Jumat, 23 Desember 2016

Peristiwa itu


Dalam Hidup ada banyak rasa
Dalam hidup ada banyak warna
Dulu hidupku berwarna
Masa indah yang terpaksa aku lepaskan untuk sesuatu yang tak aku impikan
-THIS IS CINTA-

Kemudian aku katakan bahwa kisah cinta kita, eh maksudku kisah cintaku, bukan seperti Rachel  dalam film This is Cinta yang saling mencintai dengan Farel.  Aku bahkan hanya mengira ngira saja perasaanmu padaku,haha. Iya hanya mengira ngira. Semacam mengisi soal fisika di ujian nasional yang aku sendiri gak ngerti soalnya apa, sampai aku mengira ngira. Dan kamu lebih rumit dari pada soal Fisika.
Rumit. Entahlah kamu dan fisika memang punya banyak kesamaan, sama sama rumit. Sama sama sulit difahami dan sama sama mengganggu otakku. Tapi bedanya, aku tidak mencintai fisika. Tapi kalau kamu, mmm. Kupikir ini tak penting aku jelaskan.
Musim penghujan sudah berakhir. namun gerimis di hatiku tak reda reda. Dua bulan ini aku benar benar gila. Semua pekerjaan gak efektif, semua masalah sulit diselesaikan, semua waktu terasa begitu lama, semuanya berantakan, terutama hatiku. Dan semua itu kamu penyebabnya. Dan dengan sebalnya kamu belum bisa mempertanggungjawabkan semuanya ini.
Maaf, atas kata yang keluar dari mulutku yang tak kau senangi atau bahkan menyakiti hatimu waktu itu. Maaf. Sekali lagi maaf.
Aku bahkan sulit mengatakan ini secara langsung padamu padahal beberapa hari yang lalu aku sempat bertemu ,ah maksudku melihatmu. Dan akupun yakin kamu juga melihatku.
Waktu itu disuatu tempat aku melihatmu,aku mendadak gagu. Kamu tau hal konyol apa ketika aku melihatmu. Aku mengalihkan suasana, pergi ke toilet kemudian menangis sambil tertawa loncat loncat kemudian teriak tanpa suara selama beberapa detik. Kamu tau? Ini hal terr konyol sejak aku mengenalmu. Beberapa saat aku malu bahkan Kadang sampai aku menertawakan kekonyolanku sendiri.
Beberapa saat memang aku merasakan betapa bahagianya melihatmu. Padahal setiap hari aku pasti bertemu dengan orang orang yang lebih ganteng dari pada kamu, lebih slim,Lebih manis, tapi tetap kamu yang lebih menarik perhatianku.
Namun seketika aku kecewa. Kecewa kamu tak bertanya, kecewa pada diriku sendiri kenapa tak memulai bertanya, dan kecewa pada waktu yang tak bisa menghentikan moment itu sesaat, kecewa kepada kita yang saling mengasingkan diri. Bahagiaku kemudian berubah jadi kelabu.
yang pada akhirnya aku kecewa kenapa harus melihatmu, jika akhirnya lukanya semakin bertambah.
Mungkin awalnya memang lukaku agak membaik, tapi akhirnya infeksi  lagi. Bagaimanapun juga aku harus tetap meneruskan hidup. Ini sedikit Lebay.  Tapi memanglah begitu kalimatnya. Aku serasa duduk ditempat. Kamu penyebabnya, eh. Mungkin saja aku sendiri penyebabnya.
Tapi jujur, aku masih belum mampu berlari. Aku masih menikmati duduk ku ini. Aku saat ini hanya ingin kembali ke peristiwa dimana aku melihatmu waktu itu,kemudian aku akan mengubah alur cerita yang seharusnya. Aku akan mencoba bertanya lebih dulu, jika kamu malu aku akan coba mencairkan suasana, jika kamu masih malu akan coba ajak kamu untuk berbicara, tapi kalau kamu akan mendadak lupa,pergi, atau bahkan sampai sengaja mengasingkan diri, sengaja menghindar atau memang sedang berjalan menuju hati yang lain. Mungkin saat itu juga aku akan melepaskan genggamanku. dan mengucapkan “Maaf, Terimakasih dan Selamat Mencari”
Memang kurasa takperlu, tapi bukankah tidak akan merasa nyaman pergi tanpa salam perpisahan?
Hhh. Kenapa ya...  aku tak punya pintu doraemon yang mampu mengulang waktu menuju ke masa lalu atau masa yang akan datang. Aku hanya manusia biasa. Aku hanya punya hati yang terus berusaha sabar. Sabar dalam segala hal, termasuk sabar menunggumu.


 Ya, aku masih menunggu.

Jumat malam, 23 Desember 2016
00: 29
sijingga

Minggu, 18 Desember 2016

note3

Sebelum ini, pernah datang seseorang yang begitu baik dalam hidupmu kemudian kamu membiarkan pergi. Mungkin lebih tepatnya, kamu yang menyuruhnya pergi. Ketidakkuasaanmu untuk memperjuangkannya membuatmu mudah menangis. Harapanmu agar dia memperjuangkanmu seterusnya ternyata tidak terjadi. Bukan disebabkan karena dia tidak melakukannya, tapi kamu sendiri yang tidak membuka pintunya. 
Dan kamu mengharap pintu itu diketuknya. Asumsi.

ADAPTASI kutipan BOY CANDRA, dalam novel “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”.


Aku pernah belajar merelakanmu berkali-kali. Melepasmu pergi mencari cinta yang lain. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku. Sebab kamu berhak bahagia; meski sesungguhnya aku tidak bahagia dengan keputusan itu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan seperti sedia kala. Kamu dengan seseorang yang dipilihmu. Aku entah dengan siapa,sendiri atau dengan yang lain. Aku mulai mencoba memberikan hatiku pada seseorang yang lain. Kubiarkan dia menggantikanmu. Namun, aku keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semudah itu.
ADAPTASI dari--BOY CANDRA, dalam novel “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”.


Sabtu, 17 Desember 2016

Kamu dan Sebuah Luka


Entah kata atau kalimat apa yang harus aku mulai. Tapi jika aku harus menulis kata yang aku pikirkan, maka yang pertama aku tulis yaitu “kamu”.
Iya, kamu yang sudah hampir dua bulan tak jua bertemu,komunikasi yang hampir lost, percakapan yang masih menggantung, kemudian rindu yang sudah hampir menumpuk. Aku bingung harus bagaimana. Memulai percakapan denganmu? Itu sudah kulakukan tapi percakapan kita waktu itu tak juga kamu rampungkan. Atau memberi kode bahwa aku rindu? Kurasa tak perlu, karna sekecil apapun itu bentuknya, RINDU tetaplah tak akan bisa bersembunyi dan kupikir kamu melihatnya. Sampai  Aku hampir mengaku rindu,memang masih berupa kode,tapi waktu itu aku sedikit bahagia kamu bilang “Aku melihatmu kemarin di pinggir jalan di Jl.A” padahal hari itu aku tak keluar rumah,lalu aku bilang pasamu hari itu “Mungkin kamu sedang memikirkanku” dan kamu menjawab “Iya,aku memang sedang memikirkanmu” membaca jawabanmu lewat chat waktu itu betapa jingkrak jingkraknya aku sampai lupa hal sekonyol itu aku lakukan, kamu tak melihatnya memang tapi kuharap kamu tau bahagianya aku waktu itu.
Aku tak mengerti Cinta bisa sekonyol ini.
Tapi seketika kamu hilang lagi,tak lagi meneruskan percakapan kita. Lama lama hatiku hilang kendali aku mulai tak faham bagaimana seharusnya aku bersikap. Apakah sama sama menghindar sepertimu? Itu sangat menyiksa bukan? Mencoba melupakan malah akan berimbas menjadi selalu mengingat. Atau tiba tiba pergi dan menghilang? Apa itu menyelesaikan masalah? Atau Apakah aku harus lebih lama bersabar? Tapi bukankah sabar itu bukan berarti diam? Harus ada beberapa hal yang aku lakukan sebagai bentuk usaha. Sedang, apapun usaha yang aku lakukan kamu tetap diam ditempatmu, tak beranjak sedikitpun. Sampai aku tak mampu mendefinisikan bahwa kamu pergi atau masih tetap ditempat yang sama. Tempat dimana segala keraguan dan kebimbangan  membersamaimu.
Aku sudah habis kata kata menyusun kemungkinan kemungkinan yang aku pikirkan yang belum tentu adanya. Sedangkan pada nyatanya,melanjutkan hidup denganmu saat ini adalah lebih dekat dengan sebuah ketidakmungkinan. Kamu lebih tepat, melindungi diri sendiri, tak mundur karna bisa jadi menjaga perasaan diriku , tidak juga maju karna bisa jadi berhati hati.
Aku mulai hari ini akan lebih memahami diriku diposisimu. Kuharap aku mampu. Entah sampai kapan aku akan bermain dengan luka yang ku buat sendiri ini,mudah mudahan tak sampai lukaku ini membunuh diriku sendiri. Kuharap kamu sendiri yang akan  segera menyembuhkannya, sungguh saat ini aku sedang tak berharap  ada orang lain yang menyembuhkan ini selain kamu.

Sabtu Malam,17 Des 16

#sijingga

Jumat, 02 Desember 2016

*noteharian


Dan kemudian aku malas melakukan semua hal yang kusukai. Aku jenuh. Entahlah aku benare benar bingung dengan diriku sekarang. Aku sering berfikir negatif seringggggg sekali. Katyaknya kadar asamku dlam tubuhku hampir mencapai 90% aku hampir kehilangan basaku. Aku lemah.
Aku tarik nafas dalam dalam memang sepertinya aku butuh piknik dan kamu. Iya kamu yang selalu bolak balik dalam imajiku. Aku pergi ke dokter disuruh jangan banyak fikiran, konsultasi ke dosen psikologi suruh jangan banyak fikiran,sedangkan kamu memenuhi fikiranku. Aku bingung. Ah ini lebay.
Hari ini benar benar taraf kejenuhanku mencapai stadium 4 kayaknya. Aku bahkan sampai malas mengajar,berbicara dengan anak anak,malas berinteraksi,malas melakukan semua kewajiban maupun kecintaanku. Bahkan menulispun aku bingung entah kemana alurnya.
Semua pekerjaanku berantakan,aku benar benar seperti gak hidup,bahkan semua hal negatif malah memenuhi otakku. Aku takut kadar Asam ku benar benar mencapai 90 % atau  mungkin sampai 100% “Noooooooo..!!!”. i must be MOVE UP,apapun dn bagaimanapun caranya.
Kalian tau,kemarin aku sampai sakit hati dengan obrolan candaan teman temanku
“Hah ? memangnya aku punya teman?”
Teman itu ... makhluk semacam apa sih? Aku tanya lagi makhluk semacam apa? Akhir akhir ini aku merasa hidup sendiri. Curhat kepada media publik dengan tulisan amatiranku,so humble sama semua orang yang mana ku tau mereka suka atau tidak padaku, ketawa ketiwi padahal disisi lain aku melow berat.
Apakah nasibku akan lebih baik jika aku memiliki kaki yang bagus ?
Teman yang banyak ? teman yang slalu mengerti saat suka maupun duka? Teman yang tidak hanya ada ketika butuh? Teman hidup bahkan ? semuanya aku tak yakin bahwa aku mempunyainya.
Aku benar benar jatuh kali ini,aku merasa kembali ke masa dimana ketika aku dulu pernah hampir mati dengan fikiranku sendiri. Enam ahun yang lalu,ya. Aku serasa kembali ke masa itu. Masa dimana aku jatuh,aku seperti mayat hidup. Ah fikiranku ini. Haruskah aku masukkan clean master ke dalam otakku agar semua sampah dalam fikiranku bisa terhapus secara otomatis.

Ketika aku merasa gagal,merasa tidak punya teman,ragu akan punya teman hidup,dan gagao menjadi seorang guru,bahan ocehan dan cibiran orang,aku rasa aku bukan seorang manusia.  I need someone or some people who will understand me well. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,j gdcuwkrh srhliugrna hdbaw,jhaiulernyw;ocnriuw qkrgewjrgulr34cr8934