Sabtu, 17 Desember 2016

Kamu dan Sebuah Luka


Entah kata atau kalimat apa yang harus aku mulai. Tapi jika aku harus menulis kata yang aku pikirkan, maka yang pertama aku tulis yaitu “kamu”.
Iya, kamu yang sudah hampir dua bulan tak jua bertemu,komunikasi yang hampir lost, percakapan yang masih menggantung, kemudian rindu yang sudah hampir menumpuk. Aku bingung harus bagaimana. Memulai percakapan denganmu? Itu sudah kulakukan tapi percakapan kita waktu itu tak juga kamu rampungkan. Atau memberi kode bahwa aku rindu? Kurasa tak perlu, karna sekecil apapun itu bentuknya, RINDU tetaplah tak akan bisa bersembunyi dan kupikir kamu melihatnya. Sampai  Aku hampir mengaku rindu,memang masih berupa kode,tapi waktu itu aku sedikit bahagia kamu bilang “Aku melihatmu kemarin di pinggir jalan di Jl.A” padahal hari itu aku tak keluar rumah,lalu aku bilang pasamu hari itu “Mungkin kamu sedang memikirkanku” dan kamu menjawab “Iya,aku memang sedang memikirkanmu” membaca jawabanmu lewat chat waktu itu betapa jingkrak jingkraknya aku sampai lupa hal sekonyol itu aku lakukan, kamu tak melihatnya memang tapi kuharap kamu tau bahagianya aku waktu itu.
Aku tak mengerti Cinta bisa sekonyol ini.
Tapi seketika kamu hilang lagi,tak lagi meneruskan percakapan kita. Lama lama hatiku hilang kendali aku mulai tak faham bagaimana seharusnya aku bersikap. Apakah sama sama menghindar sepertimu? Itu sangat menyiksa bukan? Mencoba melupakan malah akan berimbas menjadi selalu mengingat. Atau tiba tiba pergi dan menghilang? Apa itu menyelesaikan masalah? Atau Apakah aku harus lebih lama bersabar? Tapi bukankah sabar itu bukan berarti diam? Harus ada beberapa hal yang aku lakukan sebagai bentuk usaha. Sedang, apapun usaha yang aku lakukan kamu tetap diam ditempatmu, tak beranjak sedikitpun. Sampai aku tak mampu mendefinisikan bahwa kamu pergi atau masih tetap ditempat yang sama. Tempat dimana segala keraguan dan kebimbangan  membersamaimu.
Aku sudah habis kata kata menyusun kemungkinan kemungkinan yang aku pikirkan yang belum tentu adanya. Sedangkan pada nyatanya,melanjutkan hidup denganmu saat ini adalah lebih dekat dengan sebuah ketidakmungkinan. Kamu lebih tepat, melindungi diri sendiri, tak mundur karna bisa jadi menjaga perasaan diriku , tidak juga maju karna bisa jadi berhati hati.
Aku mulai hari ini akan lebih memahami diriku diposisimu. Kuharap aku mampu. Entah sampai kapan aku akan bermain dengan luka yang ku buat sendiri ini,mudah mudahan tak sampai lukaku ini membunuh diriku sendiri. Kuharap kamu sendiri yang akan  segera menyembuhkannya, sungguh saat ini aku sedang tak berharap  ada orang lain yang menyembuhkan ini selain kamu.

Sabtu Malam,17 Des 16

#sijingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar