Minggu, 12 Maret 2017

MAAF (#sayangnyainicumaCERITA)


Sitrus yang menghias matahari sore begitu sangat mengenakan pandangan, rasanya mataku tak ingin berpaling dari menengadah. Walau senja yang dirindukan sore itu tak muncul jua,kurasa penutup hari sore itu cukup dengan awan sitrus dan kemudian mengradasi warna pelan pelan menjadi abu abu pekat sampai gelap.

Ah sama saja, sama sama indah, bukankah semuanyapun atas Kehendak Allah?
Sore itu,sebelum langit menjadi gelap pekat. Aku masih jalan jalan sore disekitar Jalan yang sering kita lalui bersama, hari itu imajiku tentangmu tiba tiba menghilang, aku benar benar sedang tidak memikirkanmu sore itu. Aku hanya sedang asyik memandangi kekuasaan Allah dengan keindahan sitrus yang menghias di langit sore.

Waktu itu, aku ingin duduk sejenak di bench yang pernah kita diami. Tidak untuk mengingat atau bahkan mengenangmu. Aku hanya sedang ingin menghirup udara sore, dengan duduk  santai ditemani Mango Creamy Cheese. Namun sesaat sebelum duduk, sebuah byson berhenti tepat disampingku, dan ternyata itu byson milikmu. Kamu memberikan kode padaku untuk berhenti, aku mengiyakan, aku duduk dan tak lama kemudian kamu ikut duduk. Kita duduk bersama. Lagi.

Sudah kurang lebih tigapuluh menit kita duduk bersama, kita hanya saling diam, rasanya aku ingin bunuh waktu pada waktu itu, aku tak kuat duduk bersama jika harus saling diam saja, tapi memang tak bisa dipungkiri, kehadiranmu yang hanya duduk diam saja pun mampu meluluhlantakkan rindu yang sudah membeku sepersekian bulan yang tak terhitung banyaknya.

Ingin aku beranjak, di bench itu tapi aku tak mampu bergerak sedikitpun. Lalu aku ingin memcoba memulai pembicaraan, yang ternyata satu kata yang keluar dari mulut kita bersamaan “Maaf”. Lalu serentak dengan itu kita saling menatap untuk kemudian kita alihkan menjadi saling diam kembali. Aku memalingkan wajahku, kamu memberikan kode padaku untuk memulai.

“Eu.. Eu...Maaf,aku tak bermaksud mengganggu hubunganmu dengan......”
“Sudah aku maafkan, aku faham. Aku juga salah aku minta maaf atas segala hal yang menyakiti hatimu, mengganggu pikiranmu.”
“Aku tak pernah tega untuk membenci orang yang kucintai, betapapun tersakiti dan kecewanya rasanya kata maaf lebih luas dari pada itu semua, tak perlu kau minta pun aku sudah memaafkanmu”

Kita lalu diam kembali, aku ingin segera pamit karna malu dengan secara terang terangan mengatakan itu semua padamu, dan kamu tak menjawabnya. Aku ingin mati saja waktu itu, maka aku memksakan pamit saat itu juga.

“Mau kemana?” tanyamu
“Eum... ada yang harus aku selesaikan,” jawabku sedikit mengelak.
“Lalu,urusan kita tak ingin kau selesaikan?” tanyamu keras.
“Bukankah kita tak pernah memulai, kita bertemu tanpa salam, dan kemarin pun kamu pergi tanpa pamit? “
Aku terpaksa duduk kembali. Kamu malah diam.
“Maaf... bukankah aku sudah minta maaf, dan bukankah kamu sudah memaafkanku” katamu lirih waktu itu.
“Yang ku katakan tadi  bukan sebuah kesalahan, kamu tak perlu minta maaf. Itu adalah sebuah pernyataan dari kenyataan. Ini bukan lebaran kan?” aku mencoba mencairkan suasana. Kamu sedikit tertawa.

Aku benar benar ingin pulang, sepertinya waktu itu aku sedang munafik munafiknya, aku benar benar ingin pulang, kemudian aku benar benar pulang dan kamu yang mengantarkanku dengan bysonmu yang sudah beberapa bulan aku tak menaikinya. Rasanya sudah beda lagi, agak segan kalau kamu tak memaksaku dan aku tak menuruti kata hatiku aku lebih baik naik angkot.

Bysonmu berhenti tepat di posisi saat pertama kali kamu mengantarkanku pulang.
“Mmm ....makasih.”
“Maaf.“
“Maaf lagi ? untuk ?”
“Maaf sudah membuatmu rindu”
 **
5:22
March, 13th 2017
Still on ma bed

#sayangnyainicumaCERITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar