Jumat, 23 Desember 2016

Peristiwa itu


Dalam Hidup ada banyak rasa
Dalam hidup ada banyak warna
Dulu hidupku berwarna
Masa indah yang terpaksa aku lepaskan untuk sesuatu yang tak aku impikan
-THIS IS CINTA-

Kemudian aku katakan bahwa kisah cinta kita, eh maksudku kisah cintaku, bukan seperti Rachel  dalam film This is Cinta yang saling mencintai dengan Farel.  Aku bahkan hanya mengira ngira saja perasaanmu padaku,haha. Iya hanya mengira ngira. Semacam mengisi soal fisika di ujian nasional yang aku sendiri gak ngerti soalnya apa, sampai aku mengira ngira. Dan kamu lebih rumit dari pada soal Fisika.
Rumit. Entahlah kamu dan fisika memang punya banyak kesamaan, sama sama rumit. Sama sama sulit difahami dan sama sama mengganggu otakku. Tapi bedanya, aku tidak mencintai fisika. Tapi kalau kamu, mmm. Kupikir ini tak penting aku jelaskan.
Musim penghujan sudah berakhir. namun gerimis di hatiku tak reda reda. Dua bulan ini aku benar benar gila. Semua pekerjaan gak efektif, semua masalah sulit diselesaikan, semua waktu terasa begitu lama, semuanya berantakan, terutama hatiku. Dan semua itu kamu penyebabnya. Dan dengan sebalnya kamu belum bisa mempertanggungjawabkan semuanya ini.
Maaf, atas kata yang keluar dari mulutku yang tak kau senangi atau bahkan menyakiti hatimu waktu itu. Maaf. Sekali lagi maaf.
Aku bahkan sulit mengatakan ini secara langsung padamu padahal beberapa hari yang lalu aku sempat bertemu ,ah maksudku melihatmu. Dan akupun yakin kamu juga melihatku.
Waktu itu disuatu tempat aku melihatmu,aku mendadak gagu. Kamu tau hal konyol apa ketika aku melihatmu. Aku mengalihkan suasana, pergi ke toilet kemudian menangis sambil tertawa loncat loncat kemudian teriak tanpa suara selama beberapa detik. Kamu tau? Ini hal terr konyol sejak aku mengenalmu. Beberapa saat aku malu bahkan Kadang sampai aku menertawakan kekonyolanku sendiri.
Beberapa saat memang aku merasakan betapa bahagianya melihatmu. Padahal setiap hari aku pasti bertemu dengan orang orang yang lebih ganteng dari pada kamu, lebih slim,Lebih manis, tapi tetap kamu yang lebih menarik perhatianku.
Namun seketika aku kecewa. Kecewa kamu tak bertanya, kecewa pada diriku sendiri kenapa tak memulai bertanya, dan kecewa pada waktu yang tak bisa menghentikan moment itu sesaat, kecewa kepada kita yang saling mengasingkan diri. Bahagiaku kemudian berubah jadi kelabu.
yang pada akhirnya aku kecewa kenapa harus melihatmu, jika akhirnya lukanya semakin bertambah.
Mungkin awalnya memang lukaku agak membaik, tapi akhirnya infeksi  lagi. Bagaimanapun juga aku harus tetap meneruskan hidup. Ini sedikit Lebay.  Tapi memanglah begitu kalimatnya. Aku serasa duduk ditempat. Kamu penyebabnya, eh. Mungkin saja aku sendiri penyebabnya.
Tapi jujur, aku masih belum mampu berlari. Aku masih menikmati duduk ku ini. Aku saat ini hanya ingin kembali ke peristiwa dimana aku melihatmu waktu itu,kemudian aku akan mengubah alur cerita yang seharusnya. Aku akan mencoba bertanya lebih dulu, jika kamu malu aku akan coba mencairkan suasana, jika kamu masih malu akan coba ajak kamu untuk berbicara, tapi kalau kamu akan mendadak lupa,pergi, atau bahkan sampai sengaja mengasingkan diri, sengaja menghindar atau memang sedang berjalan menuju hati yang lain. Mungkin saat itu juga aku akan melepaskan genggamanku. dan mengucapkan “Maaf, Terimakasih dan Selamat Mencari”
Memang kurasa takperlu, tapi bukankah tidak akan merasa nyaman pergi tanpa salam perpisahan?
Hhh. Kenapa ya...  aku tak punya pintu doraemon yang mampu mengulang waktu menuju ke masa lalu atau masa yang akan datang. Aku hanya manusia biasa. Aku hanya punya hati yang terus berusaha sabar. Sabar dalam segala hal, termasuk sabar menunggumu.


 Ya, aku masih menunggu.

Jumat malam, 23 Desember 2016
00: 29
sijingga

Minggu, 18 Desember 2016

note3

Sebelum ini, pernah datang seseorang yang begitu baik dalam hidupmu kemudian kamu membiarkan pergi. Mungkin lebih tepatnya, kamu yang menyuruhnya pergi. Ketidakkuasaanmu untuk memperjuangkannya membuatmu mudah menangis. Harapanmu agar dia memperjuangkanmu seterusnya ternyata tidak terjadi. Bukan disebabkan karena dia tidak melakukannya, tapi kamu sendiri yang tidak membuka pintunya. 
Dan kamu mengharap pintu itu diketuknya. Asumsi.

ADAPTASI kutipan BOY CANDRA, dalam novel “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”.


Aku pernah belajar merelakanmu berkali-kali. Melepasmu pergi mencari cinta yang lain. Membiarkan kesempatan memilikimu hilang untukku. Sebab kamu berhak bahagia; meski sesungguhnya aku tidak bahagia dengan keputusan itu.
Kupikir hidup akan baik-baik saja. Semua harus berjalan seperti sedia kala. Kamu dengan seseorang yang dipilihmu. Aku entah dengan siapa,sendiri atau dengan yang lain. Aku mulai mencoba memberikan hatiku pada seseorang yang lain. Kubiarkan dia menggantikanmu. Namun, aku keliru. Melupakanmu ternyata tidak pernah semudah itu.
ADAPTASI dari--BOY CANDRA, dalam novel “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”.


Sabtu, 17 Desember 2016

Kamu dan Sebuah Luka


Entah kata atau kalimat apa yang harus aku mulai. Tapi jika aku harus menulis kata yang aku pikirkan, maka yang pertama aku tulis yaitu “kamu”.
Iya, kamu yang sudah hampir dua bulan tak jua bertemu,komunikasi yang hampir lost, percakapan yang masih menggantung, kemudian rindu yang sudah hampir menumpuk. Aku bingung harus bagaimana. Memulai percakapan denganmu? Itu sudah kulakukan tapi percakapan kita waktu itu tak juga kamu rampungkan. Atau memberi kode bahwa aku rindu? Kurasa tak perlu, karna sekecil apapun itu bentuknya, RINDU tetaplah tak akan bisa bersembunyi dan kupikir kamu melihatnya. Sampai  Aku hampir mengaku rindu,memang masih berupa kode,tapi waktu itu aku sedikit bahagia kamu bilang “Aku melihatmu kemarin di pinggir jalan di Jl.A” padahal hari itu aku tak keluar rumah,lalu aku bilang pasamu hari itu “Mungkin kamu sedang memikirkanku” dan kamu menjawab “Iya,aku memang sedang memikirkanmu” membaca jawabanmu lewat chat waktu itu betapa jingkrak jingkraknya aku sampai lupa hal sekonyol itu aku lakukan, kamu tak melihatnya memang tapi kuharap kamu tau bahagianya aku waktu itu.
Aku tak mengerti Cinta bisa sekonyol ini.
Tapi seketika kamu hilang lagi,tak lagi meneruskan percakapan kita. Lama lama hatiku hilang kendali aku mulai tak faham bagaimana seharusnya aku bersikap. Apakah sama sama menghindar sepertimu? Itu sangat menyiksa bukan? Mencoba melupakan malah akan berimbas menjadi selalu mengingat. Atau tiba tiba pergi dan menghilang? Apa itu menyelesaikan masalah? Atau Apakah aku harus lebih lama bersabar? Tapi bukankah sabar itu bukan berarti diam? Harus ada beberapa hal yang aku lakukan sebagai bentuk usaha. Sedang, apapun usaha yang aku lakukan kamu tetap diam ditempatmu, tak beranjak sedikitpun. Sampai aku tak mampu mendefinisikan bahwa kamu pergi atau masih tetap ditempat yang sama. Tempat dimana segala keraguan dan kebimbangan  membersamaimu.
Aku sudah habis kata kata menyusun kemungkinan kemungkinan yang aku pikirkan yang belum tentu adanya. Sedangkan pada nyatanya,melanjutkan hidup denganmu saat ini adalah lebih dekat dengan sebuah ketidakmungkinan. Kamu lebih tepat, melindungi diri sendiri, tak mundur karna bisa jadi menjaga perasaan diriku , tidak juga maju karna bisa jadi berhati hati.
Aku mulai hari ini akan lebih memahami diriku diposisimu. Kuharap aku mampu. Entah sampai kapan aku akan bermain dengan luka yang ku buat sendiri ini,mudah mudahan tak sampai lukaku ini membunuh diriku sendiri. Kuharap kamu sendiri yang akan  segera menyembuhkannya, sungguh saat ini aku sedang tak berharap  ada orang lain yang menyembuhkan ini selain kamu.

Sabtu Malam,17 Des 16

#sijingga

Jumat, 02 Desember 2016

*noteharian


Dan kemudian aku malas melakukan semua hal yang kusukai. Aku jenuh. Entahlah aku benare benar bingung dengan diriku sekarang. Aku sering berfikir negatif seringggggg sekali. Katyaknya kadar asamku dlam tubuhku hampir mencapai 90% aku hampir kehilangan basaku. Aku lemah.
Aku tarik nafas dalam dalam memang sepertinya aku butuh piknik dan kamu. Iya kamu yang selalu bolak balik dalam imajiku. Aku pergi ke dokter disuruh jangan banyak fikiran, konsultasi ke dosen psikologi suruh jangan banyak fikiran,sedangkan kamu memenuhi fikiranku. Aku bingung. Ah ini lebay.
Hari ini benar benar taraf kejenuhanku mencapai stadium 4 kayaknya. Aku bahkan sampai malas mengajar,berbicara dengan anak anak,malas berinteraksi,malas melakukan semua kewajiban maupun kecintaanku. Bahkan menulispun aku bingung entah kemana alurnya.
Semua pekerjaanku berantakan,aku benar benar seperti gak hidup,bahkan semua hal negatif malah memenuhi otakku. Aku takut kadar Asam ku benar benar mencapai 90 % atau  mungkin sampai 100% “Noooooooo..!!!”. i must be MOVE UP,apapun dn bagaimanapun caranya.
Kalian tau,kemarin aku sampai sakit hati dengan obrolan candaan teman temanku
“Hah ? memangnya aku punya teman?”
Teman itu ... makhluk semacam apa sih? Aku tanya lagi makhluk semacam apa? Akhir akhir ini aku merasa hidup sendiri. Curhat kepada media publik dengan tulisan amatiranku,so humble sama semua orang yang mana ku tau mereka suka atau tidak padaku, ketawa ketiwi padahal disisi lain aku melow berat.
Apakah nasibku akan lebih baik jika aku memiliki kaki yang bagus ?
Teman yang banyak ? teman yang slalu mengerti saat suka maupun duka? Teman yang tidak hanya ada ketika butuh? Teman hidup bahkan ? semuanya aku tak yakin bahwa aku mempunyainya.
Aku benar benar jatuh kali ini,aku merasa kembali ke masa dimana ketika aku dulu pernah hampir mati dengan fikiranku sendiri. Enam ahun yang lalu,ya. Aku serasa kembali ke masa itu. Masa dimana aku jatuh,aku seperti mayat hidup. Ah fikiranku ini. Haruskah aku masukkan clean master ke dalam otakku agar semua sampah dalam fikiranku bisa terhapus secara otomatis.

Ketika aku merasa gagal,merasa tidak punya teman,ragu akan punya teman hidup,dan gagao menjadi seorang guru,bahan ocehan dan cibiran orang,aku rasa aku bukan seorang manusia.  I need someone or some people who will understand me well. Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa,j gdcuwkrh srhliugrna hdbaw,jhaiulernyw;ocnriuw qkrgewjrgulr34cr8934

Senin, 14 November 2016

**noteharian




Maka...
Jika raguku tak kunjung menghilang,
Kapan YAKIN ku datang ?
**

sijingga

Sabtu, 12 November 2016

Mendung pagi ini...


Mendung pagi ini mesra sekali,pun hatiku. Sudah beberapa hari ini pura pura bahagia. Dan aku memang sangat merasa bahwa aku sedang pura pura hidup. Apa yang ada dalam benak kalian ketika bicara “pura-pura hidup”??? ini hal konyol bukan ? tapi begitulah. Aku memang sedang merasa pura – pura hidup.

Aku menyiksa diriku dengan pikiran ku sendiri, aku begitu bingung kenapa lebih banyak asam dibanding basa dalam hidupku ? aku selalu berpikir negatif akhir akhir ini. Aku lelah. Tapi pikiran negatifku tak mau pergi pergi.

Aku mempunyai kekurangan yang tidak semua orang tahu bahwa aku kalah dengan kekuranganku itu. Aku benci pada hal ini,aku yang ambisius,pemberani,peercaya diri,ternyata aku kadang pura pura. Aku bohong pada diriku sendiri. Aku memang kalah dalam hal ini,kalah.

Mendung masih disini, imajiku memutar dan singgah pada masa dimana aku menikmati prosesku beberapa tahun yang lalu untuk bisa hidup kembali. Bagaimana aku mampu melewati dan mengalahkan diriku sendiri dengan terus bangkit,”Tanpa atau dengan alasan apa atau siapapun,ini harga mati aku harus hidup kembali” kataku tegas waktu itu.

“Oke,mendung pergilah. Cukup kau yang mendung dan aku harus berseri setiap hari” harapku dalam hati sambil menatap jendela kamar yang sedari subuh telah terbuka.

Tapi ternyata pada akhirnya,hujan turun dari kelopak mataku.


Sabtu, 01 Oktober 2016

Kamu dan Teka Tekimu

Sudah beberapa hari ini hujan mengguyur kotaku ini,sunyi sepi dingin sendiri tapi Hujan akan tetap romantis,jika itu masih tentang kamu,iya kamu yang dengan tega dan jahat membuat diriku ini menunggu. Aku berkata pada diriku sendiri lalu tersenyum pada setiap genangan air yang terlihat di jendela kamar.manis.
Alunan lagu Teka-Teki dari Raisa,secangkir teh hangat dan drama korea yang menunggu untuk ditonton di Laptop kesayanganku sedang berteman dengan hujan saat itu. Akupun.
Aku mulai meneguk teh hangat yang tersaji dalam sebuah gelas cantik,dan aku menikmati setiap lirik dari lagunya Raisa,aku memahami setiap kata dan aku mulai menikmatinya,dan seketika nama kamu “Zakky” ku ucapkan.
Dirimu buatku slalu penasaran
Terkadang menjauh
Terkadang buatku tersipu malu
Manisnya ucapanmu
Membuatku tak menentu
Ku tak tau Harus bagaimana
-TEKA TEKI-
Yaps,kamu “Zakky”. Lagu ini cocok buat kamu yang masih menjadi teka teki. Kadang orang seperti kamu menyenangkan untuk para penikmat teka teki. Tapi aku bukan orang seperti itu. Aku lebih senang dengan kejelasan,kepastian. Aku tak suka hal yang masih abu abu,dan kamu masih belum keliatan hitamnya.
Syudahlah,perlahan lagunya berhenti dan Teh hangatku sudah habis,aku mengemuti semua bagian bibirku yang masih ada manisnya. Tehnya masih ingin kunikmati,tapi aku bersugesti teh pada gelas yang kedua pasti akan beda rasanya,bukan pada teh saja ada beberapa hal juga yang ku sugestikan bahwa yang kedua kalinya tidak akan pernah sebaik yang kedua,seenak yang kedua,sebagus yang kedua. Emmm dan persepsiku yang lainnya. Soal ini,Aku saja yang faham. Aku pikir.
Seiring dengan Drama korea yang kuputar habis dua episode saja,hujan diluar mulai reda. Teh hangat sudah habis,drama korea yang hanya kuputar dua episode saja,dan sampai hujan yang sudah reda,kamu Bang  masiiiiih saja bolak balik dalam imajiku. Sangat mengganggu.
Aku membuka handphoneku,memutar mutar bola mataku,                                                                           dan tepat berhenti pada putaran kesekian sampailah bola mataku menatap Profil contact BBM mu,”Aku menunggu chatmu!” geramku dalam hati saat itu sambil menggigit bibir bagian bawah.
Chat yang ku kirim kemarin malam,belum juga kamu baca,sedangkan beberapa menit yang lalu kamu ganti Display Picture dan buat PM . Sikapmu yang seperti ini sangat menyebalkan.
Aku mematikan Handphoneku,kemudian aku membuka sebuah Website Favoriteku Inspirasi.co untuk menghilangkan kamu dari pikiranku sesaat. Dan kudapati sebuah cerpen yang penggalannya seperti ini,
“.......Kamu duluan yang membuat lubang untuk masuk,jangan sampai keluar dengan lubang yang berbeda. Kamu duluan yang sudah bikin prolog di cerita sendiri,demi apapun aku tak ingin meneruskan cerita yang berbeda akhirnya,alur yang kamu buat harus kamu teruskan, atau lebih bagus lagi kita teruskan,itu yang aku harapkan.
Itu kataku kepadamu waktu itu. Kamu hanya diam seperti air yang membeku,dingin dan diam,lalu akhirnya kamu mengeluarkan dua buah kata. “Doakan saja..!”
Setelah itu,semua hening dan akupun terdiam. Sungguh aku tidak memintamu untuk segera menghalalkanku kataku waktu itu. Obrolan soal ini obrolan yang sangat berat.
Kamu tak melanjutkan. Namun sehari setelahnya,kamu berkata hal yang sama ini bisa disebut berupa janji janji atau apalah itu. Aku tidak senang dengan janji itu.
Aku berkata padamu bahwa sungguh demi apapun aku tak ingin mendengar atau membaca janji apapun dan dari siapapun,aku hanya butuh pembuktian,lebih atau kurang dari itu,itu terserahmu.
Alea…..?” kamu menghentikan pembicaraan kita. “Aku mohon tunggu” lirihmu sambil beberapa detik kemudian menundukkan kepala. Dan aku berusaha faham. Lalu aku menjawabmu “Aku akan mencoba”.
“Biarkan saat ini aku yang belum mampu apapun menjadi teka tekimu,tunggu aku sampai aku menemukan puzzle ku yang lain untuk kamu lengkapi selanjutnya” tutupmu pada pembicaraan kita. .....” –sijingga-
Ah,bang kamu,masih menggangguku,dalam cerpen saja ada kamu,mmm mungkin aku saja yang sedikit berlebihan,ah maksudku sangat berlebihan,padahal tak ada kaitan nya,tapi aku kait kaitkan.
Aku menutup laptopku, dan aku membiarkan kamu dan teka teki mu ada di bagian pikiranku saat ini.


Masih tentang K A M U , Hafwan

-Aku masih mencoba mengakhiri cerita kita-


Izinkan aku pergi dulu......”
PAMIT,sebuah lagu dari Tulus dalam imajiku,kamu yang melantunkannya,ah padahal ini fiktif. Mas,iya kamu Mas Hafwan maaf aku masih menulis meneruskan  cerita ini,kurasa cerita kemarin menggantung,dan aku masih ingin mencoba mengakhirinya. Ingin memolesnya menjadi lebih manis,walau nyatanya Sad Ending.Entah bagaimanapun caranya aku ingin membuatnya tetap Happy Ending.
Aku tahu Mas,walau hanya sebatas intuisiku saja,aku tahu aku yakin apapun itu  sampai rancugnya kata kata yang kutulis ini,aku ulangi aku tahu aku yakin bahwa kamu baca tulisanku,titik. Bagaimana tidak,sehari setelah aku posting tulisanku,broadcast yang kamu share, display picture akun bbm mu di lengkapi dengan PM mu yang semuanya tertuju pada salam perpisahan menanggapi tulisanku kemarin.
Ini memang seperti dongeng,cerita yang sedikit ku fiktifkan tetap saja kau faham isinya,kita pura pura saling tidak tahu,tapi seolah hati kita saling berbisik,aku sedikit kepedean,tapi entah geer tingkat apa aku bisa segila ini,tapi aku yakin. Tetap yakin.
Aku baca dalam dalam,aku mencoba memahami makna tiap kata yang tertera pada sebuah kalimat pada display picture akun bbmu.
“Jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kau sebut dalam do’amu,mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam diam sering menyebut namamu dalam doanya”
Aku terus menatap layar handphoneku dengan mata sedikit berbinar,menahan mata yang mulai berkaca kaca sebelumnya. Dengan tanpa sadar aku tersenyum,ikhlas.
Aku faham apa yang kamu maksud,intinya walaupun tak kamu bicarakan,kamu begitu perhatian,sampai menasihatiku,mungkin agar sedih dan kecewaku sekedar saja. Pikirku padamu positif saat itu.
Aku tahu perjalanan di depan matamu yang masih misterius menjadi alasan kamu menanggapi salam perpisahanku. Entah dari alur yang mana kamu mulai berjalan,meninggalkan kenangan yang tak sengaja kamu ciptakan. Untuk melepaskannya bahkan mungkin aku maupun kamu tak pernah memikirkan hal itu. Kita,maksudku,aku,lebih senang membayangkan masa depan yang kita tak akan tau akhirnya,seperti hari ini,yang kita bayangkan kemarin adalah sebuah kemungkinan. Namun, tidak semua kemungkinan kemungkinan yang terjadi kita bayangkan. Pun saat ini,kita dan perpisahan adalah sebuah kemungkinan yang saat ini tak lagi menjadi kata mungkin yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Sebenarnya,aku tak ingin terus menerus membuat diagnosa tentang semua kemungkinan yang pernah terpikirkan olehku. Kamu,ceritamu dan hidupmu bukanlah bagian dari diriku,namun fikiranku selalu gagal memahami hal itu. Aku selalu saja ingin memaksakan untuk masuk dihidupku,walaupun duniamu sulit untuk kuselami.
Beberapa hari,minggu dan hampir sebulan kamu benar benar pergi,aku mulai menikmati hidupku. Tapi aku masih saja menjadi manusia yang biasa,atau mungkin bisa jadi lebih buruk. Aku masih berusaha mengakhiri cerita kita dengan baik,aku tak berusaha untuk melupakanmu,karna itu akan sebaliknya,semakin aku mencari cara untuk melupakanmu,semakin banyak pula cara aku mengingatmu,dan itu mengganggu fokusku. Sekarang aku lebih senang mencari kesibukan,menghabiskan waktu dengan bekerja,menulis,jajan,ngasuh,bernyanyi dan melakukan kesenangan kesenangan lainnya.
Aku selalu mencintai orang orang shalih,memang kamu ada satu dua hal  lain yang menjadi spesial,tapi selain dirimu orang orang shalih lainnyapun aku sangat cintai. Aku mencintai Rasulmu oleh karna itu aku mencintaimu ,orang orang sepertimu,yang sama sama mencintai  Rasulmu,Rasul kita.
Kalau banyak yang menulis kata kata “Cinta itu tak harus memiliki” aku sangat sepakat. Tak usah jauh jauh membayangkan “kamu” sebagai simbol cinta yang selalu kupikirkan. Cinta itu tak melulu tentang kamu,seperti kita ingin menangkap kupu kupu yang indah pastilah kita ingin mendapatkannya karena kita mencintainya,tapi kita akan lebih senang menyatakan kalau kita “menyukainya”. Kita tidak mungkin menangkap kupu kupu itu untuk kemudian kita bawa ke rumah lalu menemani hari hari kita kan? Karna kita tahu,kita tidak akan mampu menjaga dan merawat kupu kupu itu, kita tak akan pernah tega menyakiti yang kita cintai. Selalu ada cara yang terbaik untuk membuatnya selalu terjaga dan bahagia. Semisal melepaskan kupu kupu itu dan membiarkannya terbang bebas,ikhlas. Itu juga sebuah C I N T A.
Dan kamu,iya kamu. Aku tak akan pernah tega memilikimu dengan tergesa gesa atau terpaksa,cinta tak sebercanda itu. Kita harus tau bagaimana cara mencintai yang benar. Seperti pada kupu kupu,jika membiarkannya bebas bisa membuatnya bahagia dan lebih baik,kenapa tidak. Aku melepaskanmu,menutup perlahan harapan ku,melakukan banyak hal untuk tidak melulu memikirkanmu.
Jika kita memang sudah Allah pasangkan kita pasti akan bertemu,Qada dan Qadar Allah lebih dari apapun yang kita persepsikan. Dan kalaupun tidak,mungkin disini aku belajar mengikhlaskan dan memperbaiki caraku mencintai seseorang. 

