Kamis, 12 Mei 2016

Dari Pesan Pertama ke Pertemuan Kedua

Sungguh aku bersyukur kepada tuhan
yang agung atas pertemuan indah
yang sungguh sangat mengesankan

Itu potongan lirik yang teman ana ciptakan,judulnya “Satu Bulan Singkat” ah denger lagu ini tiba tiba ana ingat Satu Hari Singkat bersama  mas Hafwan.iyaaaa,Mas Hafwan yang usai pesan pertama itu, kita berlanjut  chat lalu Lost Contact lalu terhubung lagi dan sampai akhirnya bertemu sesingkat singkatnya sehari penuh,di atap yang sama. Ah,mengesankan.
**
                Pagi ini mentari menyambut hari dengan semangat, anganku terbang seakan sedang menikmati alunan angin yang berhembus kuat,hatiku seakan mengerti suasana alam yang begitu cerah. Aku berjalan menuju tempat kerja,ditemani melodi siulan burung yang menyempurnakan cerahku dipagi ini.“ Ahh alam, Fabiayyi alaa irabbikuma tukadzibaan ???” lirihku dalam hati sambil senyum mesem mesem sendiri.
“ Ka umaaaaa,bentarrrrr !!!” Fira berhenti didepan ana,seakan meng-cut semua drama yang sedang ana buat. 
“Ini…. Mas Hafwan Minta pin BB kaka.” Katanya dengan nafas yang masih ngos-ngosan.
“Mas Hafwan Mana ?”
“Ustadz Umar,Ustadz Umar, kakanya Alesha”
“Masaaaa?” deg,dalam hati ana bicara “Ya Allah….. drama apa lagi ini?”
“Fira kasih aja.” kataku pendek tak ingin bicara apapun, “Kaka duluan ya Fir,jangan bilang apapun sama Mas Hafwan,kasih aja Pin nya, jangan ditambahin kata kata apapun.”
                Entah apa yang Fira fikirkan,setelah ana beranjak meninggalkannya dalam kebingungan, dan anapun gak tau bagaimana Mas Hafwan bisa Minta Pin ana,oh iya Alesha. Bisa saja lewat Alesha adiknya Mas Hafwan temannya Fira. Tapi untu apa,kok sampe sampe minta pin ana,ada keprluan apa? Apakah do’a ana dijawab Allah?.ah petanyaan pertanyaan itu, Oke lupakan Ra.

***
                Malam itu, setelah paginya Fira yang nyampein permintaannya Mas Hafwan ke ana,ana cukup gak tenang. Rasa, ya rasa itu seperti ini, kutipan puisi dari Jingga…
 Rasa tak seperti debu                                                                                                                              
 Yang mudah melebur terbawa angin,                                                                                                      
 Tak seperti air                                                                                                                                       
Yang mudah mengalir terbawa arus                                                                                                                 
Dan tak seperti hujan                                                                                                                                
Yang mudah menghanyutkan
                Ana pikir benar,Rasa itu. Setahun yang lalu masih statis disini, walau banyak angin yang ingin menghembuskan,air yang sengaja lewat mengalir,atau bahkan debu yang setiap saat berkelebat melewat,rasa ini masih tetap ada,walau ada beberapa hati yang ingin coba masuk,rasa ini tetap ada.
*tring*
Undangan kontak baru

Hafwan Kafil Halim
                Ana baca notif itu berkali kali, “Ya Allah…. Benarkah?” Ana menjerit dalam hati. Tak lama setelah ana acc ,dia langsung Chat “Assalamu’alaikum ukh,bagaimana kabarnya?afwan sebelumnya ana ganggu,ana ingin menjelaskan ana remove anti di FB, pas ana pulang ke pondok,ana ketauan Murabbi sering chat dengan anti dan ana dapat hukuman,mungkin memang kita tidak merasakan melakukan hal yang tidak baik, tapi Afwan memang benar ana takut terjadi fitnah, apa yang telah ana katakana dulu sama anti, jadi ana terpaksa remove.”
“Hah???? Ini bener mas Hafwan Humairaaaa,Wake Up” ana bicara sendiri. “Ah,ra kok mas Hafwan tiba tiba Chatnya kaya gini, padahal kan,belum tentu juga ana mikirin hal itu,ah syudahlah” ana masih bicara sendiri dan bingung gak tau mau balas apa, jujur rasanya Malam itu seperti dikasih bintang yang susah keluar dari kegelapan dan tiba tiba cahayanya masuk,seakan celahnya terbuka kembali.
Ana mulai mengetik…. “Wa’alaikum salam,Mas. Alhmdulillah ana sehat.Masalah itu, tenang saja ana tidak mempermasalahkannya, lagi pula antum sedang proses 30 Juz kan? Apa yang Murabbi antum katakana apapun itu pasti yang terbaik, untuk menjaga hafalan antum juga khy,bisa saja dengan keseringan Chat Hafalannya menghilang,hehe.dari kejadian itu sudah 2 tahun ya khy ? Alhamdulillah ternyata Allah masih memberi jalan silaturahim. Oo iya Mas Apa Kabar? Bagimana dengan Hafalannya? Ana masih diam di juz 30 hehehe, Alhamdulillah ana udah mulai belajar berbagi ilmu di sebuah madrasah, doakan yaa , mudah mudahan dalam proses ini,Allah berkahi dan menghasilkan sesuatu yang baik.”
                Beberapa detik setelah ana balas chatnya,ia balas lagi,katanya sekarang ia sedang proses juz 16. MashaAllah,dalam hati ana bilang gini “Ya Allah…dikasih Mahar 5 Juz saja ana mau”.stop. ra stopped!!! Mulai dari chatan itu lagi, kita selalu saling tukar cerita lagi eitsss maksudnya suka tapi tidak selalu,dia yang selalu  mulai menyapa,dan ana tahu percis kapan waktu ia free di pondok, kalau tak kamis Malam, Jumat siang sampe Sore ia pasti menanyakan kabar, atau sekedar iseng Chat,ana gak begitu terlalu mengharapkannya, hanya saja ana merasakan Ketika ana dekat dengannya,atau sekedar Chat,Allah dan SyurgaNya terasa lebih dekat.
***
                Sore ini gerimis menyapa membawa petir nan menggelegar, sedang angin berhembus tak karuan berkeliaran tak bertujuan ,maksud hati menghampiri awan,namun raga tak mampu dengan sunyinya senja,apalagi mengikuti hujan,tak kuat mendengar teriak gemerciknya. Hujan ya sore ini sedang Hujan,tapi luarbiasanya Hati ana saat ini gak segerimis hujan di sore ini. Kabar dari Mas Hafwan yang akan pulang dari pondok,cukup membuat ana berdebar debar,padahal sedikitpun ana tak yakin dengan pulangnya ia,kita bisa bertemu lagi usai pertemuan tragedy pesan pertama dua tahun yang lalu itu.
*tring* tiba tiba ada pesan masuk, “Assalamu’alaikum ukht. Katanya besok di AlIkhlas ada training? Ana sama teman teman InsyaAllah kesana,terimakasih undangannya J
“Terimakasih Undangannya”, ahhh ana rasanya seperti terbawa lagi ke tragedy pesan pertama itu, perciss kata katanya. Sebelumnya ana belum tahu bahwa Mas Hafwan sudah Sampai rumah. Ana tak menghiraukannya,tapi…. “Siapa ya, yang ngirim Undangan ke….?”
“Ke Ustadz Umar?Fira yang kirim ka,Alesha yang minta,jadi ana kirim ke remaja Mesjid nya juga” celetuk fira mengagetkan.
“Ah kamu,Fir masuk Kamar itu Salam duluuuu,eh eh tapi kaka kan blm beres bicara kamu udah bilang gitu aja, sok tau”
“Tuh…..Fira gak sengaja kebaca Chatannya kaka sama Mas hafwan” katanya,polos mearasa tak berdosa, sambil nunjuk ke Smartphone ana.
Oke,mengabaikan persoalan Fira da nana,hari “besok” telah tiba,ana mendadak sedikit ribet pilih gamis sama khimar yang cocok,padahal Ribetnya yang ana lakukan,untuk Mas hafwan, Acara udah dimulai Ia tak kunjung datang,
“Syudahlah…sudah 1 jam berlalu, ana rasa ia gak akan hadir,raaaaa istighfar ikut acara ini karna Allah bukan karnaa…..”ceroscos ana dalam hati, dan belum juga selesai tiba tiba pintu Madrsah terbuka..
“Assalamu’alaikum….” Suara itu,ana lihat ia dengan kemeja biru kotak kotaknya tampak wibawa,dengan  keringat didahinya menjadikannya tampak lebih…”Ah,Astaghfirullah” kata ana dalam hati, sambil langsung nunduk.
                Satu atap,bukan hanya satu atap,tapi satu bari. Tepat. Ana gak ngeuh sebelumnya Mas Hafwan duduk di depan ana walopun terhalang oleh hijab,hari itu sangatlah beda untuk ana, selain ana merasakan bahwa Syurga itu ada,ana merasakan energy positif yang ana miliki lebih banyak,entah kenapa.
                Acara telah selesai,ana tak berani sedikitpun untuk menghampirinya,tapi ternya Allah bicara lain,kita berpapasan…
“Khimarnya,bagus Ukh…istiqomah yaa,afwan ana duluan pulang,salam untuk Fira dan Umy ya,Assalamu’alaikum” katanya cukup singkat, tapi sampai membuat ana bingung mau jawab apa
“Terimakasih,Wa’alaikumsalam” hanya itu yang ana katakan,inginnya ana mengucapkan hati hati ya,atau apalah sebagainya, tapi ana ingat, ana harus menjaga hati dan diri,ana ulangi JAGA HATI DAN DIRI.
***
Hujan ..ia selalu datang membawa cerita,senja sunyi berselimut awan gelap sambut malam mencekam diiringi suara indah gemercik hujan,para bintang bersembunyi dibalik langit langit yang merindukan bulan,entah dimana ia ada,mungkin malu dengan indahnya suara gemercik hujan,atau segan bertemu sunyinya senja.
Puisi ini benar adanya, seperti halnya malam ini, usai pertemuan itu, hujan datang bawa ceritanya,Mas Hafwan kirim ana chat yang begitu ngena ke hati..
“Assalamu,alaikum ukh, ana berdo’a setelah pertemuan tadi,Allah pertemukan kita lagi dalam keadaan baik,atau dalam suatu hal yang baik. Ana pamit yaa.. besok sore ana mendadak harus ke Pondok lagi,saling doakan yang terbaik ya, mohon jangan tunggu chat-an dari ana, ana hanya minta do’a saja, Night,Laylatusyuruur. Afwan lebih segarnya tdurnya wudku dulu ya ukhty”
Iya ,ana tak tau benar maksud dari makna “jangan tunggu” yang Mas Hafwan katakana, ana tak ingin berbesar hati, tak ingin menduga duga terlebih lagi mengharapkan,sekalipun itu suatu yang baik, tetap saja berharap pada selain Sang Maha Pemilik Harapan itu bukanlah keinginan ana.
Malam ini,ana,hujan dan ceritanya ditemani Lagu Cinta Utama dari Arafah Nasheed,ana berdoa agar semua yang terbaik Allah berikan,pada waktu yang tepat. Dan ana ulangi doanya Mas Hafwan
 “ Mudah mudahan Allah pertemukan kita lagi dalam keadaan baik atau dalam suatu hal yang baik

ku lihat mentari menyambut hari
akan datang nya pagi hari ini
walaupun cinta mu indah pada manusia
cinta Allah yang utama

rasa cinta fitrah manusia
di ciptakan sang maha esa
namun carilah cinta hakiki
menjadi kan cinta abadi


kamis malam,di tengah rumah yang bercat baru
00:09 selesai
dengan ditemani dua lagu dan juga Do'a Merdu
Read cerita sebelumnya :
 http://senyumansijingga.blogspot.co.id/2014/08/bermula-dari-pesan-pertama-oleh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar