Senin, 23 Mei 2016

Cinta Yang Salah #part1


            Ada yang sedang berlalulalang berjalan kaki,ada yang sedang hilir mudik menawarkan dagangan,ada yang sedang berdiri mengantri tiket kereta,ada yang menunggu kereta, dan seperti aku ini ada yang sudah duduk di kereta melihat mereka mereka yang disekitar stasiun Kerta api ini.

            Para penumpang berdesakan untuk dapat kursi duduknya,ada laki laki yang kewanitaan yang bersikukuh ingin duduk,ada juga lelaki sejati  yang dengan rendah hati mempersilahkan wanita dulu untuk duduk, seperti pria yang tepat berdiri di depanku, Ia laki laki itu tidak begitu manis,tapi ia begitu menghormati perempuan yang ingin duduk,ia mempersilahkannya untuk duduk duluan.

            Sementara aku yang duduk manis ditemani dengan memeori memori yang tersangkut di tempat ini yang berkelebatan di fikiranku,masih ku ingat dua tahun yang lalu sebelum ia lulus jadi seorang PRADA ,ia mengembalikan sebuah buku yang ku pinjamkan disini,ditempat ini,di sebuah stasiun kereta api,tempat bertemu dan berpisah.

            Dulu,dua tahun yang lalu itu,ia masih dalam proses testing untuk dapat masuk menjadi seorang militer, dengan semangat dan do’a aku temani  ikhtiarnya ,aku dan dia dulu memang tidak mengikat sebuah status apapun,pacar?Ah tidak itu sangatlah haram untukku,terlebih aku yang waktu itu sedang nyantren sangatlah faham bagaimana hukum pacaran. Kami sangat jarang bertemu,kami hanya komunikasi lewat sms,atau media social.kami berteman dengan baik,ya berteman. Jujur saja waktu itu aku tak punya rasa lebih untuknya,aku hanya berhubungan dengannya untuk menyambung silaturahmi sebagai sesama aktivis masjid. Itu saja.

            Tapi,semakin beriringnya waktu,rasa peduli,perhatian,dan do’a do’a yang ia panjatkan cukup membuat hatiku sedikit terpaut padanya,tapi jujurlah dulu pada waktu itu,lama sebelum mengenalnya hatiku hanya mengenal satu hati yang entah bagaimana kabarnya,aku tak akan menceritakan hal itu.

            Waktu itu, pada pertemuan di stasiun ini,ketika ia mengembalikan sebuah buku non fiksi tentang Ilmu Kalam punyaku,aku tak pernah berfikir sedikitpun bahwa pertemuan itu,sebagai pertemuan terakhirku,jujur saja sebagai wanita walaupun aku mencintai orang lain,tapi ketika ada laki laki yang mencoba mencuri hatiku aku sangatlah tergoda,dan sampailah hatiku mencintai dua orang sekaligus tapi ketika itu juga aku harus melepaskannya(kenapa? Aku akan menceritakannya),catat.aku tak menyesal,sedikitpun,Alhamdulillah.

            Beberapa minggu,setelah pertemuan itu,dia memberikan pesan singkat memang sudah biasa tapi malam itu memang berbeda,dia memberitahuku kabar terrrbahagia menurutnya bahwa dia lulus tes TNI AD setelah 5 kali gagal dan sebelumnya telah ia curhatkan padaku,aku cukup bangga. Tapi ,perlu ku tekankan,aku tak pernah bermimpi untuk menjadi seorang istri dari seorang militer,bisa dibilangi tu mimpi burukku.tapi itu hanya sekelebat perasaan geer ku.

            Malam itu,aku tidak begitu bahagia,aku hanya mengapresiasi usahanya yang keras,dan doa yang tak lelah ia panjatkan. Ia sangat bahagia,mimik wajahnya berseri seri ketika memijit tombol keypad dihandphonenya,bayangku. Namun seketika bayanganku roboh setelah membaca pesan singkat yang selanjutnya,

“Wulan,ana ingin serius dengan antum,emmmmm apa antum rela menunggu ana sampai 4-6 tahun? Ana uhibbuki fillah?” Katanya lewat pesan singkat,yang seketika membuatku kaget,walaupun aku tahu ia begitu peduli,perhatian,tapi pada malam itulah pertama kalinya ia mengatakan “CINTA” padaku. Bersamaan dengan itu beribu jawaban ada dalam fikiranku,yang pasti aku bingung,YA ATAU TIDAK.

            Bagiku,seorang perempuan yang hatinya jatuh di dua hati,sangatlah dilema menghadapi ini,walaupun penantianku pada lelaki (note: yang tak ingin kuceritakan) itu tak tentu,dan tak kunjung ada jawaban,tapi tetap dilubuk hatiku paling dalam dia cinta pertamaku. Tapi satu fikiran lain,menjadi seorang istri seorang militer itu pasti terjamin bahagianya,mungkin. Dan aku tak perlu menunggu cinta yang belum tentu,dan jodoh didepan mata,tapi tetap aku harus menunggu. Aku tak yakin aku mampu.

            Aku belum menjawab pesan singkatnya,aku terlalu dilema,tapi tetap kalaupun aku bilang Ya,aku tak mampu menunggu lama,”pacaran” walaupun jarak jauh dan tak bertemu atau menjalin hubungan via media dengan pacar terlalu lama tetap saja JINNAH.

“Ya Tuhan,kenapa dia tidak mengatakannya ketika ia sudah siap nikahi ana saja?” Desahku dalam hati. Tapi masih saja aku tak yakin dengan desahanku itu.

            Aku mencoba mengetik beberapa huruf dengan ragu ragu,dan ….

“Bismillah… Afwan Bang,jujur saja ana sebelumnya tak pernah bermimpi menjadi seorang istri seorang PRADA…..” Aku sedikit bingung,tapi berusaha melanjutkan sambil terus berkomat kamit berdoa dalam hati mudah mudahan jawabanku ini tepat.

“…tapi,Jika Allah menakdirkan aku berjodonh dengan seorang militer,aku tak akan menolak jika bicara Takdir Allah,terimakasih telah mencintaiku,sebagai apapun yang abang maknai, tapi maaf….” Aku berhenti lagi,sangat segan mengetik keypad handphone ku.

“tapi,maaf…. Abang sekarang lanjutkan dulu saja pendidikannya sampai 4-6 tahun,insyaallah ana disini memebrikan do’a dan Motivasi,jika abang sudah mampu silahkan kerumah saja” aku bingung,dengan bismillah aku pijit tombol Send di pesan singkatku.

            Tak lama setelah itu,ia dengan cepat membalas sms ku,

“Kenapa, harus menunggu nanti,abang siap jika malam ini harus kerumah antum,Lan…Kita tunangan dulu,setelah 6 tahun kita menikah,bagaimana ?”

Ah rasanya,,, ia begitu mudah sekali menjawab smsku,padahal aku mengetik satu huruf pun susah,tetap!!! Aku tak akan MAMPU,menunggu terlalu lama.

“Abang… 4-6 tahun itu bukan waktu yang singkat,menunggu itu hanya lah untuk orang orang yang setia,aku takut jika aku ataupun abang tak mampu melakukan itu,terlebih kita belum halal,aku tak akan pernah nyaman,kita tak akan tahu bagaimana kedepannya, gini saja bang… ana mencintai abang sebagai sesama muslim,ana mendukung besar apa yang abang cita citakan,tapi tetap ana tak mampu dan tak akan bisa jika harus menunggu 4-6 tahun dalam penantian dalam status pacaran,selama itukah kita berjinnah lewat pesan singkat atau video call,aku tak akan hidup tenang. Abang jalani saja dulu apa yang abang cita citakan,jika dalam perjalanan abang menemukan wanita yang lebih dari ana,yang membuat abang nyaman,ana ikhlas,dan mendoakan yang terbaik, pun bagi ana, tapi ketika sudah lulus abang ataupun ana memang dijodohkan bersama,cukup satu bulan kita taa’ruf,khitbahi ana,kemudian akad,itu cukup. Kita tak perlu saling mengharapkan,kita hanya perlu saling mendo’akan yang terbaik dan menerima ketentunnya,bukannya seperti itu? Afwan ini sudah keputusan Wulan,mohon abang mengerti,karna Allah aku menolak ajakan pacaran darimu” kataku panjang lebar sampai sampai tanganku kelelahan setelah memijit mijjit tombol keypad handphoneku.

 Aku masih ingat benar rincian pesan singkat yang waktu itu aku kirimkan. Itu mungkin sedikit menyakitkan hatinya Bang Fauzan. Bukan sedikit tapi memang sangat menyakitkan,aku tahu betul itu setelah ia membalas sms ku lagi,

“oh… seperti itu,terimakasih jawabannya,abang kira respon dari perhatian yang abang berikan pada wulan mengartikan perasaan wulan yang sam dengan abang,tapi ternyata abang salah,abang mencintai orang yang salah!”

Balasan sms dari nya,sangat menyakitkan untukku,terlebih ketika ia mengatakan “orang yang salah”, aku sampai berkali kali membacanya,kenapa pada waktu itu sampai terfikirkan buruk sangka seperti itu tapi aku cukup instropeksi memang benar akupun salah,tapi kenapa bang Fauzan yang kufikir mengerti agama,bisa bisanya menjawab seperti itu,padahal waktu itu yang ingin aku dengarkan itu…

iya Wulan,abang Faham…. Inshaallah Abang ingin serius dengan wulan,setelah abang Lulus,abang akan penuhi janji Abang,antum tak perlu mendengarkan janji itu,cukup Allah yang mendengarnya,Wulan benar… memang kita tak perlu saling mengharapkan,jikapun kita berjodoh kita akan ditemukan kembali,ana uhibbuki fillah” ahhhh sekelebat harapan itu terbayang, tapi tidak,itu tidak akan terjadi. Aku tak berani membalas sms yang sangat menyakitkan untukku. Tak akan pernah berani,aku tak akan menjawabnya. Sampai saat ini.

            Hari hari ku setelah itu,fikiran dan bayangan akan apa yang bang fauzan katakan padaku,pada sms terakhirnya masih ada di benakku,aku berencana untuk menyibukkan diriku dengan berbagai hal positif,memperbanyak tilawah,Liqo dari masjid ke masjid,menulis dan sebaginya,aku mengurangi intensitas memegang handphone atau bermain dengan Media Sosial.

            Dan kira kira seminggu setelah kejadian itu,aku mencoba mulai buka lagi akun facebookku,ditelaah demi telaah ternyata bang fauzan up date sebuah status,

“Dara indah Pertiwi,ana Uhibbuki Fillah,terimakasih telah bersedia menungguku,aku akan selalu mencintaimu sayang…” tulisnya dengan ditambah emot tanda buka kurung segitiga dengan angka tiga setelahnya dan emot titik dua bintang,ah aku jijik melihatnya,ini tak pantas dilakukan oleh aktivis remaja masjid,

“Astaghfirullah,jangan urusi orang lain Lannn…”kataku sambil mengusap dada sendiri. Dan berhenti tuk mengomentari. Aku sengaja memijit tombol LIKE,

Namun tetap dalam hatiku aku ingin berteriak “Jangan,berani berani mempermainkan Kata ana uhibbuk fillah pada semua perempuan dengan mudah,baru seminggu mengatakannya padaku ,ia langsung mengatakannya pada wanita yang lain,kalau memang karna Allah kenapa secepat itu melupakan dan emmbenci,kenapa tidak emnjaganya lewat do’a,kenapa harus berlaku seperti pada wanita lain kenapa harus sangkut pautkan Jinnah didalamnya” kataku pedas dalam hati,tapi  setelahnya aku ambil wudhu dan menutup akun facebooku.

Esoknya aku memang pada waktu itu terpaksa harus buka akun facebook,karna temanku Dilla akan mengirimiku File Tugas Kelompoknya denganku,tapi ketika aku buka inbox,kenapa pesan dari bang Fauzan yang muncul,itu sangat membuatku rishi,tapi karna aku penasaran aku dengan terpaksa membukanya,di pesan itu dia hanya mengirimiku pesan yang sangatttt superr singkat,hanya ucapan “Assalamu’alaikum!” Tapi ketika akan ku balas,aku susah,rupanya dia elah meremove pertemanannya denganku,dan semua akun media social sudah tak berteman lagi,itu tak masalah.

Kejadian dua tahun itu,masih ku ingat, ternyata memang apa yang dia katakana benar,dia mencintai orang yang salah,karna memang aku tak akan pantas bersanding dengan orang yang seperti itu,afwan maksudku aku garis bawahi sikapnya bukan orangnya. Cukuplah surah Annur ayat 26 menguatkan hatiku,bahwa Lelaki Yang Baik Untuk Wanita Yang Baik,kalaupun aku belum mampu menjadi wanita yang baik,tapi saat ini setidaknya aku sedang berusaha menjadi seorang wanita yang baik untuk mendapatkan lelaki yang baik pula.

“Ahhhh lelaki yang baik seperti apa yaa?” Bisikku dalam hati dan seorang lelaki yang tidak begitu manis tepat berada didepanku tadi membuyarkan memoriku yang sedang ku ingat.

Ranselnya menabrak wajahku yang memang ketika itu aku sedang melamun,“Maaf Mbak,” katanya polos. Tak menoleh padaku sedikitpun dia malah bergegas membawa seorang Ibu Tua duduk dibelakangku di kursi yang kosong.

Rupanya,Tempat ini tak mengizinkanku untuk menyusun ingatan ingatan di memori duluku itu. Itu bukan kenangan baik. Bisa jadi lewat lelaki yang kurang manis itu. Memoriku seketika menghilang.

Dua tahun yang lalu aku dapati Cintaku yang salah.

12:20 WIB disebuah kelas yang nyaman,

Sambil menunggu siswa mengerjakan soal,

Editing tulisan yang terlupakan.

#fiksi

#sijingga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar