Kamis, 28 April 2016

Firra dan gerimisnya



“Firaaaa…!” saat ku teriaki wanita itu, dia hanya menoleh tak berkata sedikitpun,ia hanya melihatku dengan wajah yang aku lihat dimatanya banyak beribu cerita yang sulit ku jelaskan,matanya yang berkantung menggambarkan kelelahan yang tak berakhir dan wajah yang pucat kurasa tak bisa membohongi bagaimana ia menangung banyak beban dipundaknya. Kuhampiri dia yang masih belum berbicara, ku raih tangannya kuajak dia ketempat yang setidaknya bias membuatnya sedikit melepaskan semua lelah dan bebannya.

“Sampaikanlah semualelahmu, semua bebanmu disini, kepada alam ini , percayalah Allah selalu ada dimanapun,pun ditempat ini ia akan mendengarkan keluh kesahmu, walaupun tak kau ungkapkan.”

“Lie!….a..a..ak..ku..” belum selesai ia berbicara, tiba tiba ia memelukku erat, ia menangis tangisannya meluap, air matanya jatuh habis di khimarku,aku tahu betul ini yang ia butuhkan sekarang, butuh pundak untuk ia bagikan bebannya, walaupun tak ia ceritakan segalanya, tapi dengan pelukan tulus seorang sahabat cukup membuat hantinya tenang dan meyakinkan dirinya bahwa dia tidak sendiri.
Air mata yang jatuh dari seorang akhwat shalehah sahabatku ini sudah mulai reda,matanya tak bisa menyembunyiakan tangisannya, merah dan membengkak, isakannya sudah mulai menghilang,ia mulai tenang...

“Seminggu Aby meninggalkanku aku mulai bisa tabah dan ikhlas,tak lama setelah itu Ibu sakit sakitan akupun mengganggapnya hal biasa aku sabra dan terus berusaha mencari penghasilan agar dapat uang untuk berobat Ibu,berbarengan dengan itu,Dea adikku yang bungsu mogok sekolah karna ingin diantar Aby naik ontelnya ,aku bingung harus bagaimana aku berusaha membujuknya sampai akhirnya ia mau sekolah tapi tetap dengan syarat harus diantar dengan ontel oleh Mas Rehan aku mulai tenang dengan masalah sibungsu, usai sibungsu giliran Dias,semester ini dia harus mengikuti PKL sebagai salah satu syarat kelulusannya dan itu membutuhkan biaya yang sangat lumayan,tapi itu taka pa aku masih bisa bersabar, aku masih bisa mencari banyak pekerjaan sampingan,taka pa waktu itirahatku hanya dua sampai tiga jam, jika itu demi keluargaku, tapi Lie…..”

“Tapi apa,Fir?”

Belum sempat menjawab pertanyaanku, ia kembali terisak,airmatanya kembali berjatuhan aku coba menghapus air matanya yang jatuh,
“Mas Rehan… Lie…tiba tiba di..di..dia mengirimku pess…pesan dia i..i..ngin putus denganku Lie” isaknya kembali meluap,ia memelukku erat lagi,kali ini ia lebih lama memelukku,dan kemudian mencoba teanang kembali.

“Disaat situasi seperti ini.. bayangkan adikku yang mengharapkan ia menjadi sosok pengganti Abynya,aku yang saat ini sangat membutuhkannya bukan dalam hal materi Li, bukan dalam hal materi… aku membutuhkan motivasi darinya,kasihsayang yang menjadi ketenanganku,nasihatnya yang selalu menegurku yang lemah,tapi sekarang seolah olah Mas Rehan lah yang sesungguhnya menambah beban lebih berat dalam hidupku,Lie.”

Mendengarkan ceritanya,air mataku ikut menetes tak tertahan,aku mencoba menahan isakku aku mencoba menenangkan Fira,aku tak bisa bayangkan bagaimana bisa aku jika ada di posisinya saat ini, aku rasa,aku ingin mati saja. Tapi,aku malu dengan khimarku,aku mulai menghilangkan prasangka burukku pada Allah,beristighfar,dan memeluk firra dengan erat.
“Aku tak akan berkomentar apapun,Fir tentang Mas Rehan, aku tak tau dengan jelas bagaimana alasannya,dan mengenai masalah masalahmu aku yakin kamu itu sudah biasa menghadapi hal ini, sebenarnya tidak dengan Mas Rehanpun kamu mampu, Kamu sandarkan semuanya pada Allah bukan pada Mas Rehan,tapi aku faham,ini susah untukmu Fir,kamu terlanjur nyaman bersandar dipundak manusia, itu tak salah tapi kurang tepat…. Allah membebani sutu kaum sesuai dengan kemmpuannya,itu dariku,kamu sabra, kamu tidak sendiri bukan hanya Mas Rehan dihidupmu bukan?”
Alam seperti ikut merasakan suasana hati Fira saat itu, ia menjatuhkan serimisnya,langit menyaksikan semua cerita Firra,
Gerimis sore hari,mereka masih ditempat yang sama,Firra yang masih menenangkan hati dan pikirannya, pandangannya melihat alam yang nyata di depan mata, ia mulai bernafas lega,sedang Lie diam diam menatap Firra yang dari tadi diam meliaht pemandangan yang ada.
Gerimis…. Entahlah,bagaimana kabar perasaan Firra usai sore ini, aku harap tak melulu bergerimis seperti sore ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar