Senin, 16 Mei 2016

Di Tempat Biasa


hai, apa kabarmu? disini aku menunggu
duduk terdiam mengharapkanmu
di tempat biasa kita bertemu
untuk sekedar melepas rindu

waktu yang lama kadang membuatku resah
tak apa aku mengerti
mungkin kah ini karena aku terlalu
menantikan senyumanmu

reff :kasih tetaplah disini engkau temani aku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
karena ku bahagia
bertemu denganmu melihat dirimu
kan baik dan baik saja

kau menyapaku. membawa senyumanmu
senyuman dari bibir merahmu
sungguh hati ini sedang berbunga-bunga
betapa aku mencintaimu

tak ada pelukan atau pun cumbuan karena
kita harus menjaga diri
dari cinta yang akan menjatuhkan kita
cukup dengan senyumanmu

back to reff

ku menyadari? penantianku disini
tak ada artinya karena penantiamu kepada ku  

maafkanlah
ku masih belum
memastikan kebahagiaan

namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan.

Labib Mufid (Di Tempat Biasa) Lyric Cover at The Gwangmun-Kyuhyun

Pria berambut agak panjang itu masih duduk manis di bangku taman . Semilir angin yang lewat seakan tak pernah ia hiraukan, matanya masih terpaku pada daun daun yang jatuh dihadapannya namun tatapannya kosong bermakna. Ia masih duduk disana duduk terdiam dan menunggu, ya dia menunggu, menunggu seseorang.

Alunan lagu Di Tempat Biasa Coveran lirik Labib Mufid dari lagunya Kyuhyun  at The Gwangmun  menemani ia,pada sore itu.

“Ah,alam… kau adalah teman sejati yang mampu membuat nafas ini berhembus denganmu, yang mampu mata ini terpukau olehmu, dan yang mampu membuat hati ini tentram menatapmu” desahnya dalam hati kagum.

Tak lama ia menunggu seorang perempuan berkerudung panjang dengan gamis yang lebar,sungguh anggun menurutku.Kukira dialah seseorang  yang sedang pria itu tunggu.

“Menunggu hanya untuk orang orang yang setia,ya mas. Terimakasih sudah menunggu,Assalamu’alaikum” suaranya lirih memecahkan suasana yang dingin saat itu. Perempuan itu duduk dengan jarak yang agak jauh dari kursi yang pria itu duduki, mereka seolah saling menjaga, namun tetap hati mereka seakan mencair bersamaan saat itu.

“Waalaikumsalam,De. Sama sama, terimakasih juga sudah mampu menantikan Mas, sampai selama ini” jawabnya, sambil tersenyum. Ahh semakin meleleh rasanya suasana sore itu.

Sore yang sejuk seperti biasa di penghujung bulan Mei ini,sangat mendukung sekali pertemuan dua insan yang sudah lama tak jumpa,beberapa menit mereka saling terdiam,dan menunduk,sepertinya mereka sedang merangkai kata kata,ah tapi begitu lama menurutku.

“Euhh… “ pria itu memulai

“Bagaimana Kuliahmu De?” tanyanya singkat,wajahnya sekejap menatap perempuan yang duduk disebrangnya itu yang masih menunduk. Ia tersenyum, walaupun si perempuan tak menatapnya.

Agak lama peremuan itu menjawab, “Alhamdulillah Mas,masuk Semester akhir,InshaAllah do’anya ya Mas,eummmm Mas Fatih sendiri…. bagaimana?”ia menjawabnya pelan pelan,matanya sekelebat saling bertatap dengan pria itu,ia langsung menunduk lagi.

“Alhamdulillah setelah dua tahun ini Mas Kerja,Mas dapat beasiswa S2, dan Alhamdulillahnya lagi Mas bebas mau pilih Universitas mana saja”

“MashaAllah…. Alhamdulillah,Mas niatnya mau kemana ?”

“Kalo Allah mengizinkan,Mas ingin ke Turki”

            Perempuan itu belum menanggapi,sesaat mereka saling diam, perempuan itu beranjak dari kursinya, berdiri dan berpindah duduk ke sekitar bunga bunga,yang tak jauh dari kursi itu.

            “Selamat ya Mas, Sukses selalu.” katanya pendek pada Pria itu, yang ternyata sedang berdiri tak jauh dengan dirinya.

            “iya,De…oooh iya emm bagaimana kabarmu dua tahun ini?”

            “Kabarku baik sebelum bertemu ditempat biasa kita ini, tapi setelah mendengar itu, kurasa kabarku buruk sekali” kata perempuan itu dalam hatinya. Ia masih diam, dan matanya kosong ia searasa mendengar kabar yang paling buruk. Tak sadar air matanya menetes. Tapi sebelum pria itu melihatnya ia segera menghapusnya.

“......De,Miaaa?”

“Euh,Iya Mas?gimana?” tanyanya tersadar

“Kabarmu bagaimana?”

“Alhamdulillah…Mas sepertinya ana lupa ada janji, ana harus pergi… Mudah- mudahan pulang dari Turki,Mas Fatih Sudah Sukses,terimakasih untuk semuanya.” Ia berusaha ingin beranjak pergi,

“De….!”

“Iya,Mas?”

“Sebenarnya, sebelum Mas ke Turki Mas ingin membawa Teman Hidup Mas ke Turki, do’akan ya, MUdah mudahan Allah mengabulkan”

Ahh, semakin hancurlah hati si peempuan itu, mendengarkan kata demi kata dari pria itu yang sebenarnya ia sendiri tidak tau apa makna sebenarnya.

“oh…. Ba..ba..gus kalau se seperti I..itu Mas, ana doakan yang terbaik” jawab perempuan itu sedikit gelagapan, sedikitpun ia tak mampu mengangkat wajahnya untuk menatap wajah pria itu walaupun hanya sepintas, karna hal itu menyakitkan.

***

Dia,pria yang dua tahun yang lalu bertemu untuk pertama kalinya ditempat yang sering mereka sebut Di Tempat Biasa,membuat perempuan itu mempertahankan hatinya untuk berusaha memantaskan diri dan menjaga diri, ia bertemu ditempat yang memang Allah telah rencanakan sebelumnya. Di sebuah tempat dimana mereka sering menghabiskan banyak waktu mereka disana, mereka adalah orang orang yang senang dengan keheningan dan ketenangan di setiap Senin Sore.

Suatu Hari si pria yang sedang asyik menulis melihat seorang perempuan berkerudung panjang dan bergamis lebar ,cantik duduk disebuah kursi sambil melukis yang pikirnya tempat langganan si perempuan itu.

Dari pertemuan itu, mereka saling bertukar cerita bagaimana seorang penulis bisa berkoordinasi dengan seorang pelukis,mereka tak pernah janjian untuk bertemu, tapi memang mereka selalu bertemu disetiap senin sore, sampai pada suatu saat…

“De Mia, ana mau pergi ke Jogja,ada panggilan kerja disana,Alhamdulillah ana lulus tes tanpa pajak” kata pria itu,belum juga dijawaboleh si permpuan ia melanjutkan…

“ Mas selalu berdo’a yang terbaik untuk ade, mas dua tahun lagi pasti ketempat ini dihari yang sama di saat yang sama, sore hari, dua tahun lagi kita bertemu jika Allah menghendaki, Mas ingin melihat De Miaa,sudah jadi pelukis hebat,atau sudah jadi seorang istri yang hebat yang mampu melukiskan berbagai cerita baik dalam hidup keluargamu nanti De..”

Perempuan itu masih menunduk ia tak berani menjawab,

“Sebenarnya, jika Mas Mampu, saat ini juga Mas akan meminta bapakmu agar berkenan menitipkanmu pada Mas… sayangnya Mas masih harus memantaskan diri, semua lukisan mu sudah mas ceritakan dalam lembaran hidup Mas, semua keizzahan dan keiffahanmu sungguh membuat mas terkagum kagum pada hasil ciptaanNya. Sungguh Mas, tak berani membiarkan seorang perempuan shaleh duduk dengan penuh harapan pada penantian. Mas tak memintamu menjawab perasaan mas, mas tak memintamu untuk menunggu apalagi menanti,tapi kabarmu 2 tahun yang akan datang itu sudah janji Mas, sekalipun De Mia sudah berkeluarga,Nanti bawa pasanganmu ya De” kata pria itu panjang lebar melanjutkan, tanpa jeda. Ia tarik nafas, karena memang kata kata yang telah ia keluarkan sebelumnya, memang memerlukan banyak tenaga untuk mengunkapkannya.

“Sebenarnya,Sungguh aku tak berani menjawab apapun….Mas,tapi hati ini memaksaku untuk mengungkapkannya,Mas…. Kalaupun ana juga mampu,ana yang akan pertama kalinya meelamar Mas untukku.untuk ana jadikan seorang penulis di kehidupan kita,tapi sayangnya akupun masih kurang Mampu yang sangat jauh dar dirimu seorang shaleh,bijaksana dan……., Kita tak perlu saling Menunggu kita hanya perlu saling melepaskan dan mengikhlaskan semuanya” jawabnya mengakhiri dan tetap pandangannya masih menunduk. Di sisa kata katanya terselip tetesan air mata yang sengaja terjatuh di mata insah permpuan itu. Ikhlas.

***

 “De….Jika berkenan, Mas ingin bertemu lagi denganmu” ia bicara sedikit sedikit mencairkan lagi suasna yang hening

“Tapi bukan ditempat biasa kita ini,tidak perlu menunggu pulang dari turki, atau tidak perlu menunggu lama,Mas ingin segera bertemu denganmu De.Bukan ditempat biasa ini tapi…. Tapi… di..…di….. pelaminan De,”katanya menjelaskan malu dan sedikit gelapan mengungkapkan maksdu baiknya itu.

“De Mia tak perlu menjawabnya, cukup ayahmu nanti yang menjawabnya, malam ini ana akan bertamu ke rumah ayahmu De”

namun tetap disini engkau temani diriku
dalam rinduku dalam sayangku engkau selalu dalam hatiku
nanti suatu saat janji ku padamu
bersatu menjalin cinta yang kita harapkan

            inilah jawaban dari keikhlasan selama dua tahun ini, dan jawaban atas usaha dalam memantaskan diri ini”

***

            Di tempat biasa itu meraka bertemu kembali, tapi ada yang beda dengan pertemuan itu,mereka bertemu di waktu yang sama,saat yang sama, tak ada yang lebih dulu menunggu pun tak ada yang lebih akhir dinanti. Tak ada mata yang saling menunduk lagi, tak ada duduk dengan jarak lagi, tak ada suasana yang saling membisu. Tak ada lagi perasaan yang meleleh dikeduanya tanpa mereka sendiri yang mencairkannya dengan suka hati, sehingga lebih nikmatlah perasaan mereka itu.

            Di tempat biasa itu,Penantian, Keikhlasan,Usaha,Kepantasan dan do’a terjawab semua oleh kebahagiaan. Bahagia Dunia dan InshaAllah sampai akhirat.









Mon.16th May - 22:12 WIB di rumah sendiri

Am so sleepy. Ini FIKSI dan IMAJINASI

Selamat malam dari Jingga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar