Senin, 30 Mei 2016

tafsir tentang MUKMIN



Apa sajakah ciri seorang mukmin? Di antaranya adalah ketika disebut nama Allah bergetar hati mereka, ketika dibacakan ayat Allah bertambah iman mereka dan mereka pun tawakkal pada Allah.
Mukmin/Mu'min (bahasa Arab: مؤمن) adalah istilah Islam dalam bahasa Arab yang sering disebut dalam Al-Qur'an, berarti "orang beriman", dan merupakan seorang Muslim yang dapat memenuhi seluruh kehendak Allah, dan memiliki iman kuat dalam hatinya
Al mukminun 1-2
 قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ َ
"Sesungguhnya menanglah orang-orong yang beriman.° (ayat 1).

                Kalimat "menang" adalah bukti bahwasanya perjuangan telah dilalui menghadapi musuh atau berbagai kesulitan.
Orang tidaklah sampai kepada menang, kalau dia belum melalui dan mengatasi rintangan yang bertemu di tengah jalan. Memang sungguh banyak yang harus diatasi, dikalahkan dan ditundukkan dalam melangkah ke muka mencapai kemenangan. Kalau sekira­nya suatu bangsa mempunyai banyak musuh atau rintangan di dalam per­jalanannya untuk mencapai martabat yang lebih tinggi.

                Rintangan dari kebodohan, rintangan dari nafsu-nafsu jahat yang ada dalam diri sendiri, yang mungkin membawa derajat kemanusiaan jadi jatuh, sehingga kembali ke tempat kebimbangan rintangan dari syaitan yang selalu merayu dan memperdayakan, semuanya pasti bertemu dalam hidup. Hati nurani manusia ingin kejayaan,. kemuliaan dan kedudukan yang lebih tinggi. Tetapi hawanafsunya mengajaknya atau menariknya supaya jatuh ke bawah. Kalau kiranya "pegangan hidup" tidak ada, diri itu pasti kalah dan tidak tercapai apa yang dimaksud, yaitu kemenangan hidup.
                Maka di dalam ayat ini diberikan keterangan bahwasanya kemenangan pastilah didapat oleh orang yang beriman, orang yang percaya. Kalimat "qod" yang terletak di pangkal fill madhi (Aflaha) menurut undang-undang bahasa Arab adalah menunjuk kan kepastian. Sebab itu maka ia (Qad) diartikan"sesungguhnya".

                Hanyalah adanya kepercayaan adanya Tuhan jalan satu-satunya buat membebaskan diri dari perhambaan hawa nafsu dunia dan syaitan. Penga­laman-pengalaman di dalam hidup kita kerapkali menunjukkan bahwasanya di atas kekuasaan kita yang terbatas ini ada kekuasaan Ilahi. Kekuasaan Ilahi itu­lah yang menentukan, bukan kekuasaan kita. Tetapi kepercayaan dalam hati saja, belumlah cukup kalau belum diisi dengan perbuatan. Iman mendorong sanubari buat tidak mencukupkan dengan hanya semata pengakuan lidah.

                Dia hendaklah diikuti dengan buktt dan bakti. Kemudian bukti-bukti itu memperkuat Iman pula kembali. Di antara Iman dan perbuatan adalah isi­mengisi, kuat-menguatkan. Bertambah banyak ibadat, bertambah kuatlah lman. Bertambah kuat Iman, bertambah pula kelezatan dalam jiwa lantaran beribadat dan beramal.

                Maka ditunjukkanlah 6 (enam) syarat yang wajib dipenuhi sebagai bukti Iman. Kalau 6 syarat ini telah terisi, pastilah menang. Menang mengatasi ke­sulitan diri sendiri, menang dalam bernegara, dan lanjutan dari kemenangan semuanya itu ialah syurga jannatul firdaus. Syarat kemenangan Peribadi Mu'min yang pertama ialah:
Sembahyang Yang Khusyu`
ٱلَّذينَ هُمْ في‏ صَلاتِهِمْ خاشِعُونَ
"Orang-orang yang khusyu` di dalam melakukan sembahyang." (ayat 2).

                Tuhan tidaklah semata-mata untuk dipercayai. Kalau semata hanya dipercayai, tidaklah akan terasa betapa eratnya hubungan dengan DIA. Kita harus mengendalikan diri sendiri supaya bebas lain di dalam alam ini. Sebagai manusia kita mempunyai naluri, yang kalau din ini tidak mempunyai tujuan terakhir dalam hidup, niscaya akan sangsai dibawa larat oleh naluri sendiri.

                Kita mempunyai instink rasa takut. Kita dipengaruhi oleh rasa takut kepada kemiskinan, takut kepada kematian, takut akan tekanan-tekanan sesama kita manusia, kezaliman orang-orang yang berkuasa atas kita. Bahkan kadang kadang manusia yang berani pun ada juga naluri takutnya. Roosevelt Presiden Amerika Syarikat dalam Perang Dunia Kedua, menambahkan lagi salah satu tujuan "Declaration of Human Right" ialah bebas dari rasa takut (freedom from fear). Padahal tidaklah manusia dapat membebaskan diri dari rasa takut itu, sebab naluri rasa takut adalah sebagian dari naluri rasa takut mati. Takut mati ialah karena keinginan hendak terus hidup.

                Dengan mengerjakan sembahyang, yaitu bahasa nenek-moyang kita yang telah kita pakai untuk arti "shalat", maka seluruh rasa takut telah terpusat kepada Tuhan, maka tidaklah ada lagi yang kita takuti dalam hidup ini. Kita tidak takut mati, karena dengan mati kita akan segera berjumpa dengan Tuhan untuk mempertanggungjawabkan amal kita selama hidup. Kita tidak takut kepada zalim aniaya sesama manusia, karena sesama manusia itu hanyalah makhluk sebagai kita juga. Kita tidak takut kepada lapar lalu tak makan, karena rezeki kita telah dijamin Tuhan, asal kita mau berusaha. Kita tidak takut meng­hadang bahaya, karena tidak ada yang bergerak dalam alam ini kalau tidak ditentukan Tuhan. Dengan sembahyang yang khusyu` rasa takut menjadi hilang, lalu timbul perasaan-perasaan yang lain. Timbullah pengharapan (desire) dan pengharapan adalah kehendak asasi manusia. Hidup manusia tidak ada artinya samasekali kalau dia tidak mempunyai pengharapan.

                Sembahyang 5 waktu adalah laksana setasiun-setasiun perhentian istirahat jiwa di dalam perjuangan yang tidak henti-hentinya ini. Sembahyang adalah saat untuk mengambil kekuatan baru melanjutkan perjuangan lagi. Sembah­yang dimulai dengan Allahu Akbar" itu adalah saat membulatkan lagi jiwa kita supaya lebih kuat, karena hanya Allah Yang Maha Besar, sedang segala perkara yang lain adalah urusan kecil belaka. Tak ada kesulitan yang tak dapat diatasi.

                Khusyu` artinya ialah hati yang patuh dengan sikap badan yang tunduk. Sembahyang yang khusyu`, setelah menghilangkan rasa takut adalah pula menyebabkan berganti dengan berani, dan jiwa jadi bebas. Jiwa tegak terus naik ke atas, lepas dari ikatan alam, langsung menuju Tuhan. Dengan sembah­yang barulah kita merasai nilai kepercayaan (Iman) yang tadinya telah tumbuh dalam hati. Orang yang beriman pasti sembahyang, tetapi sembahyang tidak ada artinya kalau hanya semata gerak badan berdiri, duduk, ruku` dan sujud. Sembahyang mesti berisi dengan khusyu`. Sembahyang dengan khusyu` ada­lah laksana tubuh dengan nyawa. Tuhan memberi ukuran waktu paling sedikit (minimum) untuk mengerjakan sembahyang itu 5 waktu. Tetapi sembahyang lima waktu yang khusyu` menyebabkan Mu'min ingin lagi membuat hubungan lebih baik dengan Tuhan, lalu si Mu'min mengerjakan shalat yang nawafil dalam waktu-waktu yang tertentu. Dengan itu semua jiwanya menjadi lebih kuat berjuang dalam hidup.

Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Anfaal
(Harta Rampasan Perang)

Surah Madaniyyah; surah ke 8: 75 ayat
Description: tulisan arab alquran surat al anfaal ayat 2-4
                “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal, (QS. 8:2) (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. (QS. 8:4)” (al-Anfaal: 2-4)
                Berkenaan dengan firman-Nya ini, `Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu `Abbas, ia berkata: “Tidak masuk ke dalam hati orang-orang munafik sedikit pun dari mengingat Allah saat mereka melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Mereka juga tidak beriman sedikit pun terhadap ayat-ayat Allah, tidak bertawakkal, tidak shalat saat sendirian dan tidak menunaikan zakat dalam harta kekayaan mereka. Maka Allah memberitahukan, bahwa mereka bukanlah orang-orang yang beriman.”
                Kemudian Allah mensifati orang-orang beriman, Allah berfirman: innamal mu’minuunal ladziina idzaa dzukirallaaHu wajilat quluubuHum (“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,”) lalu mereka pun melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka; wa idzaa tuliyat ‘alaiHim aayaatuHu zaadatHum iimaanan (“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya].”)
Ibnu `Abbas berkata: “Ayat-ayat itu menambahkan tashdiq (pembenaran) mereka.” Wa ‘alaa rabbiHim yatawakkaluun (“Dan kepada Rabbnya lah mereka bertawakal”)
Ibnu `Abbas berkata: “Mereka tidak mengharapkan selain Allah.”
                Mujahid berkata: wajilat quluubuHum (“Gemetarlah hati mereka.”) Artinya, lalu hati mereka menjadi lembut, maksudnya terkejut dan takut. Demikian pula yang dikatakan oleh as-Suddi dan bukan hanya satu orang saja yang mengatakan ini. Inilah sifat seorang mukmin yang benar-benar beriman, yang jika disebut nama Allah, hatinya gemetar, maksudnya takut kepada Allah, lalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Karena inilah Sufyan ats-Tsauri berkata: “Aku mendengar as-Suddi berkata berkenaan dengan firman Allah Ta’ala: innamal mu’minuunal ladziina idzaa dzukirallaaHu wajilat quluubuHum (“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,”)
Yaitu, seseorang yang hendak berbuat zhalim.’ Atau ia berkata: “Bermaksud melakukan maksiat, lalu dikatakan kepadanya: ‘Bertakwalah kamu kepada Allah,’ maka hatinya menjadi gemetar.”
Firman Allah: wa idzaa tuliyat ‘alaiHim aayaatuHu zaadatHum iimaanan (“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya].”) seperti firman Allah yang lain yang artinya:
“Dan apabila diturunkan suatu Surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) Surat ini?’ Adapun orang-orang yang beriman, maka Surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira.” (QS. At-Taubah: 124)
Imam al-Bukhari dan imam-imam lainnya telah menjadikan ayat dan ayat yang semisal dengannya sebagai dalil yang membuktikan, bahwa iman itu bertambah dan tingkatannya di dalam hati berbeda-beda, sebagaimana pendapat jumhur umat, bahkan yang menceritakan bahwa hal itu telah menjadi ijma’ bukan hanya seorang imam, seperti; Imam asy-Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan Abu `Ubaidah, sebagaimana hal ini telah kami jelaskan secara panjang pada awal syarah al-Bukhari, walillaHil hamdu wal minnaH (dan untuk Allahlah segala puji dan karunia).
Wa ‘alaa rabbiHim yatawakkaluun (“Dan kepada Rabblah mereka bertawakkal.”) Maksudnya, mereka tidak mengharap selain Dia, tidak menuju selain kepada-Nya, tidak berlindung kecuali di sisi-Nya, tidak meminta kebutuhan-kebutuhannya kecuali dari-Nya dan tidak mempunyai keinginan kecuali ditujukan kepada-Nya. Mereka pun mengetahui bahwa, apa yang dikehendaki Allah pastilah terjadi dan apa yang tidak Allah kehendaki tidaklah terjadi. Dialah yang untuk mengatur kerajaan-Nya, Dialah yang tunggal (Esa) dan tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang dapat menolak keputusan-Nya dan Allah-lah yang Mahacepat hisab (penghitungan)-Nya.
Karena Itulah Sa’id bin jubair berkata: “Tawakkal kepada Allah merupakan himpunan (gabungan) keimanan.”
Dan firman-Nya: alladziina yuqiimuunash shalaata wa mimmaa razaqnaaHum yunfiquun (“[yaitu] orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki Kami berikan kepada mereka.”) Berkenaan dengan firman Allah ini, Muqatil bin Hayyan berkata: “Yang dimaksud dengan menegakkan shalat yaitu menjaganya sesuai dengan waktu-waktunya, menyempurnakan thaharah (kesucian) di dalamnya, menyempurnakan ruku’, sujud dan bacaan al-Qur’an di dalamnya an bertasyahhud (membaca syahadat) dan shalawat untuk Nabi. Inilah makna dari menegakkan shalat.”
Menginfakkan sebagian dari rizki yang Allah berikan kepada mereka mencakup kepada mengeluarkan zakat dan menunaikan hak-hak hamba baik yang wajib atau pun yang sunat.”
Firman-Nya: ulaa-ika Humul mu’minuuna haqqan (“Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.”) Maksudnya, orang-orang yang memiliki sifat-sifat inilah orang-orang mukmin yang benar-benar beriman.
`Amr bin Murrah berkata berkenaan dengan firman Allah Ta’ala ini: “Sesungguhnya al-Qur’an itu diturunkan dengan bahasa Arab, (firman Allah ini) seperti ucapanmu: “Si Fulan itu adalah sayyid dalam arti sebenarnya.”
Firman Allah: laHum darajaatun ‘inda rabbiHim (“Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya.”) Maksudnya adalah, tempat-tempat tinggal, kedudukan-kedudukan dan peringkat-peringkat di surga, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah dan Allah Mahamelihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali= Imran: 163)
Wa maghfiratun (“Dan ampunan.”) Maksudnya, Allah mengampuni keburukan-keburukan mereka dan mensyukuri kebaikan-kebaikan mereka.
Berkenaan dengan firman Allah: laHum darajaatun ‘inda rabbiHim (“Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya.”) adh-Dhahhak berkata: “Penghuni surga sebagian mereka di atas sebagian yang lainnya, sehingga orang yang menempati kedudukan yang lebih tinggi mengetahui keutamaan dan kelebihannya atas orang yang ada di bawahnya, sedangkan orang yang ada di bawahnya tidak mengetahui, bahwasanya ada orang yang lebih diutamakan darinya.”
Oleh karena itu di dalam ash-Shahihain (Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim), bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya penghuni surga Illiyyin (yang lebih tinggi) bisa melihat yang lebih rendah dari mereka, sebagaimana kalian melihat bintang yang tinggi di ufuk langit.” Mereka berkata: “Wahai Rasulallah, itukah tempat tinggal Para Nabi yang tidak bisa dicapai oleh selain mereka?” Rasulullah menjawab: “Benar, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para Rasul.”
Ayat ke 97

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (97)

Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (16: 97)


Ayat ini meski pendek namun memiliki peran penting dalam menggambarkan kehidupan orang-orang Mukmin baik di dunia maupun di akhirat. Pertama-tama, ayat ini menyatakan bahwa iman merupakan tolok ukur keutamaan di sisi Allah Swt. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Mereka sama dalam pandangan Allah. Yang membedakan di antara mereka adalah tingkat keimanan yang mereka miliki. Dalam pandangan Allah, jenis kelamin tidak berpengaruh dalam meraih derajat keimanan, meski utusan Allah atau para nabi adalah laki-laki, namun kenabian ilahi adalah tanggung jawab dan tugas suci yang harus disampaikan ke seluruh umat manusia.

Tugas ini tidak mungkin dibebankan kepada kaum wanita mengingat keterbatasan kapasitas yang mereka miliki. Oleh karena itulah, Allah Swt menunjuk utusan-Nya dari golongan kaum laki-laki, namun untuk meraih derajat keimanan dan religius yang tinggi kaum wanita tidak mendapat batasan. Artinya, mereka juga mampu meraih derajat keimanan yang sempurna, seperti Sayidah Maryam yang berhasil mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, sehingga mendapat pelayanan istimewa berupa hidangan dari langit. Atau Sayidah Fathimah az-Zahra as yang berhasil mencapai derajat keimanan yang tinggi, hingga kedudukannya disamakan dengan Ali bin Abi Thalib as.

Keimanan saja tidak cukup untuk menentukan kesempurnaan dan derajat yang tinggi, namun diperlukan juga amal saleh. Iman dan amal saleh adalah tolok ukur kesempurnaan seseorang. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Amal saleh tidak terbatas pada tindakan tertentu, namun setiap perbuatan yang pada dasarnya memiliki kebaikan dan pelakunya meniatkan kebaikan saat mengerjakannya juga dapat disebut amal saleh, meski perbuatan tersebut sangat remeh dan kecil.

Dalam lanjutannya ayat ini mengatakan, mereka yang beriman dan beramal saleh akan mendapat kehidupan yang bersih di dunia. Mereka bebas dari segala kejelekan dan perbuatan nista. Selain itu Allah Swt menjaga mereka dari segala perbuatan yang menyeleweng dan maksiat. Adapun di akhirat mereka akan mendapat pahala lebih dari apa yang mereka perbuat di dunia. Karena Sunnatullah dalam pembalasan perbuatan maksiat berdasarkan keadilan, namun dalam hal pahala Allah mendahulukan kemurahan dankasih sayang. Dan hal ini telah disinggung dalam ayat ini.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Usia, jenis kelamin, etnis dan kedudukan sosial tidak mendapat perhatian di sisi Allah. Tolok ukur utama di sisi Allah adalah iman dan amal saleh.
2. Orang-orang Kafir tidak memiliki kehidupan yang bersih dan suci di dunia. Sepertinya mereka adalah orang-orang yang mati. Karena kehidupan sejati hanya milik orang-orang beriman.

Senin, 23 Mei 2016

Cinta Yang Salah #part1


            Ada yang sedang berlalulalang berjalan kaki,ada yang sedang hilir mudik menawarkan dagangan,ada yang sedang berdiri mengantri tiket kereta,ada yang menunggu kereta, dan seperti aku ini ada yang sudah duduk di kereta melihat mereka mereka yang disekitar stasiun Kerta api ini.

            Para penumpang berdesakan untuk dapat kursi duduknya,ada laki laki yang kewanitaan yang bersikukuh ingin duduk,ada juga lelaki sejati  yang dengan rendah hati mempersilahkan wanita dulu untuk duduk, seperti pria yang tepat berdiri di depanku, Ia laki laki itu tidak begitu manis,tapi ia begitu menghormati perempuan yang ingin duduk,ia mempersilahkannya untuk duduk duluan.

            Sementara aku yang duduk manis ditemani dengan memeori memori yang tersangkut di tempat ini yang berkelebatan di fikiranku,masih ku ingat dua tahun yang lalu sebelum ia lulus jadi seorang PRADA ,ia mengembalikan sebuah buku yang ku pinjamkan disini,ditempat ini,di sebuah stasiun kereta api,tempat bertemu dan berpisah.

            Dulu,dua tahun yang lalu itu,ia masih dalam proses testing untuk dapat masuk menjadi seorang militer, dengan semangat dan do’a aku temani  ikhtiarnya ,aku dan dia dulu memang tidak mengikat sebuah status apapun,pacar?Ah tidak itu sangatlah haram untukku,terlebih aku yang waktu itu sedang nyantren sangatlah faham bagaimana hukum pacaran. Kami sangat jarang bertemu,kami hanya komunikasi lewat sms,atau media social.kami berteman dengan baik,ya berteman. Jujur saja waktu itu aku tak punya rasa lebih untuknya,aku hanya berhubungan dengannya untuk menyambung silaturahmi sebagai sesama aktivis masjid. Itu saja.

            Tapi,semakin beriringnya waktu,rasa peduli,perhatian,dan do’a do’a yang ia panjatkan cukup membuat hatiku sedikit terpaut padanya,tapi jujurlah dulu pada waktu itu,lama sebelum mengenalnya hatiku hanya mengenal satu hati yang entah bagaimana kabarnya,aku tak akan menceritakan hal itu.

            Waktu itu, pada pertemuan di stasiun ini,ketika ia mengembalikan sebuah buku non fiksi tentang Ilmu Kalam punyaku,aku tak pernah berfikir sedikitpun bahwa pertemuan itu,sebagai pertemuan terakhirku,jujur saja sebagai wanita walaupun aku mencintai orang lain,tapi ketika ada laki laki yang mencoba mencuri hatiku aku sangatlah tergoda,dan sampailah hatiku mencintai dua orang sekaligus tapi ketika itu juga aku harus melepaskannya(kenapa? Aku akan menceritakannya),catat.aku tak menyesal,sedikitpun,Alhamdulillah.

            Beberapa minggu,setelah pertemuan itu,dia memberikan pesan singkat memang sudah biasa tapi malam itu memang berbeda,dia memberitahuku kabar terrrbahagia menurutnya bahwa dia lulus tes TNI AD setelah 5 kali gagal dan sebelumnya telah ia curhatkan padaku,aku cukup bangga. Tapi ,perlu ku tekankan,aku tak pernah bermimpi untuk menjadi seorang istri dari seorang militer,bisa dibilangi tu mimpi burukku.tapi itu hanya sekelebat perasaan geer ku.

            Malam itu,aku tidak begitu bahagia,aku hanya mengapresiasi usahanya yang keras,dan doa yang tak lelah ia panjatkan. Ia sangat bahagia,mimik wajahnya berseri seri ketika memijit tombol keypad dihandphonenya,bayangku. Namun seketika bayanganku roboh setelah membaca pesan singkat yang selanjutnya,

“Wulan,ana ingin serius dengan antum,emmmmm apa antum rela menunggu ana sampai 4-6 tahun? Ana uhibbuki fillah?” Katanya lewat pesan singkat,yang seketika membuatku kaget,walaupun aku tahu ia begitu peduli,perhatian,tapi pada malam itulah pertama kalinya ia mengatakan “CINTA” padaku. Bersamaan dengan itu beribu jawaban ada dalam fikiranku,yang pasti aku bingung,YA ATAU TIDAK.

            Bagiku,seorang perempuan yang hatinya jatuh di dua hati,sangatlah dilema menghadapi ini,walaupun penantianku pada lelaki (note: yang tak ingin kuceritakan) itu tak tentu,dan tak kunjung ada jawaban,tapi tetap dilubuk hatiku paling dalam dia cinta pertamaku. Tapi satu fikiran lain,menjadi seorang istri seorang militer itu pasti terjamin bahagianya,mungkin. Dan aku tak perlu menunggu cinta yang belum tentu,dan jodoh didepan mata,tapi tetap aku harus menunggu. Aku tak yakin aku mampu.

            Aku belum menjawab pesan singkatnya,aku terlalu dilema,tapi tetap kalaupun aku bilang Ya,aku tak mampu menunggu lama,”pacaran” walaupun jarak jauh dan tak bertemu atau menjalin hubungan via media dengan pacar terlalu lama tetap saja JINNAH.

“Ya Tuhan,kenapa dia tidak mengatakannya ketika ia sudah siap nikahi ana saja?” Desahku dalam hati. Tapi masih saja aku tak yakin dengan desahanku itu.

            Aku mencoba mengetik beberapa huruf dengan ragu ragu,dan ….

“Bismillah… Afwan Bang,jujur saja ana sebelumnya tak pernah bermimpi menjadi seorang istri seorang PRADA…..” Aku sedikit bingung,tapi berusaha melanjutkan sambil terus berkomat kamit berdoa dalam hati mudah mudahan jawabanku ini tepat.

“…tapi,Jika Allah menakdirkan aku berjodonh dengan seorang militer,aku tak akan menolak jika bicara Takdir Allah,terimakasih telah mencintaiku,sebagai apapun yang abang maknai, tapi maaf….” Aku berhenti lagi,sangat segan mengetik keypad handphone ku.

“tapi,maaf…. Abang sekarang lanjutkan dulu saja pendidikannya sampai 4-6 tahun,insyaallah ana disini memebrikan do’a dan Motivasi,jika abang sudah mampu silahkan kerumah saja” aku bingung,dengan bismillah aku pijit tombol Send di pesan singkatku.

            Tak lama setelah itu,ia dengan cepat membalas sms ku,

“Kenapa, harus menunggu nanti,abang siap jika malam ini harus kerumah antum,Lan…Kita tunangan dulu,setelah 6 tahun kita menikah,bagaimana ?”

Ah rasanya,,, ia begitu mudah sekali menjawab smsku,padahal aku mengetik satu huruf pun susah,tetap!!! Aku tak akan MAMPU,menunggu terlalu lama.

“Abang… 4-6 tahun itu bukan waktu yang singkat,menunggu itu hanya lah untuk orang orang yang setia,aku takut jika aku ataupun abang tak mampu melakukan itu,terlebih kita belum halal,aku tak akan pernah nyaman,kita tak akan tahu bagaimana kedepannya, gini saja bang… ana mencintai abang sebagai sesama muslim,ana mendukung besar apa yang abang cita citakan,tapi tetap ana tak mampu dan tak akan bisa jika harus menunggu 4-6 tahun dalam penantian dalam status pacaran,selama itukah kita berjinnah lewat pesan singkat atau video call,aku tak akan hidup tenang. Abang jalani saja dulu apa yang abang cita citakan,jika dalam perjalanan abang menemukan wanita yang lebih dari ana,yang membuat abang nyaman,ana ikhlas,dan mendoakan yang terbaik, pun bagi ana, tapi ketika sudah lulus abang ataupun ana memang dijodohkan bersama,cukup satu bulan kita taa’ruf,khitbahi ana,kemudian akad,itu cukup. Kita tak perlu saling mengharapkan,kita hanya perlu saling mendo’akan yang terbaik dan menerima ketentunnya,bukannya seperti itu? Afwan ini sudah keputusan Wulan,mohon abang mengerti,karna Allah aku menolak ajakan pacaran darimu” kataku panjang lebar sampai sampai tanganku kelelahan setelah memijit mijjit tombol keypad handphoneku.

 Aku masih ingat benar rincian pesan singkat yang waktu itu aku kirimkan. Itu mungkin sedikit menyakitkan hatinya Bang Fauzan. Bukan sedikit tapi memang sangat menyakitkan,aku tahu betul itu setelah ia membalas sms ku lagi,

“oh… seperti itu,terimakasih jawabannya,abang kira respon dari perhatian yang abang berikan pada wulan mengartikan perasaan wulan yang sam dengan abang,tapi ternyata abang salah,abang mencintai orang yang salah!”

Balasan sms dari nya,sangat menyakitkan untukku,terlebih ketika ia mengatakan “orang yang salah”, aku sampai berkali kali membacanya,kenapa pada waktu itu sampai terfikirkan buruk sangka seperti itu tapi aku cukup instropeksi memang benar akupun salah,tapi kenapa bang Fauzan yang kufikir mengerti agama,bisa bisanya menjawab seperti itu,padahal waktu itu yang ingin aku dengarkan itu…

iya Wulan,abang Faham…. Inshaallah Abang ingin serius dengan wulan,setelah abang Lulus,abang akan penuhi janji Abang,antum tak perlu mendengarkan janji itu,cukup Allah yang mendengarnya,Wulan benar… memang kita tak perlu saling mengharapkan,jikapun kita berjodoh kita akan ditemukan kembali,ana uhibbuki fillah” ahhhh sekelebat harapan itu terbayang, tapi tidak,itu tidak akan terjadi. Aku tak berani membalas sms yang sangat menyakitkan untukku. Tak akan pernah berani,aku tak akan menjawabnya. Sampai saat ini.

            Hari hari ku setelah itu,fikiran dan bayangan akan apa yang bang fauzan katakan padaku,pada sms terakhirnya masih ada di benakku,aku berencana untuk menyibukkan diriku dengan berbagai hal positif,memperbanyak tilawah,Liqo dari masjid ke masjid,menulis dan sebaginya,aku mengurangi intensitas memegang handphone atau bermain dengan Media Sosial.

            Dan kira kira seminggu setelah kejadian itu,aku mencoba mulai buka lagi akun facebookku,ditelaah demi telaah ternyata bang fauzan up date sebuah status,

“Dara indah Pertiwi,ana Uhibbuki Fillah,terimakasih telah bersedia menungguku,aku akan selalu mencintaimu sayang…” tulisnya dengan ditambah emot tanda buka kurung segitiga dengan angka tiga setelahnya dan emot titik dua bintang,ah aku jijik melihatnya,ini tak pantas dilakukan oleh aktivis remaja masjid,

“Astaghfirullah,jangan urusi orang lain Lannn…”kataku sambil mengusap dada sendiri. Dan berhenti tuk mengomentari. Aku sengaja memijit tombol LIKE,

Namun tetap dalam hatiku aku ingin berteriak “Jangan,berani berani mempermainkan Kata ana uhibbuk fillah pada semua perempuan dengan mudah,baru seminggu mengatakannya padaku ,ia langsung mengatakannya pada wanita yang lain,kalau memang karna Allah kenapa secepat itu melupakan dan emmbenci,kenapa tidak emnjaganya lewat do’a,kenapa harus berlaku seperti pada wanita lain kenapa harus sangkut pautkan Jinnah didalamnya” kataku pedas dalam hati,tapi  setelahnya aku ambil wudhu dan menutup akun facebooku.

Esoknya aku memang pada waktu itu terpaksa harus buka akun facebook,karna temanku Dilla akan mengirimiku File Tugas Kelompoknya denganku,tapi ketika aku buka inbox,kenapa pesan dari bang Fauzan yang muncul,itu sangat membuatku rishi,tapi karna aku penasaran aku dengan terpaksa membukanya,di pesan itu dia hanya mengirimiku pesan yang sangatttt superr singkat,hanya ucapan “Assalamu’alaikum!” Tapi ketika akan ku balas,aku susah,rupanya dia elah meremove pertemanannya denganku,dan semua akun media social sudah tak berteman lagi,itu tak masalah.

Kejadian dua tahun itu,masih ku ingat, ternyata memang apa yang dia katakana benar,dia mencintai orang yang salah,karna memang aku tak akan pantas bersanding dengan orang yang seperti itu,afwan maksudku aku garis bawahi sikapnya bukan orangnya. Cukuplah surah Annur ayat 26 menguatkan hatiku,bahwa Lelaki Yang Baik Untuk Wanita Yang Baik,kalaupun aku belum mampu menjadi wanita yang baik,tapi saat ini setidaknya aku sedang berusaha menjadi seorang wanita yang baik untuk mendapatkan lelaki yang baik pula.

“Ahhhh lelaki yang baik seperti apa yaa?” Bisikku dalam hati dan seorang lelaki yang tidak begitu manis tepat berada didepanku tadi membuyarkan memoriku yang sedang ku ingat.

Ranselnya menabrak wajahku yang memang ketika itu aku sedang melamun,“Maaf Mbak,” katanya polos. Tak menoleh padaku sedikitpun dia malah bergegas membawa seorang Ibu Tua duduk dibelakangku di kursi yang kosong.

Rupanya,Tempat ini tak mengizinkanku untuk menyusun ingatan ingatan di memori duluku itu. Itu bukan kenangan baik. Bisa jadi lewat lelaki yang kurang manis itu. Memoriku seketika menghilang.

Dua tahun yang lalu aku dapati Cintaku yang salah.

12:20 WIB disebuah kelas yang nyaman,

Sambil menunggu siswa mengerjakan soal,

Editing tulisan yang terlupakan.

#fiksi

#sijingga


Sabtu, 21 Mei 2016

Doa itu ..


Gia masih mematung melihat derasnya air di Sungai dekat Ruangan Rs.Cahaya tempat Amanya dirawat. Derasnya air sungai,disekitar Rumahsakit seakan menghidupkan suasana pantai,ah padahal itu khayalan. Gia, pada saat itu kebetulan sedang merindukan suasana pantai wediombo di diujung timur selatan Yogyakarta,Pantai dengan Bukit karang yang terbentang indah,hamparan pasir putih luas denga kombinasi bebatuan sangat pas untuk menjadi pilihan rehat diwaktu liburan dan …

“Ah liburan , aku tak pernah memikirkan hal itu, apalagi yogya sangatlah mustahil,jika aku mampu kembali kesana, terlebih setelah kejadian ini,aku tak rela ke yogya dalam keadaan Ama seperti ini” ucap Gia dalam hati, dengan mata belonya yang masih menatap ke sungai,poni yang sedikit panjang menghalangi pandangannya terkibas kibas angin sore.

Di sudut ruangan itu,keluar seorang bapak paruh baya, dengan hasil rontgen ditangannya,dia lelaki tua itu dengan wajah yang sudah mulai keriput,rambut yang telah beruban,punggung yang sedikit membungkuk,menghampiri Gia.

“Nak,Ama mu… kena ….” Bapak itu tak melanjutkan, matanya sedikit berkaca kaca,lidahnya kelu untuk berkata sepatah katapun,ia hanya mampu menatap Gia,sambil menyodorkan hasil Rontgenannya.

Gia mulai membuka hasil rontgenannya pelan – pelan, dalam hatinya beribu rasa yang tak ingin ia rasakan bermunculan dibayangannya,berharap mimpi buruk masalalu tak ingin lagi ia alami,dalam hati ia berdo’a dengan lirih “bismillah”.

“Abah? Ama terkena Arteri Koroner. Abah tau? Dari kapan Ama mengidap penyakit ini Abah?Kenapa Abah gak bisa jadi suami yang baik untuk Ama?Kenapa Abah gak bisa menjaga Ama ketika Gia ndak ada disini?Abah jawab Giaaaaaaaa!” Nadanya meninggi,air matanya menetes beriringan dengan perkataany,ia tak terima dengan hasil rontgenannya,terlebih dari itu ia sangat tidak terima dengan perlakuan Abahnya yang tidak begitu memperhatikan Amanya,itu menurut pikiran Gia.

“Abah,sudah bilang pada Amamu untuk berhenti bekerja,tanda tanda penyakit itu sudah lama Abah ketahui,Abah sudah mengajak Ama untuk segera periksa,tapi ia kata tak apa,ia masih semangat jualan mendoan dipinggir madrasah dekat rumah Gi,iya Abah yang salah. Seharusnya Abah harus lebihkan usaha Abah,maafkan Abah,nak” pria paruh baya itu memeluk erat Gia,ia tak ingin melepaskannya.

Mimpi buruk masalalu semakin nyata dihadapannya,penyebab kematian yang dialami kaka satu satunya dulu,sekarang dialami oleh Amanya. Cukup menyakitkan memang,dan ini ujian terberat untuknya.



***

“Sudah Dhuha ya,de?” Tanya seorang perempuan kira kira tiga atau empat tahun lebih tua darinya yang duduk di sampingnya,di teras mushola Rumah Sakit.

Gia menatap perempuan itu,dilihatnya dimulai ujung kaos kaki yang dipakai perempuan itu,Gamis yang lebar dan terlihat nyaman,khimar yang terurai indah,ditambah wajah yang berseri seri,tanda ia perempuan yang ceria.ah lengkap sudah.

“Belum Mbak,saya ingin duduk dulu saja.”

“Duduknya di dalam saja,Curhatnya sama Allah saja”

“Mana mungkin Allah mendengarkan curhatanku, apa yang aku minta saja tak pernah Allah dengar,apalagi keluh kesahku itu percuma,Allah sudah membiarkan aku kehilangan Abang,dan sekarang haruskah saya siap siap untuk kehilangan Ama?” Gia terisak isak sambil menunduk dengan kedua tangan menahannya,airmatanya berjatuhan pada celana levisnya.

“De,maaf Mbak,ndak kenal ade,tapi rasanya hati ini sama sama merasakan apa yang ade rasakan,semua ujian yang Allah berikan pada kita itu bisa saja sebagai penegur Allah, atau bisa saja ketika kita berdo’a, kita tidak maksimalkan do’anya,atau kita fikirkan lagi muhasabah diri, mana mungkin kita banyak memnita, tapi apa yang Allah perintahkan pada kita saja,kita tak mampu menjalankannya,afwan ya de…misalnya aurat ade….terkadang kita terlalu banyak menuntut dan sedikit memberi…sekali lagi afwan ya de” Kata perempuan berjilbab itu,dengan bicara sedikit hati hati dengan tangan yang tak segan untuk memegang pundak Gia,yang masih tertunduk menangis.

Seketika hening,sepi sunyi di teras mushola itu,setelah kemarin sore ia mendapat kabar yang tak ia inginkan,ia belum bisa beraktifitas dengan sepertinya,ah aku fikir bukan aktifitas, bahkan tersenyum sedikitpun 2 hari berlalu belum terlihat smpai sekarang. Gia masih terdiam,seperti mendengar dengan teliti setiap satu huruf yang diucapkan perempuan itu,ia meresapi.

“De,Do’a. Do’a itu salah satu kebutuhan manusia untuk berkomunikasi dengan TuhanNya. Ya,bentuk komunikasi,komunikasi selalu bisa dilakukan dengan siapapun kapanpun, tapi tetap yang menjadi komunikan yang nyaman atau baik itu,yang paling dekat dengan komunkatornya,sedang yang paling dekat dengan Allah itu...calon calon Para Ahli Syurga,para shalih,shalihat yang rajin tahajjud,rajin tilawah,shalat tak pernah lalai,perintahNya selalu terpenuhi,sedang kita. Sudahkah kita jadi komunikan yang baik untuk Sang Komunikator kita,Allah ??”

Tangisan Gia mulai berhenti,namun isaknya sedikit masih ada,tapi itu wajar,menurutku. Ia bangun dari tangisnya dan menatap dalam wajah perempuan itu.

“Terimakasih Mbak,Mbak benar,bukan pada Allah saja aku terlalu sering meminta,bahkan pada Ama dan Abah pintaku banyak sekali,tapi aku sadar apa yang Mbak katakan barusan cukup menampar fikiranku,Aku terlalu banyak meminta dan sedikit memberi,terlalu sibuk berdo’a tapi ikhtiar tak ada,ini mungkin dosaku,,,,tapi Allah berikan ujiannya lewat Ama,dan tentang Doa itu... ya Do'a itu...aku akan coba fahami,Terimakasih ya Mbak… terimakasih. ”

Peluk erat Gia,pada perempuan berjilbab itu,seketika dalam fikiranku,Tentram. Itu yang Gia rasakan.







Sabtu Malam, 00:48

masih ditengah Rumah,

Selamat menikmati hidanngan tengah malam ^^

#SiJingga

biodata ta'aruf

Malam ini, ana jol ojol ingin nulis biodata taaruf, padahal eh padahal belum ada yang ngajak taaruf.. hihi^^ eh eh eh ini bukan hanya biodata taaruf buat *calon………* tapi buat semua orang yang ingin mngenal ana…..

Biodata TAARUF
Nama                          : Nurwidya Yuliastini           
Nama Panggilan        : widy,kuwiid,ndii,idi,nurwid,widya,
Tempat tanggal lahir : Garut,29 Juli 1996
Tinggi badan              : ±160
Berat badan                : 45 kg
Warna kulit                : Sawo Matang
Golongan darah         : AB
Agama                         : ISLAM
Status                          : Mahasiswi
Suku                            : Sunda Asli
Nama Ayah               : Ahmad permana
Nama Ibu                   : Entin Supartini
Alamat   Rumah        : Kp.Babakan Parigi Rt 03 Rw 015,Desa Mangkurayat,Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut.Jabar
Hobi                            : Nulis,Nyanyi, Jalan jalan Sore sendiri (adeums Lover / pecinta senja)
Cita-Cita                     : Pengusaha,Pendidik, dan Istri Saleha

Alamat email              : Nurwidyay@gmail.com / ynurwidya@gmail.com
Fb                                : Nurwodya yuliastini
Twitter                        : @nurwidya96
Akunlain                    : IG - @nurwidya96
                                      Soundcloud – nurwidyayuliastini
                                    Blog –  senyumansijingga.blogspot.com
No .Handphone         /WA    : 089679287008 / 082240227760
KEKURANGAN  & info lainnya bisa langsung chat ana :D




Senin, 16 Mei 2016

Di Tempat Biasa


hai, apa kabarmu? disini aku menunggu
duduk terdiam mengharapkanmu
di tempat biasa kita bertemu
untuk sekedar melepas rindu

waktu yang lama kadang membuatku resah
tak apa aku mengerti
mungkin kah ini karena aku terlalu
menantikan senyumanmu

reff :kasih tetaplah disini engkau temani aku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
karena ku bahagia
bertemu denganmu melihat dirimu
kan baik dan baik saja

kau menyapaku. membawa senyumanmu
senyuman dari bibir merahmu
sungguh hati ini sedang berbunga-bunga
betapa aku mencintaimu

tak ada pelukan atau pun cumbuan karena
kita harus menjaga diri
dari cinta yang akan menjatuhkan kita
cukup dengan senyumanmu

back to reff

ku menyadari? penantianku disini
tak ada artinya karena penantiamu kepada ku  

maafkanlah
ku masih belum
memastikan kebahagiaan

namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan.

Labib Mufid (Di Tempat Biasa) Lyric Cover at The Gwangmun-Kyuhyun

Pria berambut agak panjang itu masih duduk manis di bangku taman . Semilir angin yang lewat seakan tak pernah ia hiraukan, matanya masih terpaku pada daun daun yang jatuh dihadapannya namun tatapannya kosong bermakna. Ia masih duduk disana duduk terdiam dan menunggu, ya dia menunggu, menunggu seseorang.

Alunan lagu Di Tempat Biasa Coveran lirik Labib Mufid dari lagunya Kyuhyun  at The Gwangmun  menemani ia,pada sore itu.

“Ah,alam… kau adalah teman sejati yang mampu membuat nafas ini berhembus denganmu, yang mampu mata ini terpukau olehmu, dan yang mampu membuat hati ini tentram menatapmu” desahnya dalam hati kagum.

Tak lama ia menunggu seorang perempuan berkerudung panjang dengan gamis yang lebar,sungguh anggun menurutku.Kukira dialah seseorang  yang sedang pria itu tunggu.

“Menunggu hanya untuk orang orang yang setia,ya mas. Terimakasih sudah menunggu,Assalamu’alaikum” suaranya lirih memecahkan suasana yang dingin saat itu. Perempuan itu duduk dengan jarak yang agak jauh dari kursi yang pria itu duduki, mereka seolah saling menjaga, namun tetap hati mereka seakan mencair bersamaan saat itu.

“Waalaikumsalam,De. Sama sama, terimakasih juga sudah mampu menantikan Mas, sampai selama ini” jawabnya, sambil tersenyum. Ahh semakin meleleh rasanya suasana sore itu.

Sore yang sejuk seperti biasa di penghujung bulan Mei ini,sangat mendukung sekali pertemuan dua insan yang sudah lama tak jumpa,beberapa menit mereka saling terdiam,dan menunduk,sepertinya mereka sedang merangkai kata kata,ah tapi begitu lama menurutku.

“Euhh… “ pria itu memulai

“Bagaimana Kuliahmu De?” tanyanya singkat,wajahnya sekejap menatap perempuan yang duduk disebrangnya itu yang masih menunduk. Ia tersenyum, walaupun si perempuan tak menatapnya.

Agak lama peremuan itu menjawab, “Alhamdulillah Mas,masuk Semester akhir,InshaAllah do’anya ya Mas,eummmm Mas Fatih sendiri…. bagaimana?”ia menjawabnya pelan pelan,matanya sekelebat saling bertatap dengan pria itu,ia langsung menunduk lagi.

“Alhamdulillah setelah dua tahun ini Mas Kerja,Mas dapat beasiswa S2, dan Alhamdulillahnya lagi Mas bebas mau pilih Universitas mana saja”

“MashaAllah…. Alhamdulillah,Mas niatnya mau kemana ?”

“Kalo Allah mengizinkan,Mas ingin ke Turki”

            Perempuan itu belum menanggapi,sesaat mereka saling diam, perempuan itu beranjak dari kursinya, berdiri dan berpindah duduk ke sekitar bunga bunga,yang tak jauh dari kursi itu.

            “Selamat ya Mas, Sukses selalu.” katanya pendek pada Pria itu, yang ternyata sedang berdiri tak jauh dengan dirinya.

            “iya,De…oooh iya emm bagaimana kabarmu dua tahun ini?”

            “Kabarku baik sebelum bertemu ditempat biasa kita ini, tapi setelah mendengar itu, kurasa kabarku buruk sekali” kata perempuan itu dalam hatinya. Ia masih diam, dan matanya kosong ia searasa mendengar kabar yang paling buruk. Tak sadar air matanya menetes. Tapi sebelum pria itu melihatnya ia segera menghapusnya.

“......De,Miaaa?”

“Euh,Iya Mas?gimana?” tanyanya tersadar

“Kabarmu bagaimana?”

“Alhamdulillah…Mas sepertinya ana lupa ada janji, ana harus pergi… Mudah- mudahan pulang dari Turki,Mas Fatih Sudah Sukses,terimakasih untuk semuanya.” Ia berusaha ingin beranjak pergi,

“De….!”

“Iya,Mas?”

“Sebenarnya, sebelum Mas ke Turki Mas ingin membawa Teman Hidup Mas ke Turki, do’akan ya, MUdah mudahan Allah mengabulkan”

Ahh, semakin hancurlah hati si peempuan itu, mendengarkan kata demi kata dari pria itu yang sebenarnya ia sendiri tidak tau apa makna sebenarnya.

“oh…. Ba..ba..gus kalau se seperti I..itu Mas, ana doakan yang terbaik” jawab perempuan itu sedikit gelagapan, sedikitpun ia tak mampu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah pria itu walaupun hanya sepintas, karna hal itu menyakitkan.

***

Dia,pria yang dua tahun yang lalu bertemu untuk pertama kalinya ditempat yang sering mereka sebut Di Tempat Biasa,membuat perempuan itu mempertahankan hatinya untuk berusaha memantaskan diri dan menjaga diri, ia bertemu ditempat yang memang Allah telah rencanakan sebelumnya. Di sebuah tempat dimana mereka sering menghabiskan banyak waktu mereka disana, mereka adalah orang orang yang senang dengan keheningan dan ketenangan di setiap Senin Sore.

Suatu Hari si pria yang sedang asyik menulis melihat seorang perempuan berkerudung panjang dan bergamis lebar ,cantik duduk disebuah kursi sambil melukis yang pikirnya tempat langganan si perempuan itu.

Dari pertemuan itu, mereka saling bertukar cerita bagaimana seorang penulis bisa berkoordinasi dengan seorang pelukis,mereka tak pernah janjian untuk bertemu, tapi memang mereka selalu bertemu disetiap senin sore, sampai pada suatu saat…

“De Mia, ana mau pergi ke Jogja,ada panggilan kerja disana,Alhamdulillah ana lulus tes tanpa pajak” kata pria itu,belum juga dijawaboleh si permpuan ia melanjutkan…

“ Mas selalu berdo’a yang terbaik untuk ade, mas dua tahun lagi pasti ketempat ini dihari yang sama di saat yang sama, sore hari, dua tahun lagi kita bertemu jika Allah menghendaki, Mas ingin melihat De Miaa,sudah jadi pelukis hebat,atau sudah jadi seorang istri yang hebat yang mampu melukiskan berbagai cerita baik dalam hidup keluargamu nanti De..”

Perempuan itu masih menunduk ia tak berani menjawab,

“Sebenarnya, jika Mas Mampu, saat ini juga Mas akan meminta bapakmu agar berkenan menitipkanmu pada Mas… sayangnya Mas masih harus memantaskan diri, semua lukisan mu sudah mas ceritakan dalam lembaran hidup Mas, semua keizzahan dan keiffahanmu sungguh membuat mas terkagum kagum pada hasil ciptaanNya. Sungguh Mas, tak berani membiarkan seorang perempuan shaleh duduk dengan penuh harapan pada penantian. Mas tak memintamu menjawab perasaan mas, mas tak memintamu untuk menunggu apalagi menanti,tapi kabarmu 2 tahun yang akan datang itu sudah janji Mas, sekalipun De Mia sudah berkeluarga,Nanti bawa pasanganmu ya De” kata pria itu panjang lebar melanjutkan, tanpa jeda. Ia tarik nafas, karena memang kata kata yang telah ia keluarkan sebelumnya, memang memerlukan banyak tenaga untuk mengunkapkannya.

“Sebenarnya,Sungguh aku tak berani menjawab apapun….Mas,tapi hati ini memaksaku untuk mengungkapkannya,Mas…. Kalaupun ana juga mampu,ana yang akan pertama kalinya meelamar Mas untukku.untuk ana jadikan seorang penulis di kehidupan kita,tapi sayangnya akupun masih kurang Mampu yang sangat jauh dar dirimu seorang shaleh,bijaksana dan……., Kita tak perlu saling Menunggu kita hanya perlu saling melepaskan dan mengikhlaskan semuanya” jawabnya mengakhiri dan tetap pandangannya masih menunduk. Di sisa kata katanya terselip tetesan air mata yang sengaja terjatuh di mata insah permpuan itu. Ikhlas.

***

 “De….Jika berkenan, Mas ingin bertemu lagi denganmu” ia bicara sedikit sedikit mencairkan lagi suasna yang hening

“Tapi bukan ditempat biasa kita ini,tidak perlu menunggu pulang dari turki, atau tidak perlu menunggu lama,Mas ingin segera bertemu denganmu De.Bukan ditempat biasa ini tapi…. Tapi… di..…di….. pelaminan De,”katanya menjelaskan malu dan sedikit gelapan mengungkapkan maksdu baiknya itu.

“De Mia tak perlu menjawabnya, cukup ayahmu nanti yang menjawabnya, malam ini ana akan bertamu ke rumah ayahmu De”

namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan

            inilah jawaban dari keikhlasan selama dua tahun ini, dan jawaban atas usaha dalam memantaskan diri ini”

***

            Di tempat biasa itu meraka bertemu kembali, tapi ada yang beda dengan pertemuan itu,mereka bertemu di waktu yang sama,saat yang sama, tak ada yang lebih dulu menunggu pun tak ada yang lebih akhir dinanti. Tak ada mata yang saling menunduk lagi, tak ada duduk dengan jarak lagi, tak ada suasana yang saling membisu. Tak ada lagi perasaan yang meleleh dikeduanya tanpa mereka sendiri yang mencairkannya dengan suka hati, sehingga lebih nikmatlah perasaan mereka itu.

            Di tempat biasa itu,Penantian, Keikhlasan,Usaha,Kepantasan dan do’a terjawab semua oleh kebahagiaan. Bahagia Dunia dan InshaAllah sampai akhirat.









Mon.16th May - 22:12 WIB di rumah sendiri

Am so sleepy. Ini FIKSI dan IMAJINASI

Selamat malam dari Jingga.