Jumat, 16 September 2016


Hujan dan masih tentang KAMU



“Oh Flo,kau tak tahu,terkadang,yang tak kita miliki bukanlah keberanian untuk melanjutkan hidup,melainkan kekhawatiran melepas kenangan.”
Adonis.Hlm21-Ambhyta
Kali kesekian disaat saat yang sama,ketika hujan aku selalu menutup novelku ketika menemukan kata yang membuatku berfikir tepatnya kata “Kenangan” yang kali ini ku temukan,sore di hujan deras hari jumat pada novelnya mbak Ambhyta Dhyaningrum.manis.
Aku terus mengerutkan keningku,kadang memang iya kita tak akan pernah bisa melepas kenangan,entah yang sudah diciptakan atau yang sedang kita ciptakan.
Kamu,dan rindu yang membasah bersama derasnya hujan menemani kegelisahanku,aku takut kalau suatu saat kali ke tiga aku harus mengalami lagi melepas kenangan tepatnya kali pertama pada kenangan yang sedang atau telah kita ciptakan. Ya,dua kali mengalami pahitnya melepas kenangan membuat hati dan pikiran tersiksa,ini berlebihan. Tapi begitulah.
Maka kali ini,denganmu,bang aku tak ingin megalami melepas kenangan kali ketiga. Aku ulangi,tak ingin.
Jika aku bisa menawar pada takdir,aku berharap seperti itu,denganmu yang ku ingin menciptakan kenangan kenangan yang akan kita bagi pada buah cinta kita,dan kali ini aku terlalu dewasa. Aku tak perduli.
Tapi tetap,Cinta yang kata banyak orang tak bisa kita rasionalkan membunuh diri kita sendiri,jika kita tak tepat memakainya.
Tentangmu,maaf sebenarnya aku belum punya alasan cukup bagaimana kamu bisa kucintai. Aku bilang padamu “Bukan alasan yang mendatangkan cinta,namun cinta yang menciptakan suatu alasan”
Pun,kenangan yang telah atau sedang kita ciptakan tumbuh bersama cinta yang masih belum bisa kujelaskan.
Hujan sudah mulai reda,namun rindu masih berderas,dan kamu dengan menyebalkan,siluet wajahmu masih menetap di imajinasiku.



Minggu, 21 Agustus 2016

Apakah ini cerita terakhir "Kita" ?


Iya ,aku tak tau benar maksud dari makna “jangan tunggu” yang Mas Hafwan katakan, aku tak ingin berbesar hati, tak ingin menduga duga terlebih lagi mengharapkan,sekalipun itu suatu yang baik, tetap saja berharap pada selain Sang Maha Pemilik Harapan itu bukanlah keinginanku.
“Jangan tunggu” “jangan tunggu”, aku terus mengulang ngulang dua kata itu di penggalan terakhir cerita kita yang kubuat 12 mei lalu. Awalnya aku tak ingin mneruskan cerita kita,ah maksudnya ceritaku sendiri,aku selalu salah mengira bahwa cerita yang awalnya aku buat di tahun 2014 lalu dan kemudian yang berlanjut lewat do’a do’a yang setiap hari terpanjat dan beberapa cerita aku tuliskan. Dan setelah cerita kedua aku tuliskan mei lalu kabarmu tiba tiba menghilang,aku berfikir aku ingin menghentikannya,tapi entah kenapa setelah siang tadi,aku ingin bercerita lagi.
Iya,siang tadi. Setelah beberapa bulan kabarmu menghilang,do’a yang menggantung,dan ada pemeran baru datang di cerita kita,dan aku sudah mulai merasa ingin menghentikan cerita kita lalu memulai cerita dengan pemeran baru itu,tiba tiba beberapa hari kamu tulis di status akun BBM mu.
Aku Disini” singkatmu. Aku malam itu ingin sekali berkomentar,memulai Chating atau sekedar menegurmu,tapi aku sudah mulai merasa bahwa kamu menjaga “Jarak”,aku tahu itu sejak kabarmu menghilang,sapaanmu yang tak lagi hadir di media social,dan hafalanmu yang terus bertambah, tapi kamu tidak menghindar kontakku nyatanya belum kamu Delcon di akun bbmmu. Aku masih berhusnudzon,mungkin diam diam kamu masih menjaga silaturahim kita.
“Kita” kata yang sangat ingin aku ucapkan suatu hari nanti ketika ijab telah di qabul ketika aku halal untuk mencium tanganmu dan kamu mengecup keningku,ketika itu kata “Kita” bukan lagi sebuah mimpi tapi hal biasa yang akan terus menghiasi telingaku ketika kau ucap merdu setiap saat. Namun nyatanya ini masih sebuah mimpi.  
Cerita kali ini aku buat dengan berbeda,dengan gaya bahasa yang berbeda dan tentunya alur yang berbeda,sebenarnya bukan karna perasaanku yang sudah berbeda tapi mungkin saja. Karena sejak aku tahu,semakin bertambah hafalanmu aku merasa semakin jauh jarak yang dulu aku rasa hanya sebuah dinding dari dua tempat yang berbeda sekarang jarak juga merupakan atap atau teras yang memisahkan  lantai satu dengan lantai tujuh,kamu di lantai tujuh dan aku masih di lantai satu,ah tidak mungkin kamu sudah lantai kesekianpuluh dengan keshalihanmu sebagai penghafal quran sedang  aku masih saja seorang muslimah dhoifah yang tak mampu mencoba memantaskan diri dengan baik,mungkin jika suatu saat kamu sudah hafal 30 juz,aku masih di juz 30,aku malu.
Ditambah kabarmu yang menghilang,menenggelamkan jarak yang tadinya menggantung,menjaga hati mengistiqomahkan diri sebagai jomblowan luar biasa. Bahkan saking shalehnya,menegurpun kamu tak berani,aku tahu itu. Dan berusaha yakin dengan dugaanku.
Siang tadi setelah satu hari sebelumnya,undangan pernikahan kakamu datang kerumahku yang ketika itu aku begitu terkejut karna yang aku baca bukan nama calon pengantin,melainkan nama Ayah Ibumu,mimpi buruk suatu hari yang lalu tentang kamu yang menikah dengan orang yang kukenal sekelebat melewat difikiranku,aku tak ingin membuka halaman dimana nama calon pengantin ditulis,karena saat itu aku takut namamu “Hafwan Kafil Halim” terpampang dengan calon pengantin perempuan.jika itu terjadi aku akan mengalami galau berbulan bulan menangis sepanjang malam dannnn, Ah ini terlalu dramatisir.
Dan sampai akhirnya aku buka halaman itu,aku tersenyum lega yang kubaca nama kaka perempuan yang tertulis “Ah Barakallah teh” bisikku dalam hati. Kamu masih jomblo,aku sedikit bahagia,terlebih ketika aku tahu malamnya kamu menulis status yang artinya kamu sedang berada di kota kita,aku sangat ingin ikut ibu ke kondangan,niatku memang sedikit lain karna selain mendoakan pengantin dan silaturrahmi niat utamaku tak lain ingin bertemu dengan mu.
Siang tadi sebelum berangkat tepatnya pukul 11.00 aku berusaha berdandan dengan baik tapi masih dalam batas sederhana,aku pakai gaun hijau muda favoriteku lalu aku pakai khimar motif bunga bunga dengan warna peach ada warna hijau dibagian motif daunnya,menyeimbangkan. Entah mungkin aku sedang kasmaran kali ketiga pada pertemuan ketiga kita,aku memakai khimar motif bunga sebagai simbol. Aku memakai sedikit polesan lipstick dibibirku,aku malu sendiri melihat tingkah polahku yang aneh,tapi masih wajar.
Aku berangkat dengan perasaan hati yang tak bisa ku gambarkan,detik detik ke tempat mu,seperti biasa jantungku berdetak lebih cepat seperti sebelum sebelumnya kita bertemu selalu seperti itu,aku tarik nafas dan….
Kamu. Iya kamu memakai batik biru tosca menggendong keponakanmu yang cantik,aku melihatmu. Tepat, aku melihatmu beberapa senti dari pandanganku “Kamu ganteng Mas” desahku dalam hati,lalu menundukkan pandanganku. Dalam bayanganku kamu pun sama melihatku dengan gaun dan khimar yang cantik kemudian kamu tersenyum dan berbisik dalam hatimu “Kamu juga hari ini cantik Humairaaaa” ahh,imajinasiku kacau.
Setelah itu beberapa kali bayanganmu,bukan. Maksudnya ragamu bolak baik beberapa meter saja tepat didepan kursi makanku,kamu sesekali menolehkan wajahmu kearahku tapi ketika aku melihatmu kamu sudah menunduk atau menoleh kearah yang lainnya.
Pertemuan itu,aku ingin lebih lama disana,lebih sering melihat wajahmu,lebih dekat lagi memandangmu,atau bahkan kita bisa sampai duduk berdua berbicara,ah atau sekedar kamu menyapaku “Ukht….” Katamu dalam bayangku sambil tersenyum. Tapi nyatanya tidak,akhirnya setelah sekian menit makan dan silaturahmi memberikan selamat pada kakakmu,aku harus pulang bersama ibu. Saat aku pulang,aku sempat lewat percis hanya beberapa inci saja ditempatmu duduk,tapi sepatah katapun kamu tak menyapaku,aku kecewa.
Tiba tiba beberapa obrolan ibu ibu pengajian tamu undangan di resepsi pernikahan kakakmu terdengar di telingaku ketika hendak pulang.
“Neng Laila itu nikahnya sudah hafidz 30 juz,suaminyapun sama,mashaAllah yaaa yang ganteng yang cakep hafidz hafidzah Allah pertemukan dan kemudian disatukan pula oleh Nya,benar ya Wanita yang baik untuk laki laki yang Baik,itu memang Mutlak”
Aku terharu,mendengar itu,tapi ketika itu pula aku malu dan sangaaaat merasa tidak pantas,menantikan cinta dari kamu yang nantinya seorang Hafidz,aku rasa aku tidak pantas untukmu,kamu pantas dan berhak mendapat dan mencari calon istri yang pantas untukmu.
“Aku Mundur” kataku dalam hati ketika sampai dirumah,dan tanpa disadari air mata menetes tepat dipipi sebelah kanan yang kemudian membasahi sedikit khimar bagian pipi.
Aku berusaha menghapus tangisku,tarik nafas. Lalu aku membuka Novelnya bang Fahd –Jodoh- untuk sekedar menghilangkan galau aku baca ulang bagian Penantian. Di awal bab Bang Fahd menulis ini,kutipannya sering dan senang aku baca ulang
“Tentang Jodoh,aku tak punya kuasa untuk menyalahkan keyakinan dalam hatimu, aku bisa membuktikan bahwa aku mencintaimu,tapi aku tak punya bukti apapun bahwa akulah jodohmu…”
Sayangnya aku berbeda dengan Sena pemeran utama dalam novel itu,aku tidak mampu membuktikan bahwa aku mencintaimu,kata cinta yang belum mampu aku ucapkan aku harus simpan dalam dalam,lalu menguburnya dan membiarkannya menghilang dan mati.
Cinta ini tidak pantas untukmu,aku harus ikhlas melepasmu walaupun nyatanya aku belum pernah sekejap pun menggenggammu,kamu bukan milikku dan bukan untuk aku miliki. Aku harus ikhlas. Ikhlas.
Entahlah apa ini pertemuan terakhir kita,atau cerita terakhir kita. Maksudku cerita terakhirku tentang aku yang mengagumimu yang bermimpi suatu saat menjadi “kita”. Esok lusa mungkin berbeda,Allah yang tahu jalan cerita,tapi aku yang memerankannya,dan memilih peranku dan ceritaku. Mungkin dengan pemeran baru itu seseorang yang masih belum aku ceritakan,atau mungkin masih dengan kamu.
Tapi tetap,kaliketiga kita bertemu aku sudah ikhlas melepasmu.
Kau dan aku tak bisa bersama
Bagai syair lagu tak berirama
Selamat tinggal kenangan denganku
Senyumku melepaskan kau pergi ~
                Bersama sore hari yang mendung,segelas teh manis yang hambar dan rindu yang terobati, lagu dari Cakra Khan Mencari Cinta sejati seakan menutup cerita kita. Menghentikannya.





*ditulis minggu sore dengan perasaan yang kalut di sebuah ruangan yang tak ingin saya sebut kamar*
tolong read cerpen sebelumnya yang gaya bahasanya jauh beda ^^ 
http://senyumansijingga.blogspot.co.id/2014/08/bermula-dari-pesan-pertama-oleh.html
http://senyumansijingga.blogspot.co.id/2016/05/dari-pesan-pertama-ke-pertemuan-kedua.html

Sabtu, 13 Agustus 2016

kamu dan Hujan

Hujan,Ya hujan. Dari sabtu pagi sampai siang ini dan kuharap sampai malam,gerimis ini terus berlanjut,bukan berarti aku jomblowers yang senang melihat sepasang kekasih gagal Satnight gara gara hujan,jangan suudzon,tapi itu bisa jadi. Lebih tepatnya aku hanya ingin bermanja manja dengan selimut,Music Box,dan Novel romansa  dikamarku ditambah teh hangat jadi pemanis. Unchh
Hujan seperti ini aku ingat Quotes dari sahabatku,panggil saja dia Tiwi, yang entah dapat dari mana atau bahkan dia sendiri yang menciptakannya,kurang lebihnya seperti ini kata katanya,
“Hujan akan selalu menyenangkan,selama itu masih tentang kamu”  lirih Tiwi padaku suatu hari. aku sedikit geli mengingat kata kata itu,tapi……emmm cukup manis.tiba tiba saja ingatanku bersambung pada kamu,Pesan pertama,pertemuan kedua,dan emmm cerita selanjutnya.
Setelah pesan itu,pertemuan kedua itu dan kamu saat ini, entah bagaimana aku akan melanjutkan cerita itu,apakah akan menggantung,apakah akan aku akhiri ceritanya,atau kamu sendiri yang akan melanjutkannya dengan pemeran yang berbeda. Sedikit galau. Lalu aku sedikit membayangkanmu,lalu berdoa.
“Bertahanlah,sebentar lagi. Sampai kuikat dirimu.”
Penggalan Novel nya Bang Fahd- Jodoh di akhir bab Kau yang mengutuhkan Aku menambah suasana sore ini jadi Melow,dan aku tidak ingin beranjak dari bab ini lalu seakan akan  aku ingin menjawab “InshaAllah bang,aku akan bertahan”. Ah mimpi.
Terlalu banyak berimajinasi dengan novel, sampai sampai selalu ingin masuk jadi pemeran dinovel,ya maksudnya pemeran yang bahagia.
Aku berhenti di bab ini,tak ingin berlanjut pada bab “Pilihan” . judulnya bikin aku terhanyut kedalamnya,sekaligus jadi kaya selfremind gitu. Yaps. Hidup itu Pilihan bahkan tidak memilihpun merupakan suatu pilihan,aku mengerti dan kamupun ku harap begitu.
Tentang cerita itu,aku tak bisa membayangkannya seperti novel novel romansa yang kubaca yang berakhir bahagia,tak bisa kubuat alurnya sendiri. Tapi aku bisa memilih,memilih untuk menunggu agar melanjutkan cerita bersama,atau berhenti,lalu aku buat cerita baru dengan alurku sendiri. Entahlah.
Fyuhhhh. Segalau inikah hidup gadis yang di ambang penantian yang tak menentu.Hujan masih deras membawa rindu yang menggenang . Aku menutup novelnya Bang fahd. Lalu aku tarik selimutku dan kamu masih dalam ingatanku.


Minggu, 10 Juli 2016

Apa bisa menikah #TanpaCinta?

Aku pernah mendengar dari beberapa orang bahwa Menikah itu bisa tanpa cinta,karena memang cinta itu ditumbuhkan. Dan dengan menikah,Cinta itu akan bersemi. Begitu singkatnya.
Aku tak  yakin sebelumnya,mana bisa kita hidup bersama tanpa ada cinta sebelumnya. Namun semua ketidakpercayaan itu sekarang aku alami. Pada hari ke tigapuluh aku menikah aku sudah jatuh cinta ah semakin jatuh cinta pada pria yang ada di sampingku saat ini. Aku menatapnya dengan beribu makna. Aku menghitung setiap helaan nafas yang ia keluarkan,karna saat ini tepatnya aku sedang berada diatas jantungnya,ia hanya tertidur pulas memelukku erat. Pria berkacamata yang matanya sipit,berjanggut tipis,bibirnya sedikit merah,manis sebuah pemandangan indah yang menjadi sarapan setiap pagi sebelum beranjak dari ranjang.
Namanya Awan Zhafeer.aku senang memanggilnya Mas Awan. Sebulan yang lalu tepatnya ketika dia menghalalku dia genap berumur 26 tahun. Dia seorang penulis dan penyanyi. Dia berperawakan tinggi,tidak begitu putih tapi memang manis,berjenggot tipis,berkacamata,penampilannya selalu rapi,hobinya sesuai dengan profesinya menulis dan menyanyi. Dia lulusan sastra inggris dari salah satu Universitas terkenal di Sudan dengan tanpa biaya sedikitpun. Dia terlahir dari keluarga yang sederhana namun karenanya sekarang keluarganya sangat terpandang.
Sedangkan aku, Namaku Yumnaa Kinan aku baru saja berusia 21 tahun. Aku berperawakan kecil kalau kata orang sunda peot tapi tidak mengkhawatirkan. Aku berkulit sawo matang. Berlesung pipi keduanya,itu yan membuatku jadi anak termanis dirumahku,itu kataku. Rambutku panjang tapi hanya aku dan Ibu yang tau,ah tidak. Sekarang suamiku juga tahu. Aku berasal dari keluarga biasa juga hobiku memasak dan berbicara,iya,karna memang aku seorang aktivis dakwah pekerjaanku berbicara dari satu liqo ke liqo yang lain,tapi ini sebagai bentuk pembelajaran untukku. Aku juga dilahirkan dari keluarga sederhana,Abahku hanya seorang aktivis Dakwah juga,dan ia membantu Ibuku membangun usaha Cateringnya.
Ohh iya sebelum aku bertemu dengan suamiku,Mas awan aku memang pecinta awan dan jingga,aku senang melihat awan dengan langit biru disampingnya,mataku selalu tak ingin berkedip ketika melihat awan dan jingga. Tapi,sekarang aku lebih senang melihat awan yang ini, yang ada disampingku. Suami tercinta.
Aku pertama bertemu Mas Awan…aku tak ingat tapi dia mengingatnya,saat itu dia sedang ada job menyanyi mengisi acara pernikahn yang kebetulan teman liqo ku. Dan kebetulan juga suaminya temenku yang nikah,temen dia juga. Kita itu pernah satu frame berfoto bersama pengantin,yaa walaupun serombongan tapi anehnya dia masih ingat ada aku disana, sampai sampai fotonya ia minta copy sama temenku dan ia bawa pulang,dia simpan diam diam di buku agendanya lalu ia beri tanda pada potoku dengan tanpa hati,ahhh so sweet.
Katanya ketika pertama dia melihatku dia merasa adeuuuummm ada sesuatu yang berbeda pada diriku,aku sedikit geer tapi mencoba jaim.wajar. bisa dibilang Love at First Sight.ah manis sekali.
Dia mencari tahu tentang aku pada temanku yang menikah dengan temannya,ketika dia mendengarkan semua hal yang berhubungan denganku katanya dia semakin mantap,dan ditambah ia tahu bahwa aku masih lajang waktu itu. Pertemuan pertama kita semakin ia susun,ia rencanakan sampai suatu  saat kita dipertemukan oleh kedua teman kita yang telah menikah.
“Assalamu’alaikum Ustadzah…” pria itu menyapaku pertama kalinya,dia masih tertunduk,begitupun aku yang waktu itu masih sangat cuek pada laki laki,pertemuan ini sangat tidaklah nyaman,kalau bukan karena teman baikku aku sangat tak ingin begini beginian.
“Waalaikumsalam,aduh Mas,gak usah panggil saya ustadzah saya bukanlah seorang ustadzah,kita sama sama masih cari ilmu kan,saya belum pantas.”
“Oh,tak apa De,biar jadi do’a. kalau begitu maaf boleh saya panggil ade?”
“Silahkan,Mas.” Aku masih tertunduk,kedua temanku nyengir nyengir lihat kelakuanku yang so jaim katanya,padahal aku biasa saja.
“Kinaaan,Ini Awan. Dia temanku yang kemarin ngisi di acara pernikahan kita,kamu tahu Nan?” Mas Wahyu,Suaminya Nanda temanku bertanya memecah suasana.
“Euhh… maaf aku tak memperhatikannya,jadi gak begitu ingat.”
“Aduh,Nan polos amat sih…. Bilang aja iya.” kata Nanda sambil tertawa seolah mengucilkan, aku langsung mencubitnya dibawah meja,dia sedikit nyengir,lalu diam. Dan aku sedikit malu.
“Tidak apa apa Mbak Nanda” kata pria itu,yang mulai mengangkat wajahnya sambil sedikit tersenyum,tapi waktu itu aku masih menunduk.
“Kinannn..,Awan berniat untuk taaruf denganmu,bagaimana menurutmu?”
“Boleh silahkan… sebelum Mas awan mengirim biodatanya padaku ada yang ingin aku tanyakan,apa boleh?”
“Oh silahkan..”
“Apa Cita cita Mas Awan?”
“Selain jadi Penulis dan Penyanyi Profesional,setiap hari saya memiliki cita cita yang baru,tepat beberapa hari yang lalu ,ketika Wahyu dan Mbak Nanda menikah,saya bercita cita ingin menikah, dan saat hari ini saya bertemu denganmu saya bercita cita ingin memiliki istri seperti anti,maaf saya akan bersyukur jika saya menikah dengan mu bukan dengan yang sepertimu,maaf sekali lagi ini lancang,maaf. selain itu saya juga dari dulu bercita cita ingin menjadi seorang Ayah dan suami yang Penuh Waktu,karna itu saya hanya ingin berprofesi jadi penulis,”
Wajahku sedikit memerah tapi tak ku hiraukan. “Sebentar… afwan maksudnya ayah dan suami penuh waktu?”
“Ayah dan Suami yang penuh waktu bisa menemani anak dan istrinya dimanapun kemanapun.”
“MashaAllah…” aku menatapnya pekat dengan sekejap beristighfar dalam hati dan langsung menunduk kembali.
“InshaAllah pulang dari sini saya akan kirim cv saya lengkap.” Pendekku,sekaligus penutup percakapan kita berdua. Dan membuat sepasang pengantin baru jadi pendengar setia percakapan kita waktu itu.
Dari pertemuan pertama itu,aku tidak langsung suka,aku hanya sedikit kagum saja, apa bedanya ya. Syudahlah ya intinya aku masih biasa saja.
Berlanjut dengan saling kirim CV,lewat email dia berniat ingin bertamu kerumah Abah,Ayahku. Tapi ia tak sebut kapan ia akan datang. Dan aku tak menanyakan hal itu. Tapi waktu itu aku memang sangat deg deg gan. Sekelebat pikiran muncul dari ingatanku,masa depan,kehidupan baru,Kinan baru dan…..
“Ahhhh,Nan setoooppppp!”
Padahal belum apa apa,aku sudah berpikir sejauh ini,ini hal konyol. Aku bahkan setelah baca CV nya tidak langsung jatuh cinta. Aku masih biasa saja.
Perkataan dia tentang niatnya untuk bertamu ke rumah Abah,ternyata tak dibuat basi olehnya,hari ia mengirimiku email itu,hari itu juga ia bertamu,itu yang mengejutkanku,terlebih dari aku tak menyiapkan sajian untuknya. Aku juga tak mempersiapkan diri sedikitpun,pertanyaan pertanyaan yang aku kira akan ia berikan padaku atau pertanyaan yang nanti akan ku tanyakan atau sikapku atau apalah,yaaa terutama mentalku,saat itu aku ingat betapa sangat gugupnya menghadapi pria yang asing bagiku.
“Afwan… De saya nggak bilang mau bertamu,dan bawa Ayah dan Ibu kesini” katanya setelah mengucap salam dan kebetulan aku yang membukakan pintu rumahnya.
“Silahkan masuk,saya panggilkan Abah,Pak Bu….silahkan” kataku sambil tersenyum agak segan.
Sebelum Abah menemui Mas Awan di ruang tamu aku beritahu Abah dan Ama tentang Mas Awan bahwa sebelum ia datang kesini kita pernah bertemu lalu aku kasih lihat CV yang ia kirim, aku bilang pada Ama bahwa aku belum jatuh cinta padanya. Tapi aku lihat dia pria baik. Itu saja. Jadi tak salah jika ia ingin berbicara dengan Abah dan Ama. Setelah aku jamu Mas Awan,Ayah dan Ibunya,aku langsung bergegas ke kamar.
Yang kuduga duga tapi memang aku fikirkan jauh sebelumnya memang terjadi benar, dia melamarku saat itu juga,aku memang tak mendengarnya,tapi entah apa yang membuat Abah percaya menitipkanku pada Mas Awan saat itu,padahal aku belum istikhoroh,dan Abah belum bertanya padaku,aku sempat mengelak dan tak menerima apa yang Abah lakukan padaku. Tapi Ama membuatku tenang..
“Kinan…. Abahmu itu kalau sudah yakin ia pasti akan lakukan,percayalah Abahmu tak akan salah,dari pada kamu ngomel mending kamu istikhoroh,jika jawabannya tidak,Ama akan bilang pada Abah,Abah sangat menyayangimu bukan? Ia bisa membatalkan pernikahanmu.”
“Tapi Ama……. Apa bisa aku menikah tanpa cinta?sedang aku baru bertemu dengannya dua kali,waktu itu dan tadi itu tak membuatku cukup untuk jatuh cinta padanya.”
“Ama pun dulu sama Abahmu seperti kau ini,Ama beritahu kamu kalau Cinta itu ditumbuhkan bukan dicari,seiringnya waktu kamu akan mencintai suamimu yang asing bagimu,terlebih jika ia memang pria sholeh,tak ada yang lebih membuat kagum ketika pria sholeh memperlakukan istrinya dengan baik,jangan Jatuh Cinta,tapi kamu harus Bangun Cinta,Naan.”
“Ama,aku sering mendengar kata kata ini,banyak motivator yang mengatakannya,walaupun aku seorang aktivis dakwah,untuk hal ini aku belum yakin benar,aku tak bisa membayangkan sekamar dengan pria asing,ah bukan sekamar berdampingan saja aku pasti tak akan bisa Amaaaa…”
“Bukan tak akan tapi belum… ayolah kamu ini shalehah,Ama hanya ingin kamu istikhoroh saja.”
Aku tak bisa mengelak lagi,lelah dan aku hanya ingin berdiam diri dikamar menutup diri untuk sementara.
Malam itu,aku Istikhoroh dan anehnya yang ada dalam bayanganku ketika berdo’a malah pria itu yang muncul aku sempat tak khusyu ketika berdo’a. tapi lewat mimpi aku malah semakin yakin bahwa jawabannya iya. Meski berat mengakui. Mungkin aku harus mengiyakannya.
Setelah acara khitbah  atau pertemuan kedua itu,giliran keluargaku bertamu kerumahnya. Selang dua bulan dari acara silaturahmi itu,kami melaksanakan akan sederhana. Dan sampai akhirnya kepemilikanku dari Abahku beralih pada Suamiku saat ini,Mas Awan.
Malam,setelah akad adalah malam terekstreem yang tak ingin aku alami,aku sangat masih merasa asing duduk berdampingan dengannya. Aku kaku dan sering diam termangu.
“De?”
“i…i… iya Mas?”
“Karena kita masih merasa asing aku akan memulai hubungan suami istri ini dengan pertemanan,agar kita semakin akrab dan tidak saling merasa asing,kita bisa sering jalan bersama,nonton bersama,makan diluar bersama,dan melakukan banyak hal bersama,bisa dibilang kita Pacaran setelah menikah. Namun sebelum aku memintamu untuk jadi pacaraku,aku akan mendekatimu dahulu dan memeberimu modus modus yang akan membuatmu  jatuh cinta padaku.” usilnya yang membuatku geli dengan tak sadar aku tertawa
“hehehe” aku sedikit menahan kegelianku untuk tertawa lepas. Dia humoris. Suasana mencair. Dan aku mulai bisa beradaptasi dan menyamankan keberadaanku.
Hari hari setelah aku menikah dengan Mas Awan aku seperti punya teman baru,tapi bisa dibilang ini teman special.
“De ini hari ke 10 setelah kita menikah ya,hari ini aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“Iya Mas,mau bicara apa?”
Yumna Kinan,maukah kau jadi Pacarku?” dia berlaga seperti pria pria di drama korea,menengadah dibawahku,berlutut sambil memberikan sebuket Anggrek ungu yang cantik,dia tahu benar ini bunga favouriteku.
“hahahah,giliran buat dijadiin pacar mintanya ke aku,minta dijadiin istri nodongnya ke Abah”
“Aku kan GentleMan,eh jawab duluuuuuuuu….”
“Iya,Awan Zhafeer aku mau jadi pacarmu,Pacar dunia dan akhirat InshaAllah.”
Aku jatuh cinta. Dia memelukku erat,aku seolah tak ingin melepaskan pelukannya dan dihari kesepuluh ini aku mulai mencintai suamiku,apa yang Abah dan Ama bilang benar nyatanya. Aku tak ingin mengulanginya lagi,aku bahagia.
Setiap hari dimulai hari kesepuluh itu,tepatnya setiap qabla subuh dia mengatakan kata cinta dengan ciuman hangat dikeningku.
Karna aku mencintai Allah dan Rasulku,aku mencintai Ibuku.Ibuku,Ibuku,ayahku dan kamu istriku,I Love U for all the time I have Langitkuuuuu.
Aku tak akan bosan mendengarnya setiap pagi.Setiap hari kita pacaran,dan terus membangun Cinta kita….
Sampai hari ke 30 di hari Resepsi Pernikahan kita ini…..


Untukmu Awanku,
Aku bahagia bisa menjadi langitmu setiap saat,




*apa bisa menikah tanpa cinta?*
*kata siapa TANPA CINTA,jusetru dengan menikah Aku Jatuh Cinta*
#sijingga

Jumat, 08 Juli 2016

katanya,Kalau Jodoh Pasti Bertamu


“Terus,shalat mesti nunggu Mood gituuu???”

Tanyaku keras dalam hati,dahiku mengernyit tanda kesal. Seolah aku berbicara langsung pada pria konyol itu.

Iya dia. Dia pria konyol yang setiap hari ganggu dan sekedar membunyikan suara BBM –Tone ku. Lalu menghilang. Soal itu aku tak akan ceritakan.Aku beranjak dari kamar sambil kesal,Aku pergi ke garasi belakang mengeluarkan sepedaku,aku buka gerbang garasi,belum ku kayuh aku tuntun sepedaku ke luar.

Pemandangan yang elok ini cukup membuatku sembuh dari rasa kesal. Cahaya matahari yang menyelingsik dari celah celah pepohonan menghiasi jingga yang menjadi favorit mata minus-3 ku ini setiap pagi,ditambah burung camar melengking mengisi senyapnya pagi hari,ahhhh Indah.

Aku masih menuntun pelan sepeda kesayanganku,dibelakangku ada beberapa ekor ayam punya tetangga yang sudah berkeliaran di halaman rumah. Aku menikmati pagi ini. Sampai tak sadar aku duduk di pinggir jalan yang masih sepi. Di sebuah kursi dari kayu di pinggir jalan aku duduk,sepeda yang belum juga ku kayuh aku parkir dipinggir kursi itu.

“Oiiiiiiinnnnn!!” dari jauh perempuan yang sebaya denganku mengayuh sepedanya kebut menuju padaku.

“Yaa.. Myshaaaaaaaaa” kataku sedikit mengerucutkan bibirku.

Mysha. Dia  itu teman yang sangat menyebalkan yang aku miliki,tapi dimanapun aku tak akan pernah bisa menemukan orang yang percis dengannya,meski aku malas menceritakannya tapi baiklah aku ceritakan saja. Dia seorang putri keturunan arab sunda,senyumnya yang selalu nyengir memperlihatkan gigi kelincinya seolah membuatnya imut,tingkah polahnya yang humble,Humoris,selalu ceria membuat orang orang sekitarnya tervirusi energy positif tiap harinya, ditambah kerudung yang terurai panjang yang selalu membalut kepalanya sejak kecil tak pernah aku lihat terlepas dari kepalanya,menjadi alasan aku sayang padanya sebagai sahabat seagama seiman seirama sehati se se se se semuanyahhhh. Oke cukup.

“Oin,aku kesini tadi abis main sepeda keliling kampuangggg nan jauh disini,lalu aku jalan jalan eh liat kamu lagi ngelamun, aku tau kamu pasti lagi mikirin aku kan,untuk itu aku berusaha mengayuh sepedaku cepat agar kamu enggak kangen maksimal sama aku,aku udah ada disini kamu mau bilang apa?” kata perempuan konyol ini nyeroscos sambil nyengir menjijikan.

“Kapan de Mysha mau cembuh?”

“Kapan Kaka Orlin mau Move on dari Abang Kemal,yang sampai saat ini entah berada dimana,apa kabar dan sedang apa? Hahahahah”

“Ah Eluuuuu Sha,bukannya jadi moodbooster malah bikin mood ane kacau. Eh enggak dings aku udah Move On. Sekarang mah lagi focus, focus cari yang lain hahaha. Eh bukan maksudnya focus semester lima.”

“Ini kalimat,perasaan udah seratus kali mungkin kamu sebutin Iiinn. Gak papalah aku gak akan bosan buat dengerin ini kok” katanya sambil so imut menyipitkan matanya dan memelukku.

“Dan pertanyaan kamu tadi udah lebih dari seribu kali kamu tanyakan tauuuuu!”

Kita berdua tertawa lepas,Suara BBm-Tone memecahkan suasana. Aku membuka BBM yang baru saja masuk,belum aku buka sudah kuduga ini dari pria konyol itu.

“Siapa Iiin? Gebetan baru yaa? Apa list baru? List calon suami maksudnya?”

“Hah?Apaan,Gak ngrep dan Gak ngeuh diamah temen yang konyolnya sama kaya kamu Sha,tapi lebih konyol kamu deh”

Tak kuteruskan obrolan itu. Aku melanjutkan bersepeda bersama Mysha. Kita berkeliling keliling kampung. Dibelakang Kampung Gedung gedung tinggi di kota,tiang listrik,kabel kabel telepon sedikit menjadi bayangan bayangan yang setiap hari sudah mulai mengelilingi kampung ini,ku kira beberapa tahun lagi sawah sawah disini sudah berganti perumahan,ruko,gedung perkantoran dan sebagainya. Kebun kebun akan jadi taman kota yang aku harap terurus dan terkelola dengan baik. Tak menylahkan jaman,jika sawah di kampung sudah atau akan berganti menjadi gedung hanya saja jangan sampai aku tak dapat melihat penghijauan lagi didunia ini. Itu yang sangat tak ingin aku rasakan dan bayangkan. Selain melihat jingga di pagi hari warna Hijau alami menjadi favourite mata minus-3 ku juga.

Aku dan Mysha dari kecil tak pernah terpisah jauh,kalaupun kuliah kita berbeda kampus,tapi jarak bukan alasan kita untuk tidak bersua,kita melakukan hubungan persahabatan yang konyol ini di dunia maya,all medsos facebook,twitter,email,path,instagram,whatsapp,line semua akun media sosialku tak satupun yang tidak berteman dengannya. Dia memang luar biasa dia megenalku jauh sebelum aku lahir. Hah ? enggak enggak maksudnya yaaa bisa dibilang dari lahir kita udah temenan. Lahir di rumahsakit yang sama,kamar yang sama ranjang yang bersampingan,nangis bareng,ahhh kayaknya nanti bisa jadi nikah bareng tapi kalau meninggal aku ridho dia duluan kok.

“Iiiiiin, Kemarin….. ada yang bertamu kerumah aku lho.” katanya sedikit agak segan menceritakannya. Aku memang sudah berpikir dari tadi seperti ada yang dia sembunyikan dibalik nyengirnya dia di taman tadi.

“Pantes kaya yang nyembunyiin sesuatu,dari tadi keliatan banget,terus terus gimana?eh bentar yang namu ke kamu yang mau khitbah apa spg kopi?”

“Hoh,kalo spg kopi gak akan aku ceritain kelles.”

Mysha memang sudah beberapa minggu kebelakang ini sedang galau yaaa dikarenakan sudah tiga orang yang bertamu padanya yaaa maksudnya yang mau berniat untuk taaruf dan lanjut khitbah, tapi dari ketiga orang itu tak ada satupun yang dapat mencuri hati Mysha,berbeda denganku,yang merindukan seseorang untuk bertamu,ya padahal gak gampang juga buat nerima seseorang yang gak cocok. Ah syudahlah.

“Yang ini Beda Oiiinnnnn,Dia gak ganteng amat sihhhh agamanya juga emang gak begitu kental kaya yang sebelum sebelumnya ada yang anak ustadz,ada seorang ustadz muda,ada keluaran pesantren,ada yang hafidz,ah beda deh. Dia orang biasa. Cuman bedanya dia tuh keren Iiiin,dia bilang ke Bapak katanya ketika pertama liat aku,dia semakin semangat untuk berubah dan mempelajari Agama. Terus usahanya yang keras buat berubah itu yang buat hati aku srek sama dia.”

 “Sha… bukannya lelaki yang baik untuk wanita yang baik,kenapa kamu milih laki laki biasa, aku fikir kamu itu pantas mendapatkan yang lebih baik,hati hati Sha laki laki zaman sekarang kebanyakan modus yang di gedein”

“ Iya aku tahu,bentuk usahanya yang besar menurutku itu menggambarkan bahwa dia orang baik. Banyak orang yang ngerti Agama,pendidikannya tinggi tapi nyatanya?” katanya agak meninggi seolah menegaskan.

“Tapi Sha….”

“Aku mau coba Ta’aruf tiga Bulan Iin,aku udah Istikhoroh jawabanya,Iya.” Jelasnya sedikit tenang

“Ahhhh Myshaaaaa…… aku sepakat”

Sepeda yang masing masing kita kayuh kita geletakkan bersamaan,aku emmeluk Mysha Hangat,aku rasa aku akan ditinggal lajang sama teman jones ku ini.

***

Tok Tok tok

Aku bergegas pergi keruang tamu untuk membukakan pintu,aku buka kunci perlahan,aku tarik gagang pintu,setelah pintu terbuka lebar aku  hanya melongo melihat segerombolan orang kira kira seRT ah terlalu lebay,maksudnya sekitar dua tiga mobil Kijang lah sudah berdiri mematung melihatku yang melongo tak karuan.

“Astgahfirullahaladzim.”kataku dalam hati. Aku langsung merapatkan mulutku lalu sebuah senyuman tersimpul dimulutku.

Belum sempat aku bertanya ada maksud apa,di balik Ibu Bapak yang tepat ada di depanku ada sosok laki laki memakai kopiyah hadir,wajah yang tidak asing untukku,melihatnya pun hampir tiap hari ah dia laki laki pengganggu itu,laki laki konyol itu. Gibran.

“Orlin,aku ada perlu dengan Ibu sama Ayahmu.”

Aku tak menjawab,aku mendadak gelagapan,mulutku seperti dikunci susah untuk mengeluarkan kata kata,aku hanya diam gagap. Tapi perlahan mencoba mulai mengeluarkan kata per kata.

“Eu…eu….euh ada apa ya Ran?kok….?”

“Waduh… ada rombongan toh….ada tamu… silahkan masuk nak Gibran,Ibu Kaget lho ibu kira siapa”

Ibu tiba tiba muncul dibelakangku dan memotong pembicaraanku. Cukup kaget untuk aku yang dari tadi gelagapan. Semua tamu masuk,rumah kecilku terisi penuh,aku terus bertanya tanya ada apa sebenarnya. Dengan masih bingung Aku pergi kebelakang menyiapkan jamuan.

***

“Anak saya Gibran,berniat untuk menjadikan Putri dari bapak, Aeysha Orlin sebagai istrinya, Putra saya sudah lama mengenal De Orlin,sejak mengenalnya dia banyak berubah,putra saya memang jauh sekali ilmu agamanya dibandingkan dengan putri bapak,tapi Inshaallah dia akan berusaha menjadi Imam yang baik,De Orlin sangat ia inginkan untuk jadi teman hidupnya”

Deg… belum sempat aku ke ruang tamu,aku mendengarkan itu semua,aku mendadak mugen gak mau gerak aku mendengarkan pembicaraan itu di balik dinding ruang tamu,jantungku seperti mau copot,satu sisi enggak pernah terbayangkan sebelumnya orang sekonyol dia punya nyali seperti itu. Ah ini GILA.

“Benarkah? maaf sebelumnya ada beberapa pertanyaan yang perlu De Gibran jawab,apa de Gibran siap menjawabnya?”

“InshaAllah saya SIAP!” -Bersambung-



Aku yang dia sebut alarm shalatnya,sebelumnya tak pernah mendengar sepatah kata pun kata cinta darinya… Usai dakwah pengingat shalat yang saya kirimkan.dia hanya membalasnya dengan mengirimiku lirik lagu dari JESSI J,seperti ini…

I stuck in the dark,but you are my FLASHLIGHT

Setelah itu,besoknya dia bertamu. Dan akhirnya akan seperti apa,akupun tak akan menduga duga.