Jumat, 28 Desember 2018

Teman tak nyaman


Ketika bertemu dengan orang-orang dalam perjalanan, ada yang mesti kita tekankan; ialah akan kita perankan sebagai apa orang tersebut; apakah sebagai rekan kerja, rekan semisi, atau rekan dalam segala hal.

Maksudku, rekan hidup.

Begitu memang. Kita pasti akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari. Tapi kita kerap lengah atas apa yang sebenarnya kita cari, atau bahkan kita sendiri tidak paham apa yang tengah kita cari.

Pasti semua orang pernah mengalami ‘kelengahan’. Termasuk dalam mendefinisikan peran seseorang dalam hidup kita.

Pun aku. Yang kalang kabut membahas peranmu dalam hidupku. Yang hadir kemudian aku kagumi, tiba-tiba saling mengenal, dekat dan menjadi karib. 

ini yang kusebut, 'Teman tak nyaman'.


Sebuah 'nyali'


Pagi itu, kamu hanya menampakkan senyum sinismu. Tertawamu tak sedikitpun menyiratkan keceriaan. Aku tau kamu tengah terpuruk dengan dirimu sendiri. Tapi kamu berusaha menyembunyikannya dari banyak manusia. Mungkin ada beberapa juga yang menyadarinya, termasuk aku.

Memang bukan satu-satunya, tapi menajdi salah satu yang memahamimu adalah bumerang bagi diriku sendiri. Bagaimana tidak?

Aku takut terlalu berlebihan. Menjadi teman baik menurutku tak nyaman, jika posisinya aku perempuan dan kamu laki-laki. Dan diantara kita sudah ada perasaan lain selain pertemanan.

Sesekali kau juga menyalahkan diriku sendiri. Kenapa harus meletakkan perasaan yang kurang tepat pada teman sendiri. Menjadi bumerang bagi diriku sendiri.

Ah, aku keliru lagi dan lagi. Aku jadi merasa serba salah. Terlebih saat kamu berada diposisi seperti ini. Sesederhana menghiburmu adalah sebuah kekeliruan, jika itu terjadi padaku.

Ah aku bisa saja dengan mudah terang-terangan menyatakan mengekspresikan perasaanku. Tapi banyak hal yang belum ku persiapkan. Semacam kehilangan seorang teman, dan sebuah penolakan.
Aku si pengabdi arti pertemanan, kehilangan satu teman bagiku kehilangan banyak harta. Terlebih teman yang ku maksud adalah kamu. Orang yang... ah sudahalah. Aku tak ingin mendefinisikan mu lebih jauh.

Nyaliku hanya sebatas mendoakamu, kamu yang kerap menjadi alasan banyak orang tertawa bahagia, mudah-mudahan Allah senantiasa meberikan kebahagaiaan padamu.
 Jumat pagi, desember hari ke 28