak akan menolak jika bicara Takdir Allah,terimakasih telah
mencintaiku,sebagai apapun yang abang maknai, tapi maaf….” Aku berhenti
lagi,sangat segan mengetik keypad handphone ku.
“tapi,maaf…. Abang sekarang lanjutkan dulu saja pendidikannya
sampai 4-6 tahun,insyaallah ana disini memebrikan do’a dan Motivasi,jika abang
sudah mampu silahkan kerumah saja” aku bingung,dengan bismillah aku pijit
tombol Send di pesan singkatku.
Tak lama setelah
itu,ia dengan cepat membalas sms ku,
“Kenapa, harus menunggu nanti,abang siap jika malam ini harus
kerumah antum,Lan…Kita tunangan dulu,setelah 6 tahun kita menikah,bagaimana ?”
Ah rasanya,,, ia begitu mudah sekali menjawab smsku,padahal
aku mengetik satu huruf pun susah,tetap!!! Aku tak akan MAMPU,menunggu terlalu
lama.
“Abang… 4-6 tahun itu bukan waktu yang singkat,menunggu itu hanya
lah untuk orang orang yang setia,aku takut jika aku ataupun abang tak mampu
melakukan itu,terlebih kita belum halal,aku tak akan pernah nyaman,kita
tak akan tahu bagaimana kedepannya, gini saja bang… ana mencintai abang sebagai
sesama muslim,ana mendukung besar apa yang abang cita citakan,tapi tetap ana
tak mampu dan tak akan bisa jika harus menunggu 4-6 tahun dalam penantian dalam
status pacaran,selama itukah kita berjinnah lewat pesan singkat atau video
call,aku tak akan hidup tenang. Abang jalani saja dulu apa yang abang cita
citakan,jika dalam perjalanan abang menemukan wanita yang lebih dari ana,yang
membuat abang nyaman,ana ikhlas,dan mendoakan yang terbaik, pun bagi ana, tapi
ketika sudah lulus abang ataupun ana memang dijodohkan bersama,cukup satu bulan
kita taa’ruf,khitbahi ana,kemudian akad,itu cukup. Kita tak perlu saling
mengharapkan,kita hanya perlu saling mendo’akan yang terbaik dan menerima
ketentunnya,bukannya seperti itu? Afwan ini sudah keputusan Wulan,mohon abang
mengerti,karna Allah aku menolak ajakan pacaran darimu” kataku panjang lebar
sampai sampai tanganku kelelahan setelah memijit mijjit tombol keypad handphoneku.
Aku masih ingat benar
rincian pesan singkat yang waktu itu aku kirimkan. Itu mungkin sedikit
menyakitkan hatinya Bang Fauzan. Bukan sedikit tapi memang sangat
menyakitkan,aku tahu betul itu setelah ia membalas sms ku lagi,
“oh… seperti itu,terimakasih jawabannya,abang kira respon dari
perhatian yang abang berikan pada wulan mengartikan perasaan wulan yang sam
dengan abang,tapi ternyata abang salah,abang mencintai orang yang salah!”
Balasan sms dari nya,sangat menyakitkan untukku,terlebih ketika ia
mengatakan “orang yang salah”, aku sampai berkali kali membacanya,kenapa pada
waktu itu sampai terfikirkan buruk sangka seperti itu tapi aku cukup
instropeksi memang benar akupun salah,tapi kenapa bang Fauzan yang kufikir
mengerti agama,bisa bisanya menjawab seperti itu,padahal waktu itu yang ingin
aku dengarkan itu…
“iya Wulan,abang Faham…. Inshaallah Abang ingin serius dengan
wulan,setelah abang Lulus,abang akan penuhi janji Abang,antum tak perlu
mendengarkan janji itu,cukup Allah yang mendengarnya,Wulan benar… memang kita
tak perlu saling mengharapkan,jikapun kita berjodoh kita akan ditemukan
kembali,ana uhibbuki fillah” ahhhh sekelebat harapan itu terbayang, tapi
tidak,itu tidak akan terjadi. Aku tak berani membalas sms yang sangat menyakitkan
untukku. Tak akan pernah berani,aku tak akan menjawabnya. Sampai saat ini.
Hari hari ku
setelah itu,fikiran dan bayangan akan apa yang bang fauzan katakan padaku,pada
sms terakhirnya masih ada di benakku,aku berencana untuk menyibukkan diriku dengan
berbagai hal positif,memperbanyak tilawah,Liqo dari masjid ke masjid,menulis
dan sebaginya,aku mengurangi intensitas memegang handphone atau bermain
dengan Media Sosial.
Dan kira kira
seminggu setelah kejadian itu,aku mencoba mulai buka lagi akun facebookku,ditelaah
demi telaah ternyata bang fauzan up date sebuah status,
“Dara indah Pertiwi,ana Uhibbuki Fillah,terimakasih telah bersedia
menungguku,aku akan selalu mencintaimu sayang…” tulisnya dengan ditambah emot tanda buka kurung segitiga dengan angka
tiga setelahnya dan emot titik dua bintang,ah aku jijik melihatnya,ini tak
pantas dilakukan oleh aktivis remaja masjid,
“Astaghfirullah,jangan urusi orang lain Lannn…”kataku sambil
mengusap dada sendiri. Dan berhenti tuk mengomentari. Aku sengaja memijit
tombol LIKE,
Namun tetap dalam hatiku aku ingin berteriak “Jangan,berani berani
mempermainkan Kata ana uhibbuk fillah pada semua perempuan dengan
mudah,baru seminggu mengatakannya padaku ,ia langsung mengatakannya pada wanita
yang lain,kalau memang karna Allah kenapa secepat itu melupakan dan
emmbenci,kenapa tidak emnjaganya lewat do’a,kenapa harus berlaku seperti pada
wanita lain kenapa harus sangkut pautkan Jinnah didalamnya” kataku pedas dalam
hati,tapi setelahnya aku ambil wudhu dan
menutup akun facebooku.
Esoknya aku memang pada waktu itu terpaksa harus buka akun facebook,karna
temanku Dilla akan mengirimiku File Tugas Kelompoknya denganku,tapi ketika aku
buka inbox,kenapa pesan dari bang Fauzan yang muncul,itu sangat membuatku
rishi,tapi karna aku penasaran aku dengan terpaksa membukanya,di pesan itu dia
hanya mengirimiku pesan yang sangatttt superr singkat,hanya ucapan
“Assalamu’alaikum!” Tapi ketika akan ku balas,aku susah,rupanya dia elah meremove
pertemanannya denganku,dan semua akun media social sudah tak berteman
lagi,itu tak masalah.
Kejadian dua tahun itu,masih ku ingat, ternyata memang apa yang dia
katakana benar,dia mencintai orang yang salah,karna memang aku tak akan
pantas bersanding dengan orang yang seperti itu,afwan maksudku aku garis bawahi
sikapnya bukan orangnya. Cukuplah surah Annur ayat 26 menguatkan
hatiku,bahwa Lelaki Yang Baik Untuk Wanita Yang Baik,kalaupun aku belum
mampu menjadi wanita yang baik,tapi saat ini setidaknya aku sedang berusaha
menjadi seorang wanita yang baik untuk mendapatkan lelaki yang baik pula.
“Ahhhh lelaki yang baik seperti apa yaa?” Bisikku dalam hati dan
seorang lelaki yang tidak begitu manis tepat berada didepanku tadi membuyarkan
memoriku yang sedang ku ingat.
Ranselnya menabrak wajahku yang memang ketika itu aku sedang
melamun,“Maaf Mbak,” katanya polos. Tak menoleh padaku sedikitpun dia malah
bergegas membawa seorang Ibu Tua duduk dibelakangku di kursi yang kosong.
Rupanya,Tempat ini tak mengizinkanku untuk menyusun ingatan ingatan
di memori duluku itu. Itu bukan kenangan baik. Bisa jadi lewat lelaki yang
kurang manis itu. Memoriku seketika menghilang.
Dua tahun yang lalu aku dapati Cintaku yang salah.
12:20 WIB disebuah kelas yang
nyaman,
Sambil menunggu siswa mengerjakan
soal,
Editing tulisan yang terlupakan.
#fiksi
#sijingga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar