hai, apa
kabarmu? disini aku menunggu
duduk terdiam mengharapkanmu
di tempat biasa kita bertemu
untuk sekedar melepas rindu
waktu yang lama kadang membuatku resah
tak apa aku mengerti
mungkin kah ini karena aku terlalu
menantikan senyumanmu
reff :kasih tetaplah disini engkau temani aku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
karena ku bahagia
bertemu denganmu melihat dirimu
kan baik dan baik saja
kau menyapaku. membawa senyumanmu
senyuman dari bibir merahmu
sungguh hati ini sedang berbunga-bunga
betapa aku mencintaimu
tak ada pelukan atau pun cumbuan karena
kita harus menjaga diri
dari cinta yang akan menjatuhkan kita
cukup dengan senyumanmu
back to reff
ku menyadari? penantianku disini
tak ada artinya karena penantiamu kepada ku
maafkanlah
ku masih belum
memastikan kebahagiaan
namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan.
duduk terdiam mengharapkanmu
di tempat biasa kita bertemu
untuk sekedar melepas rindu
waktu yang lama kadang membuatku resah
tak apa aku mengerti
mungkin kah ini karena aku terlalu
menantikan senyumanmu
reff :kasih tetaplah disini engkau temani aku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
karena ku bahagia
bertemu denganmu melihat dirimu
kan baik dan baik saja
kau menyapaku. membawa senyumanmu
senyuman dari bibir merahmu
sungguh hati ini sedang berbunga-bunga
betapa aku mencintaimu
tak ada pelukan atau pun cumbuan karena
kita harus menjaga diri
dari cinta yang akan menjatuhkan kita
cukup dengan senyumanmu
back to reff
ku menyadari? penantianku disini
tak ada artinya karena penantiamu kepada ku
maafkanlah
ku masih belum
memastikan kebahagiaan
namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan.
Labib Mufid (Di Tempat Biasa) Lyric Cover at The
Gwangmun-Kyuhyun
Pria berambut agak
panjang itu masih duduk manis di bangku taman . Semilir angin yang lewat seakan
tak pernah ia hiraukan, matanya masih terpaku pada daun daun yang jatuh
dihadapannya namun tatapannya kosong bermakna. Ia masih duduk disana duduk
terdiam dan menunggu, ya dia menunggu, menunggu seseorang.
Alunan lagu Di Tempat
Biasa Coveran lirik Labib Mufid dari lagunya Kyuhyun at The Gwangmun menemani ia,pada sore itu.
“Ah,alam… kau adalah
teman sejati yang mampu membuat nafas ini berhembus denganmu, yang mampu mata
ini terpukau olehmu, dan yang mampu membuat hati ini tentram menatapmu”
desahnya dalam hati kagum.
Tak lama ia menunggu
seorang perempuan berkerudung panjang dengan gamis yang lebar,sungguh anggun
menurutku.Kukira dialah seseorang yang
sedang pria itu tunggu.
“Menunggu hanya untuk
orang orang yang setia,ya mas. Terimakasih sudah menunggu,Assalamu’alaikum”
suaranya lirih memecahkan suasana yang dingin saat itu. Perempuan itu duduk
dengan jarak yang agak jauh dari kursi yang pria itu duduki, mereka seolah
saling menjaga, namun tetap hati mereka seakan mencair bersamaan saat itu.
“Waalaikumsalam,De. Sama
sama, terimakasih juga sudah mampu menantikan Mas, sampai selama ini” jawabnya,
sambil tersenyum. Ahh semakin meleleh rasanya suasana sore itu.
Sore yang sejuk seperti
biasa di penghujung bulan Mei ini,sangat mendukung sekali pertemuan dua insan
yang sudah lama tak jumpa,beberapa menit mereka saling terdiam,dan
menunduk,sepertinya mereka sedang merangkai kata kata,ah tapi begitu lama
menurutku.
“Euhh… “ pria itu memulai
“Bagaimana Kuliahmu De?”
tanyanya singkat,wajahnya sekejap menatap perempuan yang duduk disebrangnya itu
yang masih menunduk. Ia tersenyum, walaupun si perempuan tak menatapnya.
Agak lama peremuan itu
menjawab, “Alhamdulillah Mas,masuk Semester akhir,InshaAllah do’anya ya
Mas,eummmm Mas Fatih sendiri…. bagaimana?”ia menjawabnya pelan pelan,matanya
sekelebat saling bertatap dengan pria itu,ia langsung menunduk lagi.
“Alhamdulillah setelah
dua tahun ini Mas Kerja,Mas dapat beasiswa S2, dan Alhamdulillahnya lagi Mas
bebas mau pilih Universitas mana saja”
“MashaAllah….
Alhamdulillah,Mas niatnya mau kemana ?”
“Kalo Allah
mengizinkan,Mas ingin ke Turki”
Perempuan
itu belum menanggapi,sesaat mereka saling diam, perempuan itu beranjak dari
kursinya, berdiri dan berpindah duduk ke sekitar bunga bunga,yang tak jauh dari
kursi itu.
“Selamat
ya Mas, Sukses selalu.” katanya pendek pada Pria itu, yang ternyata sedang
berdiri tak jauh dengan dirinya.
“iya,De…oooh
iya emm bagaimana kabarmu dua tahun ini?”
“Kabarku
baik sebelum bertemu ditempat biasa kita ini, tapi setelah mendengar itu,
kurasa kabarku buruk sekali” kata perempuan itu dalam hatinya. Ia masih diam,
dan matanya kosong ia searasa mendengar kabar yang paling buruk. Tak sadar air
matanya menetes. Tapi sebelum pria itu melihatnya ia segera menghapusnya.
“......De,Miaaa?”
“Euh,Iya Mas?gimana?”
tanyanya tersadar
“Kabarmu bagaimana?”
“Alhamdulillah…Mas
sepertinya ana lupa ada janji, ana harus pergi… Mudah- mudahan pulang dari
Turki,Mas Fatih Sudah Sukses,terimakasih untuk semuanya.” Ia berusaha ingin
beranjak pergi,
“De….!”
“Iya,Mas?”
“Sebenarnya, sebelum Mas
ke Turki Mas ingin membawa Teman Hidup Mas ke Turki, do’akan ya, MUdah mudahan
Allah mengabulkan”
Ahh, semakin hancurlah
hati si peempuan itu, mendengarkan kata demi kata dari pria itu yang sebenarnya
ia sendiri tidak tau apa makna sebenarnya.
“oh…. Ba..ba..gus kalau
se seperti I..itu Mas, ana doakan yang terbaik” jawab perempuan itu sedikit
gelagapan, sedikitpun ia tak mampu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah pria
itu walaupun hanya sepintas, karna hal itu menyakitkan.
***
Dia,pria yang dua tahun
yang lalu bertemu untuk pertama kalinya ditempat yang sering mereka sebut Di
Tempat Biasa,membuat perempuan itu mempertahankan hatinya untuk berusaha
memantaskan diri dan menjaga diri, ia bertemu ditempat yang memang Allah telah
rencanakan sebelumnya. Di sebuah tempat dimana mereka sering menghabiskan
banyak waktu mereka disana, mereka adalah orang orang yang senang dengan
keheningan dan ketenangan di setiap Senin Sore.
Suatu Hari si pria yang
sedang asyik menulis melihat seorang perempuan berkerudung panjang dan bergamis
lebar ,cantik duduk disebuah kursi sambil melukis yang pikirnya tempat
langganan si perempuan itu.
Dari pertemuan itu,
mereka saling bertukar cerita bagaimana seorang penulis bisa berkoordinasi
dengan seorang pelukis,mereka tak pernah janjian untuk bertemu, tapi memang
mereka selalu bertemu disetiap senin sore, sampai pada suatu saat…
“De Mia, ana mau pergi ke
Jogja,ada panggilan kerja disana,Alhamdulillah ana lulus tes tanpa pajak” kata
pria itu,belum juga dijawaboleh si permpuan ia melanjutkan…
“ Mas selalu berdo’a yang
terbaik untuk ade, mas dua tahun lagi pasti ketempat ini dihari yang sama di
saat yang sama, sore hari, dua tahun lagi kita bertemu jika Allah menghendaki,
Mas ingin melihat De Miaa,sudah jadi pelukis hebat,atau sudah jadi seorang
istri yang hebat yang mampu melukiskan berbagai cerita baik dalam hidup
keluargamu nanti De..”
Perempuan itu masih
menunduk ia tak berani menjawab,
“Sebenarnya, jika Mas
Mampu, saat ini juga Mas akan meminta bapakmu agar berkenan menitipkanmu pada
Mas… sayangnya Mas masih harus memantaskan diri, semua lukisan mu sudah mas
ceritakan dalam lembaran hidup Mas, semua keizzahan dan keiffahanmu sungguh
membuat mas terkagum kagum pada hasil ciptaanNya. Sungguh Mas, tak berani
membiarkan seorang perempuan shaleh duduk dengan penuh harapan pada penantian.
Mas tak memintamu menjawab perasaan mas, mas tak memintamu untuk menunggu
apalagi menanti,tapi kabarmu 2 tahun yang akan datang itu sudah janji Mas,
sekalipun De Mia sudah berkeluarga,Nanti bawa pasanganmu ya De” kata pria itu
panjang lebar melanjutkan, tanpa jeda. Ia tarik nafas, karena memang kata kata
yang telah ia keluarkan sebelumnya, memang memerlukan banyak tenaga untuk
mengunkapkannya.
“Sebenarnya,Sungguh aku
tak berani menjawab apapun….Mas,tapi hati ini memaksaku untuk mengungkapkannya,Mas….
Kalaupun ana juga mampu,ana yang akan pertama kalinya meelamar Mas untukku.untuk
ana jadikan seorang penulis di kehidupan kita,tapi sayangnya akupun masih
kurang Mampu yang sangat jauh dar dirimu seorang shaleh,bijaksana dan……., Kita
tak perlu saling Menunggu kita hanya perlu saling melepaskan dan mengikhlaskan
semuanya” jawabnya mengakhiri dan tetap pandangannya masih menunduk. Di sisa
kata katanya terselip tetesan air mata yang sengaja terjatuh di mata insah
permpuan itu. Ikhlas.
***
“De….Jika berkenan, Mas ingin bertemu lagi
denganmu” ia bicara sedikit sedikit mencairkan lagi suasna yang hening
“Tapi bukan ditempat
biasa kita ini,tidak perlu menunggu pulang dari turki, atau tidak perlu menunggu
lama,Mas ingin segera bertemu denganmu De.Bukan ditempat biasa ini tapi…. Tapi…
di..…di….. pelaminan De,”katanya menjelaskan malu dan sedikit gelapan
mengungkapkan maksdu baiknya itu.
“De Mia tak perlu
menjawabnya, cukup ayahmu nanti yang menjawabnya, malam ini ana akan bertamu ke
rumah ayahmu De”
namun tetap
disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan
“inilah
jawaban dari keikhlasan selama dua tahun ini, dan jawaban atas usaha dalam
memantaskan diri ini”
***
Di tempat biasa itu meraka bertemu
kembali, tapi ada yang beda dengan pertemuan itu,mereka bertemu di waktu yang
sama,saat yang sama, tak ada yang lebih dulu menunggu pun tak ada yang lebih
akhir dinanti. Tak ada mata yang saling menunduk lagi, tak ada duduk dengan
jarak lagi, tak ada suasana yang saling membisu. Tak ada lagi perasaan yang meleleh
dikeduanya tanpa mereka sendiri yang mencairkannya dengan suka hati, sehingga lebih
nikmatlah perasaan mereka itu.
Di
tempat biasa itu,Penantian, Keikhlasan,Usaha,Kepantasan dan do’a terjawab semua
oleh kebahagiaan. Bahagia Dunia dan InshaAllah sampai akhirat.
Mon.16th May - 22:12 WIB di rumah sendiri
Am so sleepy.
Ini FIKSI dan IMAJINASI
Selamat malam dari Jingga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar