Kamis, 21 Maret 2019

The meaning of my life (Catatan perjalanan si Patah Tulang)


Katanya, setiap manusia pasti akan menemukan titik terpuruk dalam hidupnya. Lalu mereka akan menemukan titik-titik yang lainnya setelah mengalami keterpurukan itu; titik yang pertama yaitu titik ‘marah’ dimana kita gak menerima apa-apa yang menimpa kita, kita benci pada hal tersebut, hingga pada diri sendiri dan sebab terjadinya. Kedua yaitu titik ‘depresi’ dimana kita sudah merasa kehilangan tujuan hidup, gak ada semangat meneruskan perjalann hidup, hingga merasa tak memiliki arti untuk orang lain. Titik ketiga yaitu ‘negosiasi’ kita mulai bangkit tapi dengan banyak alasan, bukan karna menerima kenyataan tapi lebih kepada keras kepala dan melakukan banyak cara (negatif/positif )untuk meneruskan perjalanan, sampai kita sama sekali tak mendapatkan itu semua dan finally ketemu di titik keempat yaitu ‘ikhlas’, ialah keadaan dimana kita pada akhirnya menerima apa-apa yang menimpa kita, kita menyediakan hati yang lapang, prasangka yang baik pada Takdir yang Tuhan Tentukan, dan kemudian bisa meneruskan kembali perjalanan hidup.
Titik-titik tersebut akan terus berputar, tinggal kita yang menentukan mau duduk dititik mana, dan bagaimana agar supaya dapat menempuh titik Ikhlas lebih cepat.
Sebenarnya, titik utama yang akan mempertemukan kita dengan titik ikhlas tersebut, yaitu titik ‘terpuruk’.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Aku bukan lagi hanya’pernah’ mengalami titik  tersebut, tapi sering. Terhitung sejak sembilan tahun yang lalu, tepat pada tanggal 17 maret 2010.

Pada waktu itu, Allah dengan segala cerita yang masih Ia Rahasiakan, membuatkan alur bahwa aku harus mengalami ‘kecelakaan’. Yang kemudian menjadikan tulang kering dan tulang basahku mengalami fracture yang bisa disebut lumayan parah. Fracture yang  kemudian membuat aku harus melakukan oprasi pasang implant (pen) pada kaki kananku.

Itu adalah oprasi pertamaku, yang kukira oprasi itu hanya salah satu dari serangkaian pengobatan yang bisa membuatku lebih cepat bisa berjalan, namun nyatanya perkiraanku salah. Aku bahkan merasakan rasa sakit yang lebih dari sebelumnya. Oprasi yang ber-empact juga pada aktivitas harianku; karna semenjak itu, hidupku banyak membutuhkan kaki kanan orang lain. Bukan hanya mamah, tapi juga orang-orang sekitar. Oprasi yang membuat seluruh tubuhku kaku, mengharuskan aku hanya terlentang diatas kasur selama berhari-hari. Kemudian, setelah itu bukan hal mudah juga; aku mesti duduk di kursi roda selama berbulan bulan, membutuhkan tangan orang lain untuk sekedar menggeserkan kaki kananku, sampai akhirnya bisa bangkit, berdiri dan berjalan, meski harus melewati waku delapan bulan untuk dibantu skruk (tongkat) ketika berjalan. It’s not easy for me.

Selama itu, semangatku kerap naik turun, sempat ketika itu aku kufur pada apa yang Allah beri. Aku lupa pada pemberian Allah yang banyak kunikmati, aku hanya fokus pada apa yang belum mampu kulakukan. Aku pergi dari Allah, tapi aku malu, justru Allah semakin mendekatiku. Menghadirkan banyak manusia yang Ia gerakkan hatinya agar selalu ada untuk aku.

Belum selesai, belum mampu berjalan lancar, Allah uji lagi aku dengan infeksi pada area tulang. Sehingga, aku yang baru saja menikmati langkah awal mesti oprasi lagi (yang kedua) di tahun 2011.  Ini tak terlalu sulit, karna oprasi infeksi tak begitu ber-efect banyak pada aktivitas harianku. Aku menikmati keseharianku meski infeksi itu masih berbekas dan mengharuskan aku menjalani aktivitas harian dengan selalu didampingi kassa, sufratul, dan nacl, sampai pada akhirnya dokter menyarankan untuk removal implant (buka pen) sebagai solusi baik agar infeksi pada kaki menghilang terlebih melihat perkembangan pertumbuhan tulang yang baik, maka pada tahun 2012 aku oprasi lagi (yang ketiga) untuk lepas pen.

Pasca oprasi yang ketiga, aku bahagia bukan kepalang. Karna bisa merasakan berjalan dengan tanpa penyangga dalam tulang. Dan nyatanya aku mampu, aku selalu menikmati setiap jejak yang kupijak dengan kaki kananku yang baru.

Namun, ceritaku belum bisa kusimpulkan happy ending, nyatanya ujian hidup selalu tetap berlangsung. Dan yash, lagi-lagi Allah uji aku yang mesti melakukan oprasi lagi (yang keempat) pada tahun 2013 karna jatuh, jatuh yang pertama hanya membuat serpihan tulang keluar sendiri lewat luka infeksi itu; ini hanya oprasi kecil dan hanya dilakukan bebrapa menit saja, tapi tak lama dari itu aku jatuh lagi yang membuat tulang basahku (Fibula) sedikit bergeser dan mau tak mau harus oprasi untuk penggeseran tulang basah.

Aku yang waktu itu duduk di kelas 2 SMA, sangat begitu antusias untuk bisa masuk sekolah pasca oprasi yang keempat, namun belum jua aku melepas skruk pasca oprasi, Allah lagi lagi uji aku dengan jatuh lagi yang kesekian kalinya dan ini yang paling parah dimana aku jatuh sampai dua meter; yang kemudian membuat posisi tulangku back to the past. Finally, dengan sangat menyedihkan aku diharuskan pasang pen kembali (oprasi kelima).

Pada saat itu, bukan hanya aku yang terpuruk, tapi mamah jauh sangat tersiksa. Katanya, jika ia bisa bernegosiasi pada takdir ‘ia ingin meminta ia saja yang Allah uji lewat sakit’ tapi dalam hati, aku tak sepakat dengan doa itu. Mamah sudah cukup banyak mengalami ujian dalam hidup, bahkan ujian hidupku pun sudah include jadi ujian bagi mamah.

Selain itu, dokter yang merawatkupun kecewa karna aku tak benar-benar mampu menjaga apa yang sudah diperbaiki. Tapi, bukan hanya mereka; yang terberat adalah aku yang sulit berdamai dengan diriku sendiri yang terus menerus mengkambinghitamkan diri sendiri dengan segala macam kesalahan.

Ini menjadi episode tersulit juga dalam hidupku, lagi-lagi aku merasa kehilangan tujuan hidup, merasa tak berarti, tak berguna dan ingin hilang saja.

Tapi, Allah begitu sangat sayang padaku. Ia mengirimkan banyak manusia seperti mamah, saudara, dan orang-orang gila yang kemudian hingga saat ini dan selamanya kusebut ‘sahabat’. Mereka menjadi charger semangat aku, mereka adalah sebab aku tersenyum dan melanjutkan perjalanan hidupku.

Hingga Aku begitu sering menemui kata ‘syukur’ pada alur hidupku  ini, aku mulai memberikan esensi pada hidupku. Menjadi manusia yang bukan hanya ‘penunggu mati’ tapi juga manusia yang punya ‘banyak arti’.

Aku berusaha untuk mampu bahagia, membahagiakan dan berbagi kebahagiaan bagi orang lain. Maka dari itu aku memenuhi tugasku sebagai penghuni bumi dengan aktif di kegiatan kegiatan charity, aktivitas sosial, jadi volunteer, dan banyak hal. Hingga kata orang aku disebut manusia ‘seribu agenda’.

Namun bukan apa, aku hanya belajar menikmati apa yang kumiliki, bersyukur dengan apa yang ku mampu, dan menjadi manusia yang bukan hanya sekedar penunggu mati.

Hingga finally, suatu hari di tahun 2015 aku yang sudah mulai belajar magang di salah satu sekolah dasar yang juga tahun dimana aku masih semester 2, aku melakukan oprasi untuk removal impant yang kedua kali (oprasi keenam). Ini oprasi yang kupikir oprasi terakhir dalam hidupku.

Bahgia pada kala itu bener-bener can’t explain, aku menikmati setiap detik, menit, hari, pekan, bulan dan tahun-tahun dimana aku mampu melakukan berbagai aktivitas yang kucintai.
Aku melanjutkan perjalanan hidupku dengan penuh syukur, menjalani banyak macam agenda yang menjadikan aku bukan hanya seorang penghuni bumi, tapi seorang ‘penikmat hidup’. Karna, selama tahun tahun tersebut banyak pengalaman yang memberi aku pelajaran hidup.

Terlebih aku yang waktu itu memiliki kaki kanan yang lebih pendek dua senti meter dari kaki kiri mampu menjadikan titik kelemahan sebagai titik kelebihan. Sehingga, no one care dengan kekuranagn aku, mereka mencintaiku dengan apa-apa yang ku mampu.; dengan apa-apa yang ku syukuri.

Oke namun kukatakan sekali lagi, selama kita hidup nyatanya ujian akan selalu ada. Dan kali ini, lagi-lagi dan lagi aku yang Allah uji, aku merasakan ada yang berbeda dengan kaki kananku. Di tahun 2018 tepatnya, aku mulai merasakan ada keganjalan dimana aku merasa panggulku sakit setiap aku melakukan perjalanan jauh, kemudian aku yang keliru dengan tulang peluru kaki kanan yang posisinya tak sejajar, dan banyak hal yang yang kemudia menjadikan kekuatan kaki kanan aku berkurang; aku tiba-tiba terbatas jarak untuk berjalan karna sakit yang semakin hari semakin menjadi.
Segala macam terburuk sebelumnya sudah kupikirkan, termasuk dugaan harus ‘oprasi lagi’. Dan nyatanya memang iya, suatu hari di bulan desember 2018 satu hari setelah konsultasi dokter menyatakan aku mesti oprasi penggantian tulang peluru seluruhnya (Total Hip Replacement).

Ternyata, selama delapan tahun tulang peluruku memang disposisi dan aku menggunakannya tanpa sadar, hingga di tahun kedelapan setelah kecelakaan itu,tulang peluru kaki kananku rusak dan hampir membusuk; kalau hal tersebut ditemukan di tahun tahun yang akan datang bisa saja, hari ini aku hanya memiliki satu kaki. Tapi, Allah Maha Baik.

Oke, mendengar diagnosa dokter ketika itu membuat aku benar-benar sempat lupa definisi ‘ikhlas’.
Aku tiba tiba memutar kembali rekaman tahun-tahun sebelumnya,  namun yang pertama kali kuputar saat itu ialah episode-episode terpuruk. Sampai aku sempat berpikir ‘gak usah oprasi lah’ kalo oprasi aku mau apa? Mau nyusahin mamah lagi? Diam dirumah lagi? Merepotkan banyak orang lagi? Apalagi coba?

Aku bertemu lagi titik terpuruk, tapi Alhamdulillah kali ini aku lebih cepat menemukan titik ikhlas. Aku sadar, aku gak akan sampai dititik ini kalau aku gak kuat. Kalau Allah tidak menguatkanku.
Bukankah, enam kali oprasi sebelumnyapun aku mendapati banyak hikmah dan pelajaran berharga, kenapa tidak untuk meraih predikat sabar, aku mesti melewati ujian ini?

Aku sadar, aku bahkan tak bisa bernegosiasi dengan apa yang Allah tetapkan. Tapi aku masih mampu mengikhtiarkan apa-apa yang belum ku capai bukan?
dan, oprasi penggantian tulang peluru ini, bisa kusebut salah satu ikhtiarku bukan?

Dan akhirnya, Allah melapangkan hatiku untuk menerima segala macam kemungkinan yang belum kutahu alur selanjutnya.

Hingga Alhamdulillah, februari hari keenam 2019 kemarin,dr. Husoso Dewo Adi, SpOT, Spine.(yang juga dokter yang sama yang mengoprasiku sebelum-sebelumnya) Replace my HIP. Dan sekarang, aku manusia dengan HIP kanan palsu bersyukur, karna Allah masih beri kesempatan aku untuk dapat melanjutkan perjalanan hidup.

Finally, dibanyak episode yang aku lalui selama ini, aku bukan hanya bertemu dengan banyak titik terpuruk, tapi aku juga bertemu dengan lebih banyak titik ikhlas dalam hidup.